Rabu, 14 Desember 2022

Bab 3 Allah Pemelihara Hidupku


Bacaan Alkitab

Burung Pipit dan Bunga Bakung
Matius 6:26-30

6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? 6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? 

6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, 6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. 6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? 

Penjelasan Matius 6:26-30

Perkataan ini merupakan janji Allah kepada semua anak-Nya bahwa Allah telah berjanji untuk menyediakan makanan, pakaian, dan segala keperluan lainnya. Kita tidak perlu khawatir. Percayalah kepada Allah untuk memelihara dalam kehidupan kita (Matius 6:33). Kita hanya perlu berserah kepada-Nya.

 

A. Pengantar 

Pada bagian bab sebelumnya kalian sudah mempelajari, bahwa saat ini kalian ada pada zaman era digital. Apakah kalian sadari bahwa era digital sudah membawa kita kepada refleksi akan pemeliharaan Allah dalam hidup kalian selama ini? Bentuk pemeliharaan Allah seperti apakah yang kalian rasakan pada era digital? 

Pembahasan dalam materi ini akan mengantar kalian pada suatu pengakuan bahwa Allah adalah segala-galanya dalam kehidupan manusia. Semua orang beriman mengaku bahwa Allah menyertai, memelihara, dan menyelamatkan seluruh ciptaan-Nya. Melalui pengakuan inilah kalian diajak untuk belajar hidup bersyukur dan mengetahui cara hidup yang dikehendaki oleh Allah sebagai bentuk pemeliharaan Allah atas kehidupan manusia.

 

B. Pemeliharaan Allah 

Providensia berasal dari kata Latin, dari kata kerja Providare yang berarti memandang ke depan, melihat lebih dulu terjadinya sesuatu, terlebih dulu menyelenggarakan atau menyediakan sesuatu. Providensia Allah dipahami sebagai pemeliharaan Allah terhadap ciptaan-Nya dalam berbagai proses yang telah ditetapkanNya. 

Alkitab memberikan banyak petunjuk bahwa setelah selesai mencipta, Allah terus menerus memelihara kelangsungan dunia, Ia melindungi semua ciptaan-Nya dan bertindak dalam segala peristiwa yang terjadi dalam dunia ini, serta mengarahkan segala sesuatu pada tujuan akhir yang telah ditetapkan-Nya (Matius 5:45; Mazmur 104:14; Ayub 37:10,12).

 

Petunjuk Alkitab tentang Pemeliharaan Allah 

Matius 5:44-45, Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.5:45 Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.

Mazmur 104:14, Engkau yang menumbuhkan rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang mengeluarkan makanan dari dalam tanah. 

Ayub 37:10,12, Oleh nafas Allah terjadilah es, dan permukaan air yang luas membeku. Lalu kilat-Nya menyambar-nyambar ke seluruh penjuru menurut pimpinan-Nya untuk melakukan di permukaan bumi segala yang diperintahkan-Nya. 

1 Korintus 10:26, “Bumi serta segala isinya adalah milik Tuhan."

 

C. Bagaimana Cara Allah Memelihara Kita?

Tuhan memelihara umat manusia

Mari kita pikirkan bersama, bagaimana jika kita menerima pertolongan dari seseorang yang mengaku tidak percaya pada Allah? Apakah ada yang masih mengingat bagaimana kebebalan umat Israel pada saat itu? Menurut kalian siapakah yang membantu mereka bebas dari Mesir? Ya, Allah dan Musa. Dalam hal ini Musa memberitahukan bahwa Roh Allah-lah yang mendorong orang-orang Mesir untuk memberikan emas, perak, dan pakaian kepada orang Israel (Keluaran 12:25-36). 

Dalam Ulangan 24, kita juga dapat melihat bagaimana Allah memakai peristiwa pembebasan yang besar untuk mengingatkan umat-Nya. Allah menginginkan umat Israel berempati terhadap sesama yang tidak berdaya, serta menginginkan umat-Nya mengingat bahwa mereka dulu telah ditolong untuk keluar dari perbudakan dan saat ini tiba giliran mereka untuk menolong sesama yang membutuhkan.

 

D. Menolong Sesama sebagai Inspirasi Kehidupan 

Semakin berkembangnya zaman, manusia semakin individualistis. Hal ini terlihat bagaimana rasa empati kepada orang lain semakin memudar dan nilai-nilai kemanusiaan sudah mulai tidak dihormati sebagaimana mestinya. Sebagai remaja Kristen, kalian diajar untuk menaruh kasih kepada sesama, siapapun itu tanpa terkecuali. Seperti ayat Alkitab berikut yang menekankan kepedulian kepada sesama yaitu Amsal 3:27 “Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya”, dan Kisah Para Rasul 20:35 “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima”. 

Banyak orang memandang bahwa ketika kita menolong orang lain, maka kita akan rugi (baik itu waktu, uang, tenaga, dan lain-lain). Kita sebagai manusia diciptakan oleh Allah haruslah saling tolong-menolong. Manusia tidak bisa hidup sendiri dan mereka membutuhkan kehadiran manusia lainnya. Dalam konteks pemeliharaan Allah, Dia telah memberikan kita kehidupan yang amat baik dengan segala berkat yang dilimpahkan kepada kita. Namun, tidak hanya sampai disitu, kita sebagai orang yang telah dipelihara oleh Allah haruslah menjadi saluran berkat bagi orang-orang yang membutuhkan. Sebagai wujud kita mengasihi Allah yang terdapat dalam Matius 22:39 demikian: “Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. 

Dalam ayat tersebut sangatlah jelas bahwa kita dituntut untuk menaruh kepedulian kepada sesama seperti kita peduli terhadap diri kita sendiri. Namun, banyak di antara kita yang masih berpandangan bahwa menolong sesama akan merugikan diri sendiri. Hal itu merupakan sikap egois yang tidak disukai Allah. 

Allah bisa memakai siapa saja untuk memelihara umat-Nya dan Ia menyatakan pemeliharaan-Nya melalui orang-orang di sekitar kita sebagai perpanjangan tangan Allah. Oleh karena itu, marilah kita mulai berempati kepada orang lain. Kita telah dikasihi Allah, maka sebagai ungkapan syukur kita harus membagikan kasih kepada orang-orang di sekeliling kita, agar mereka dapat melihat Allah melalui kehidupan kita.

 

E. Allah Tiada Henti Bekerja 

Paulus adalah seorang pekabar Injil yang sangat gigih. Untuk mengabarkan Injil, ia banyak sekali mengalami rintangan dan cobaan; baik dari dalam dirinya sendiri berupa penyakit yang dideritanya (baca 2 Korintus 12:7-10) maupun cobaan dan tantangan dari luar dirinya berupa berbagai kesulitan dan penganiayaan hebat yang harus ia alami. 

Dalam surat yang ditulisnya kepada Jemaat di Korintus, ia menulis, “Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian” (2 Korintus 11:23b-27). 

Bisa dibayangkan betapa beratnya perjuangan pelayanan Paulus. Akan tetapi, ia tidak pernah putus asa ataupun kehilangan semangat. Paulus tetap tegar dan teguh dalam pelayannya. Apa yang membuatnya demikian? Tidak lain karena Paulus sangat merasakan bahwa Allah turut bekerja dalam segala kesusahan dan derita yang dihadapinya untuk mendatangkan kebaikan bukan hanya bagi dirinya, tetapi untuk banyak orang. Itulah sebabnya ia pun menulis, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28). Kalimat tersebut kalau ditulis oleh seseorang dalam keadaan senang dan berkelimpahan, mungkin akan terasa biasa saja. Akan tetapi, ini ditulis oleh Paulus yang tengah mengalami banyak sekali tantangan dan kesulitan karena pelayanannya. Sungguh luar biasa! Itu artinya Paulus tidak sekadar memberi nasihat, tetapi juga mengalaminya sendiri; bagaimana Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan. 

“Dalam segala sesuatu” artinya, dalam segala keadaan; baik dalam keadaan suka, maupun duka; baik dalam sukses, maupun gagal. Tidak hanya ketika hidup kita senang dan berkelimpahan, tetapi juga ketika hidup kita menderita dengan rupa-rupa masalah dan cobaan. Allah bekerja dalam semua keadaan itu untuk mendatangkan kebaikan. 

Apa respon kita, ketika tahu bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita, apakah kita bersikap pasif saja, tidak usah melakukan apa-apa? Tidak, sebab ayat itu tidak berhenti sampai di situ. Ada kelanjutannya, “Bagi orang yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” Jadi, agar Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan kita juga harus aktif, tidak boleh hanya berpangku tangan, yaitu, dengan sungguh-sungguh mengasihi Allah dan menaati firmanNya.

 

F. Cara Mengasihi Tuhan 

1. Kita sering-sering mengingat Dia

Dalam keadaan apa pun, dan ketika sedang melakukan apa pun. Misalnya, ketika bangun tidur, kita ingat Tuhan dan bertelut berdoa. Saat hendak tidur, kita juga ingat Tuhan, lalu kita berdoa. Begitu juga di tengah aktivitas kita sehari-hari. Ingatan akan Tuhan, bukan hanya akan membuat relasi kita dengan Tuhan lebih dekat, tetapi juga akan menjaga kita dari segala perasaan dan perilaku buruk. Saat hidup kita tengah dilanda susah dan sedih, kita mengingat Tuhan sehingga akan terhibur dan dijaga dari keputusasaan. Mau mencontek atau melakukan tindakan tercela lainnya, ingat Tuhan, kita pun dicegah melakukan perbuatan tersebut. Dan banyak lagi contoh lainnya. 

2. Menghargai setiap pemberian-Nya

Ada banyak pemberian Tuhan dalam hidup kita: waktu, tubuh, kesehatan, keluarga, kesempatan bersekolah, teman, guru, talenta, dan sebagainya. Seberapa besar kasih kita kepada Tuhan, bisa diukur dengan seberapa jauh kita menghargai semua itu, merawat dengan sebaik-baiknya, dan memperlakukannya dengan sebenar-benarnya. Maka, salahlah kalau kita berkata, “Tuhan, aku mengasihi-Mu.” tetapi kita terus menyia-nyiakan waktu dan talenta kita, sembarangan dan tidak peduli dengan tubuh dan kesehatan kita, tidak menghargai keluarga dan orang-orang lain di sekitar kita. Seberapa besar kita menghargai setiap pemberian Tuhan, sebegitu jugalah besarnya kasih kita kepada-Nya. 

3. Selalu berusaha untuk menyenangkanNya

Tuhan akan senang apabila kita menjadi pelajar yang rajin, yang bertanggung jawab, pekerja yang jujur, anak yang berbakti kepada orang tua, teman yang ramah dan selalu bersedia membantu orang lain, sahabat yang bisa dipercaya, atau orang Kristen yang setia dan bertanggung jawab dalam pelayanan. Lakukanlah semua itu sebagai wujud kasih kita kepada Tuhan. Sebaliknya, kalau kita tahu bahwa perbuatan atau perkataan kita akan membuat Tuhan sedih, janganlah kita lakukan. Seberapa besar kemauan dan usaha kita untuk menyenangkan Tuhan, sebegitu jugalah besarnya kasih kita kepada Tuhan. 

Begitulah sikap seseorang yang mengasihi Tuhan. Jadi, kalau kita sudah melakukan hal itu semua, maka sesuai janji Tuhan bahwa Dia akan bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Artinya, Tuhan tidak akan mengecewakan orang yang selalu berusaha menunjukkan kasih kepada-Nya, dalam ucapan maupun dalam tindakan sehari-hari.

 

C. Penutup 

Semua orang beriman mengaku bahwa Allah menyertai, memelihara, dan menyelamatkan seluruh ciptaan-Nya. Melalui pengakuan inilah kita diajak untuk belajar hidup bersyukur dan mengetahui cara hidup yang dikehendaki oleh Allah sebagai bentuk pemeliharaan Allah atas kehidupan manusia. 

Alkitab memberikan banyak petunjuk bahwa setelah selesai mencipta, Allah terus menerus memelihara kelangsungan dunia, Ia melindungi semua ciptaan-Nya dan bertindak dalam segala peristiwa yang terjadi dalam dunia ini, serta mengarahkan segala sesuatu pada tujuan akhir yang telah ditetapkan-Nya. 

Allah bekerja dalam segala sesuatu; suka maupun duka, untuk mendatangkan kebaikan, seperti dalam hidup Rasul Paulus. Akan tetapi, bukan berarti kita tidak usah berbuat apa-apa, hanya pasif dan pasrah. Kita harus aktif, yaitu dengan menunjukkan sikap mengasihi Allah dalam kehidupan sehari-hari. 

Mengasihi Tuhan berarti: (1) Kita akan selalu mengingat-Nya. (2) Kita akan selalu berusaha menyenangkan-Nya. (3) Kita akan selalu menghargai ssetiap pemberian-Nya. Tuhan tidak akan mengecewakan orang yang telah berusaha menunjukkan kasih kepada-Nya. 

 

Referensi: 

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri untuk SMP Kelas VII. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jakarta Pusat. 2021.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk SMP Kelas 8 -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.

Alkitab Elektronik 2.00 – Alkitab Terjemahan Baru ©1974 Lembaga Alkitab Indonesia.

Gambar dari Bing

Tidak ada komentar:

Posting Komentar