Senin, 12 Juli 2021

Maleakhi, Penulis Terakhir Kitab Perjanjian Lama


Nabi Maleakhi
Nabi Maleakhi

1) Profil Nabi Maleakhi
Maleakhi atau Mal'akhi artinya "Utusan/malaikatku", ia adalah seorang nabi dalam Alkitab Ibrani, atau Tanakh bagi umat Yahudi, atau Perjanjian Lama di Alkitab umat Kristen

Maleakhi adalah nabi terakhir dalam urutan nabi-nabi kecil, dan penulis Kitab Maleakhi, kitab terakhir dalam kanon Perjanjian Lama (Maleakhi 4:4-6) edisi Kristen, dan merupakan kitab terakhir dalam kumpulan Nevi'im (nabi-nabi) dalam Tanakh Yahudi.

Kitab Ezra tidak pernah menyebut namanya, dan ia tidak secara langsung disebutkan dalam pembangunan kembali Bait Allah. Para penyunting Jewish Encyclopedia (1906) menyimpulkan bahwa Maleakhi bernubuat setelah nabi-nabi Hagai dan Zakharia (Maleakhi 1:10; 3:1,10) dan menduga bahwa ia menyampaikan nubuatnya sekitar tahun 420 SM, setelah kembalinya Nehemia yang kedua kali dari Persia (Nehemia 13:6), atau kemungkinan sebelum kepulangannya, dari hasil membandingkan Maleakhi 2:8 dengan Nehemia 13:15; Maleakhi 2:10-16 dengan Nehemia 13:23

Berbagai pandangan sepakat bahwa kitab ini disusun pada masa antara 432-424 SM. Ini adalah masa antara kunjungan pertama dan kedua Nehemia ke Yerusalem.


2) Kitab Maleakhi
Kitab Malekahi merupakan salah satu kitab dalam Perjanjian Lama yang termasuk dalam kitab nabi-nabi kecil. Kitab ini merupakan kitab terakhir dalam Perjanjian lama. 

Kitab Maleakhi juga menjadi kitab terakhir dari kitab nabi-nabi kecil. Hal ini menyebabkan Maleakhi dianggap sebagai suara yang terakhir di Perjanjian Lama. 

Secara tradisional, Kitab ini diyakini ditulis oleh seorang yang bernama Maleakhi. Kitab ini juga membahas kembali mengenai Musa dan juga terkait dengan nabi Elia

Konteks mengenai kitab Maleakhi ini bisa dikatakan sama dengan konteks kitab Hagai. Hal ini dikarenakan Maleakhi dan Hagai mempunyai kurun waktu yang dekat.

Kitab Maleakhi merupakan salah satu kitab yang ditulis setelah masa pembuangan.  Beberapa puluh tahun sebelumnya, Nabi Nehemia telah membangun tembok-tembok Yerusalem yang diawali dengan kembalinya sekitar 50.000 orang tawanan dari Babel pada zaman Zerubabbel dan imam besar Yosua

Dalam kitab ini diperlihatkan bahwa para imam mulai berbuat kejahatan di mata Tuhan seperti melakukan ketidakadilan, bergaul dengan penyembah berhala, dan menolak membayar persepuluhan.

Dalam keadaan seperti ini dibutuhkan seorang nabi yang mengingatkan para imam akan kesalahannya. Kitab ini ditulis pada masa kerajaan Persia yang menggantikan kerajaan Babel pada tahun 539 Sebelum Masehi. 

Tidak begitu banyak informasi mengenai orang Yahudi pada masa kurun waktu 515-450 Sebelum Masehi. Akan tetapi, Bait Allah telah dibangun kembali. Waktu itu kerajaan Persia telah diperintah oleh wali-wali negara. Kepada wali-wali negara inilah bupati-bupati setempat bertanggung jawab. 

Hal inilah yang dialami oleh Yudea. Yudea tidak lagi mempunyai bupati sendiri tetapi diatur dari Samaria. Hal ini menyebabkan timbulnya perselisihan antara para pejabat Samaria dengan orang Yahudi. 

Pembangunan tembok Yerusalem oleh orang-orang yang kembali dari pembuangan dilihat oleh orang-orang di Samaria sebagai pemberontakan. Tuduhan ini sangat wajar pada masa itu, karena pembangunan tembok kota sangat identik dengan pembangunan kubu pertahanan. 

Hubungan bangsa Israel dengan bangsa tetangga pada saat itu juga tidak telalu baik terutama dengan bangsa Edom dan suku-suku dari bangsa Arab. 

Latar belakang dari kitab Maleakhi ini merupakan lanjutan dari masa Zakharia dan Hagai di mana orang-orang Yahudi telah membangun kembali bait suci mereka.


Sumber
http://id.wikipedia.org/wiki/Maleakhi
http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Maleakhi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar