Rabu, 02 Juni 2021

Apa Arti Perumpamaan Selumbar dan Balok ?

Perumpamaan Selumbar dan Balok
Perumpamaan Selumbar dan Balok

A. Sumber Alkitab

Kutipan Matius 7:3-5 demikian: “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?  Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

B. Arti Perumpamaan Balok dan Selumbar
 
Perumpamaan Balok dan Selumbar dalam budaya Indonesia sama dengan Peribahasa "Gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman di seberang lautan tampak.
 
Kembali ke Perumpamaan Balok dan Selumbar,"Balok" adalah Kayu berukuran besar, digunakan untuk membangun rumah, sedangkan "Selumbar" adalah potongan kayu yang kecil, digunakan untuk kayu bakar. 

Kadangkala Yesus memakai humor untuk menyampaikan kebenaran. Renungkanlah hal serius yang terdapat dalam gambaran-Nya yang bernada humor pada bacaan Alkitab ini. Dia berkata bahwa para pemimpin agama itu seperti orang yang memiliki balok besar di mata namun menawarkan diri untuk menyingkirkan selumbar kecil di mata saudaranya (Matius 7:1-6). Betapa menggelikan!

Kita sering kali sulit melihat kesalahan diri sendiri, tetapi mudah melihat kesalahan orang lain yang terkecil sekalipun. Dengan demikian kita memiliki dua tongkat pengukur yang berbeda, satu untuk diri sendiri dan satu untuk orang lain.

Kita selalu memiliki pasangan istilah. Bila orang lain marah, kita menyebutnya "mudah marah;" sedangkan bila kita marah, kita menyebutnya "kemarahan yang pada tempatnya." Kita menyebut orang lain "kikir;" namun bila kita sendiri yang berlaku demikian, kita menyebutnya "pola hidup sederhana."

Kita juga cenderung menimpakan kesalahan kepada orang lain meski kitalah yang bersalah. Sepasang suami-istri yang telah menikah selama 20 tahun sedang mengendarai mobil. Sang istri tiba-tiba berkata, "John, kamu tidak lagi seperti pada tahun-tahun awal pernikahan kita--romantis, penuh cinta, dan mesra. Biasanya kita duduk berdekatan saat bepergian naik mobil, tapi sekarang kamu duduk begitu jauh dariku." Sang suami menjawab lembut, "Mary, aku duduk tepat di tempat saya selalu duduk bila mengemudi, namun tempat dudukmu yang menjauh dariku."

Marilah kita berhati-hati terhadap sikap suka mengkritik. Sikap ini tidak hanya membutakan kita terhadap kesalahan diri sendiri, tetapi juga bisa menjadi bumerang bagi diri kita.

Referensi
http://id.wikipedia.org
http://alkitab.sabda.org

1 komentar: