Rasul Paulus |
1. Masa Muda Paulus
Paulus awalnya bernama Saulus, berasal
dari Tarsus, lebih dikenal dengan nama Rasul Paulus, hidup
pada tahun 3 Masehi – 67 Masehi, diakui sebagai tokoh penting dalam penyebaran
dan perumusan ajaran kekristenan yang bersumberkan dari pengajaran Yesus Kristus.
Paulus memperkenalkan diri melalui kumpulan surat-suratnya dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen sebagai seorang Yahudi dari suku Benyamin, yang berkebudayaan Yunani atau helenis dan warga negara Romawi.
Ia lahir di kota Tarsus tanah Kilikia, sekarang di Turki, dibesarkan di Yerusalem dan dididik dengan teliti di bawah pimpinan Gamaliel.
Pada masa mudanya, ia hidup sebagai seorang Farisi menurut mazhab yang paling
keras dalam agama Yahudi. Saat masih muda bernama Saulus, ia
seorang penganiaya orang Kristen.
2. Pertobatan Paulus
Sebelum bertobat Paulus dikenal sebagai penganiaya umat Kristen mula-mula. Ia adalah seorang Farisi yang sangat taat kepada
Hukum Taurat (Filipi 3:5).
Kisah Para Rasul juga
mengutip perkataan Paulus yang menyebut bahwa ia "adalah orang Farisi,
keturunan orang Farisi" (Kisah Para Rasul 23:6).
Pertobatan Paulus dapat diperkirakan pada tahun 33-36 dengan mengacu pada salah satu suratnya.
Menurut Kisah Para Rasul, pertobatannya atau metanoia, terjadi di jalan menuju Damaskus di mana ia mengalami
"pertemuan" dengan Yesus, yang kemudian menyebabkan ia menjadi buta untuk sementara (Kisah Para Rasul 9:1-31, Kisah Para Rasul 22:1-22, Kisah Para Rasul 26:9-24).
Setelah perjumpaannya dengan Yesus dan menjadi buta, Paulus tinggal 3 hari di kota Damaskus, di mana dia disembuhkan
dari kebutaan dan dibaptis oleh Ananias di Damaskus.
Paulus
mengatakan bahwa ia kemudian pertama-tama pergi ke tanah Arab, dan kemudian kembali ke Damaskus (Galatia 1:17). Dia menjelaskan dalam Galatia
bagaimana 3 tahun setelah pertobatannya, ia pergi ke Yerusalem. Di sana ia
bertemu Yakobus dan tinggal bersama Simon Petrus selama 15 hari (Galatia 1:13-24).
Tidak ada catatan tertulis eksplisit bahwa Paulus telah mengenal Yesus
secara pribadi sebelum penyaliban-Nya, tetapi dipastikan bahwa ia
mengetahui pelayanan Yesus dan juga pengadilan Yesus di hadapan Imam Besar Yahudi.
Paulus menegaskan bahwa ia
menerima Injil bukan dari orang lain, melainkan oleh wahyu Yesus Kristus (Galatia 1:11-12).
Dalam Surat Galatia, Paulus menceritakan bahwa 14 tahun
setelah pertobatannya ia masuk kembali ke Yerusalem (Galatia 2:1-10). Tidak diketahui sepenuhnya apa yang terjadi selama 14
tahun ini, karena Kisah Para Rasul maupun Surat Galatia tidak
memberikan detail jelas. Pada akhir masa ini, Barnabas pergi untuk mencari Paulus di Tarsus dan membawa dia kembali ke Antiokhia
(Kis 11:25).
Ketika bencana kelaparan terjadi di Yudea, sekitar tahun 45-46, Paulus dan Barnabas berangkat ke Yerusalem untuk
memberikan dukungan finansial dari komunitas Antiokhia. Menurut Kisah Para
Rasul, Antiokhia menjadi pusat alternatif bagi penyebaran orang Kristen setelah
kematian Stefanus. Di Antiokhialah para pengikut Yesus pertama kali disebut "Kristen" (Kis 11:26)
3. Kehidupan Paulus sebagai
pengikut Yesus
A. Paulus Rasul bagi bangsa
Non Yahudi
Paulus menyebut dirinya sebagai "rasul bagi bangsa-bangsa
non-Yahudi" (Roma 11:13). Dia membuat usaha yang luar biasa melalui surat-suratnya
kepada komunitas non-Yahudi untuk menunjukkan bahwa keselamatan yang dikerjakan
oleh Yesus Kristus
adalah untuk semua orang, bukan hanya orang Yahudi.
Gagasan Paulus ini
menimbulkan perselisihan pendapat antara murid-murid Yesus dari keturunan
Yahudi asli dengan mereka yang berlatar belakang bukan Yahudi. Mereka yang dari
keturunan Yahudi berpendapat bahwa untuk menjadi pengikut Yesus, orang-orang
yang bukan Yahudi haruslah pertama-tama menjadi Yahudi terlebih dulu.
Murid-murid yang mula-mula, Petrus, sempat tidak berpendirian menghadapi
hal ini (lihat Galatia 2:11-14).
Untuk menyelesaikan konflik ini, diadakanlah persidangan di Yerusalem yang
dipimpin oleh Petrus dan Yakobus,
adik Yesus
Kristus
(Kisah Para Rasul 15), yang disebut sebagai
Sidang Sinode
atau Konsili
Gereja yang pertama.
Konsili ini
menghasilkan beberapa keputusan penting, yaitu:
(1) untuk menikmati karya
penyelamatan Yesus, orang tidak harus menjadi Yahudi terlebih dahulu.
(2) orang-orang
Kristen yang bukan berasal dari latar belakang Yahudi tidak diwajibkan
mengikuti tradisi dan pantangan Yahudi, misalnya perihal tentang sunat dan
memakan makanan yang diharamkan.
(3) Paulus mendapat mandat untuk memberitakan Injil ke daerah-daerah
berbahasa Yunani.
Paulus dijadikan
seorang Santo
atau orang suci oleh seluruh gereja yang menghargai santo, termasuk Katolik Roma,
Ortodoks Timur,
dan Anglikan,
dan beberapa denominasi Lutheran.
Dia berbuat banyak untuk kemajuan Kristen di antara
para orang-orang bukan Yahudi, dan dianggap sebagai salah satu sumber utama
dari doktrin awal Gereja, dan merupakan pendiri kekristenan bercorak Paulin
atau bercorak Paulus.
Surat-suratnya menjadi bagian penting Perjanjian Baru.
Banyak yang berpendapat bahwa Paulus memainkan peranan penting dalam menjadikan
agama Kristen sebagai agama yang berdiri sendiri, dan bukan sebagai sekte dari Yudaisme.
B. Paulus ber-Kewarganegaan Roma
Paulus secara sah
memiliki kewarganegaraan Romawi
dari sejak lahir (Kis 22:28).
Kemungkinan besar kewarganegaraan ini diberikan kepada keluarganya karena
pengabdian orang tua atau leluhurnya kepada pemerintah Romawi. Sumber mengenai
kewarganegaraan Paulus dicatat dalam beberapa bagian pada Kisah Para Rasul:
(1) Kis 16:37-39,
(2) Kis 22:25-29,
(3) Kis 23:23-27.
4. Peristiwa Penting pada masa
Paulus
A. Konsili Yerusalem
Kebanyakan sarjana setuju bahwa pertemuan penting antara
Paulus dan jemaat di Yerusalem terjadi di antara tahun 48-50, yang dijelaskan dalam
Kisag Para Rasul 15:2 dan biasanya dilihat sebagai peristiwa yang sama dengan
yang disebutkan oleh Paulus dalam Galatia 2:1. Pertanyaan kunci yang diajukan
adalah apakah non-Yahudi yang bertobat perlu disunat. Pada pertemuan ini,
Petrus, Yakobus, saudara Yesus Kristus, dan Yohanes menyetujui misi Paulus bagi
bangsa-bangsa lain.
B. Insiden di Antiokhia
Meskipun perjanjian dicapai pada Konsili Yerusalem sebagaimana yang dipahami oleh
Paulus, namun Paulus menceritakan bagaimana ia kemudian di depan umum
mengkritik Petrus, atas keengganan Petrus untuk makan bersama dengan orang
Kristen non-Yahudi di Antiokhia, setelah menerima kunjungan orang-orang Yahudi
Kristen, karena secara tradisi, orang-orang Yahudi dilarang makan bersama
orang-orang bukan Yahudi.
Di dalam Surat Galatia ,
yang merupakan sumber utama dari insiden di Antiokhia
ini, Paulus mencatat perkataannya kepada Petrus: "Jika engkau, seorang
Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat
memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?" (Galatia 2:11-14).
Paulus juga menyebutkan bahwa bahkan Barnabas,
rekan seperjalanannya hingga saat itu, ikut-ikutan bersikap seperti Petrus.
Hasil akhir dari insiden tersebut masih belum jelas. The Catholic
Encyclopedia menyatakan: "catatan Paulus atas insiden itu tidak
meninggalkan keraguan bahwa Petrus melihat kebenaran dari teguran itu."
Setelah kejadian itu Paulus kemudian berangkat memulai misi berikutnya dari
Antiokhia.
5. Perjalanan ”Pekabaran Injil”
Paulus
A. Perjalanan misi Pertama
Peta Perjalanan Misi Paulus |
Penulis Kisah Para Rasul menyusun perjalanan Paulus menjadi tiga
perjalanan terpisah. Perjalanan pertama, (Kis. 13-14) awalnya dipimpin oleh
Barnabas, yang mengambil Paulus dari Antiokhia menuju Siprus kemudian Asia Kecil selatan atau Anatolia, dan kembali ke Antiokhia. Di Siprus, nama Yunani
"Paulus" mulai dipakai menggantikan nama Yahudi "Saulus".
Di sini ia memarahi dan membutakan mata Elimas si penyihir (Kis 13:8-12) yang berusaha
menghalang-halanginya menyampaikan ajaran-ajaran mereka. Dari titik ini, Paulus
digambarkan sebagai pemimpin kelompok. Antiokhia sebagai pusat kekristenan
utama dari penginjilan Paulus.
B. Perjalanan misi Kedua
Dalam perjalanan misi kedua, setelah pertikaian dengan Barnabas karena
persoalan Yohanes Markus, Paulus ditemani oleh Silas. Mereka berangkat dari Antiokhia, menuju Siria dan Kilikia, dan tiba di selatan Galatia. Di Listra, Timotius bergabung dengan mereka.
Mereka menyeberangi daerah Frigia dan perbatasan Misia. Lalu mereka bergabung dengan Lukas di Troas.
Dia memutuskan untuk pergi
ke Eropa, dan di Makedonia ia mendirikan komunitas Kristen pertama Eropa: Jemaat Filipi. Juga di Tesalonika, Berea, Atena dan Korintus.
Dia tinggal selama 1,5 tahun di Korintus, di rumah sepasang suami-isteri,
Akwila dan Priskila (Kisah Para Rasul 18:11).
Pada musim dingin tahun 51, ia menulis surat pertama kepada Jemaat Tesalonika, dokumen tertua dari Perjanjian Baru. Tahun berikutnya ia
kembali ke Antiokhia.
C. Perjalanan misi ketiga
Setelah tinggal di Antiokhia beberapa saat, Paulus pergi ke Galatia dan
Frigia untuk mendukung gereja-gereja yang telah ia dirikan pada perjalanan
sebelumnya (Kisah Para Rasul 18:23).
Kemudian ia berkeliling pada wilayah barat Bitinia dan tiba di Efesus dengan perjalanan darat. Di
Efesus ia menulis surat pertamanya kepada orang-orang Korintus pada tahun 54 dan surat kedua pada akhir tahun 57.
Setelah tiga tahun di Efesus, Paulus kemudian mengunjungi Asia Kecil dan Yunani. Kemudian mendahului Lukas,
ia berlayar ke Troas, disertai beberapa murid-muridnya
(Kisah Para Rasul 20:4), disebabkan karena rencana pembunuhan terhadap dirinya
oleh orang-orang Yahudi. Dan akhirnya ia kembali ke Yerusalem dan bertemu dengan Yakobus
di sana.
D. Penangkapan Paulus di Yerusalem dan Perjalanan ke Roma
Paulus tiba di Yerusalem tahun 57 membawa uang sumbangan yang
dikumpulkan untuk jemaat di sana dari kota-kota yang dikunjunginya. Ia
disambut hangat, tetapi juga ditanya dengan teliti oleh Yakobus mengenai tuduhan bahwa ia
"mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain
untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan
menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat" Yahudi (Kis 21:21).
Paulus dianjurkan untuk
melakukan upacara pentahiran, supaya "semua orang akan tahu, bahwa segala
kabar yang mereka dengar tentang engkau sama sekali tidak benar, melainkan
bahwa engkau tetap memelihara hukum Taurat."
Tidak berapa lama
setelah sampai di Yerusalem, Paulus ditangkap dengan tuduhan membawa
orang-orang bukan Yahudi ke dalam Bait Allah. Paulus dibawa ke markas tentara
Romawi dan dihadapkan kepada gubernur Romawi Antonius Feliks di Kaisarea.
Ia ditahan selama
2 tahun, sampai gubernur yang baru, Perkius Festus, membuka kembali kasusnya pada
tahun 59. Karena tidak mau diadili di Yerusalem,
Paulus menyatakan banding kepada Kaisar, sehingga kemudian ia dikirim ke Roma
dengan naik kapal (Kisah Para Rasul 25).
Kisah Para Rasul
mencatat perjalanan Paulus ke Roma, termasuk kisah terdamparnya kapal yang
membawa Paulus di pulau Malta, dimana ia bertemu dengan Publius
dan penduduk pulau itu yang menyambut mereka dengan ramah. Setelah 3 bulan di sana,
Paulus berangkat lagi dan tiba di Roma tahun 60. Ia tinggal selama 2 tahun
dalam tahanan rumah (Kis 28:16). Seluruhnya, Paulus
menghabiskan 5,5 sampai 6 tahun dari masa pelayanannya sebagai orang tahanan di
dalam penjara.
Irenaeus, bapa gereja pada abad ke-2, mencatat bahwa Petrus dan Paulus adalah tokoh-tokoh utama gereja di Roma dan mereka telah
menunjuk Linus sebagai uskup gereja Roma, meneruskan tugas mereka.
Paulus bukan uskup
gereja di Roma, nampaknya juga bukan perintisnya, karena sudah ada orang-orang
Kristen di Roma ketika Paulus tiba (Kis 28:14-15) dan Paulus juga menulis surat
kepada jemaat di Roma sebelum ia sempat mengunjungi Roma (Roma 1:1,7,11-13; Roma 15:23-29). Namun, Paulus dapat
berperan penting dalam mengorganisir dan membesarkan gereja mula-mula di Roma.
E. Kematian dan Makam Paulus
Alkitab
tidak mengatakan bagaimana dan kapan Paulus meninggal. Namun menurut tradisi Kristen, Paulus dipenggal di Roma
pada masa pemerintahan Nero pada sekitar pertengahan 60-an di Tre Fontane Abbey.
Kewarganegaraan Romawi yang dimilikinya mengijinkan Paulus menjalani hukuman
mati yang lebih cepat yaitu dengan pemenggalan.
Pada bulan Juni 2009, Paus Benediktus mengumumkan hasil penggalian
makam Paulus di Basilika Santo
Paulus di Luar Tembok. Sarkofagus
itu sendiri tidak terbuka, namun diuji dengan upaya penyelidikan. Dan itu
menunjukkan potongan-potongan kemenyan, kain ungu dan kain biru serta fragmen
tulang kecil. Tulang itu bertanggal radiokarbon
abad ke-1 hingga ke-2. Menurut Vatikan, ini tampaknya mengkonfirmasi tradisi
makam milik Paulus.
6. Surat-surat Paulus
Surat-surat Paulus merupakan alat komunikasi antara dirinya dengan komunitas-komunitas Kristen perdana, tetapi juga penting karena berisi uraian teologisnya.
Ada 13 surat dalam Perjanjian Baru yang menunjukkan Paulus sebagai penulisnya. Namun, saat ini para ahli Perjanjian Baru berdebat menentukan mana surat yang ditulis sendiri oleh Paulus atau surat-surat Pauline, dan mana surat yang mengatasnamakan dirinya sebagai penulis, atau surat-surat Deutero-Pauline. Konsensus yang diterima secara umum di kalangan para ahli Perjanjian Baru mengenai surat-surat Paulus adalah sebagai berikut:
Surat-surat Paulus: (1) Surat 1 Tesalonika, (2) Surat 1 Korintus, (3) Surat 2 Korintus, (4) Surat Galatia, (5) Surat Roma, (6) Surat Filipi, (7) Surat Filemon.
Surat-surat Deutero Paulus: (1) Surat Kolose, (2) Surat Efesus, (3) Surat 2 Tesalonika, (4) Surat 1 Timotius, (5) Surat 2 Timotius, (6) Surat Titus.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Paulus_dari_TarsusGambar dari Google Images
Baca juga:
Kisah Rasul Yesus | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 | |
12 | |
13 | |
14 | |
15 | |
16 | |
17 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar