Remaja Kristen membaca Alkitab |
Bahan
Alkitab
Kitab 1
Korintus 15:33, “Janganlah
kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik”.
Penjelasan Kitab 1 Korintus 15:33 sebagai berikut: Para remaja perlu selektif dalam bergaul. Ketika bergaul dengan orang yang baik, maka ia akan menuju ke arah yang baik. Akan tetapi ketika bergaul dengan orang yang kurang baik, maka kebiasaan yang baik padanya akan ke menuju ke arah yang kurang baik.
Kitab 1
Korintus 6:19, “Tidak
tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh
Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”
Penjelasan 1 Korintus 6:19 sebagai berikut: Roh Kudus diam dalam diri orang percaya. Tubuh orang percaya adalah bait Roh Kudus. Apa yang ada pada diri kita berasal dari Allah, maka hidup ini harus diisi untuk hal yang memuliakan Allah.
Roma 12:2, “Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga
kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan
kepada Allah dan yang sempurna”.
Penjelasan Roma 12:2 sebagai berikut: “Kitab ini menjelaskan bahwa kehidupan orang percaya harus berhikmat dalam mengisi hidupnya, berani tampil beda dengan pola hidup dunia yang tidak sesuai nilai-nilai Kristiani. Menunjukkan perilaku yang sesuai firman Allah serta hidup dalam pertobatan adalah merupakan kehidupan yang dikehendaki Allah bagi setiap orang percaya.
Mazmur
119:9, “Dengan apakah seorang muda
mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu”.
Penjelasan Mazmur 119:9 sebagai berikut: Menjelaskan bahwa, firman Tuhan menjadi pondasi yang kuat bagi orang muda atau remaja dalam menjalani hidup yang dianugerahkan Tuhan padanya. Oleh karena itu, dalam pergaulan harus menjaga kekudusan hidupnya dan tidak bergaul seperti orang duniawi.
A. Pendahuluan
Pembahasan sebelumnya adalah peranan Roh Kudus dalam kehidupan
orang beriman dan berpengharapan. Remaja masa kini menghadapi berbagai bentuk
tantangan pergaualan. Sebagai remaja Kristen masa kini, bagaimanakah cara
menghadapi perubahan yang terus berlangsung? Apakah tantangan yang dihadapi
sebagai remaja Kristen? Kalian sebagai remaja Kristen harus tetap menyatakan
kebenaran dan tetap hidup sesuai nilai-nilai Kristiani, meskipun berhadapan
dengan perubahan yang tidak sesuai dengan iman Kristen.
B. Fenomena Pergaulan Masa Kini
Sekarang kita hidup di zaman milenial, orang percaya dituntut untuk bersaing dengan zaman yang semakin modern ini. Gaya Hidup mewah memaksa seseorang melakukan berbagai cara untuk terlihat keren dan modis. Dalam pergaulan, dituntut untuk tidak ketinggalan mode. Pergaulan sekarang ini, jika salah bertindak, pasti dampaknya buruk. Dalam kenyataan, kita melihat bahwa ada orang yang baik, juga sering melayani atau aktif dalam kegiatan kemanusiaan, akan tetapi tiba-tiba di media cetak atau elektronik mengabarkan dia terjerat kasus, apakah itu seks bebas, narkoba/miras dan lain sebagainya.
Sebagai orang percaya dan juga sebagai remaja Kristen, tidak cukup hanya sekedar tahu mana yang baik dan tidak baik atau mana yang boleh dan tidak boleh sesuai nilai-nilai Kristiani. Yang sangat penting adalah iman kita harus kuat. Kebiasaan yang kita lakukan harus disertai dengan iman yang kuat pula. Jika tidak, maka tidak menutup kemungkinan, kita bisa terjerumus di dalamnya, hingga membuat kita jauh dari Tuhan.
Kitab 1 Korintus 15:33 menyatakan: ”Janganlah kalian sesat: Pergaualan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik”. Remaja hidup bergaul dengan sesamanya. Remaja butuh bergaul, akan tetapi firman Allah ini menegaskan agar remaja Kristen selektif dalam memilih dengan siapa dia harus bergaul. Karena dampak dari pergaulan itu sangat besar bagi kehidupan seorang yang menanjak remaja.
Selanjutnya Alkitab mengajarkan bahwa sebagai orang Kristen,
termasuk remaja, tubuh kita adalah bait Allah yang hidup. Kitab 1 Korintus 3:16
menyatakan: ”Tidak tahukah
kalian, bahwa kalian adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam
kalian? Kemudian dalam 1 Korintus 6:19 tertulis: ”Atau tidak tahukah kalian, bahwa tubuhmu
adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kalian, Roh Kudus yang kalian peroleh
dari Allah,-dan bahwa kalian bukan milik kalian sendiri?
Paulus menulis kepada umat Tuhan di Korintus dengan memakai gaya bahasab retoris “tidak tahukah kalian....” yang mempunyai pengertian bahwa mereka sesungguhnya sudah harus tahu bahwa sebagai orang percaya, tubuh mereka adalah bait Allah yang hidup, di mana Roh Kudus diam di dalam mereka. Remaja Kristen harus menjaga kekudusan, khususnya menjaga anggota tubuhnya, karena ada Roh Kudus di dalam diri setiap orang percaya, termasuk dalam diri remaja Kristen.
Bagi remaja dunia, tubuh adalah alat untuk memuaskan keinginan daging. Tetapi bagi remaja Kristen, tubuh ialah bait Allah yang kudus, sehingga remaja Kristen sepatutnyalah hidup dalam kekudusan. Ketika kita percaya Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, kita dimeteraikan oleh Roh Kudus. Karena itu kalau kita tetap hidup menuruti hawa nafsu, berarti kita mendukakan Roh Kudus.
Remaja Kristen harus membebaskan diri dari hidup yang tidak
sesuai firman Allah. Dalam hal ini dibutuhkan kekuatan dalam memegang prinsip
dan iman yang kuat agar tidak terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik.
Jadilah orang percaya dan remaja Kristen yang tetap berpegang teguh pada
nilai-nilai Kristiani yang menjadi landasan hidup dalam pergaualan!
C. Remaja Kristen dalam Menghadapi Perubahan
Dunia dimana kita berada senantiasa mengalami perubahan. Tidak ada yang abadi, semuanya berubah dan akan selalu berubah. Kehadiran orang percaya di manapun berada, diharapkan mampu membawa perubahan, bahkan menjadi pelaku-pelaku terhadap perubahan itu sendiri. Kemajuan yang terjadi dalam berbagai bidang patut kita syukuri, karena dengan adanya perubahan itu berdampak pada kehidupan manusia yang lebih baik.
Perubahan tidak terjadi begitu saja tanpa adanya prakarsa dari Tuhan, lewat usaha yang dilakukan manusia untuk melakukan perubahan, demi kelangsungan hidup yang lebih baik.
Dalam dunia yang berubah, orang percaya tidak mudah untuk tetap menegakkan
kebenaran dan hidup tetap sesuai nilai-nilai Kristiani yang berpadanan dengan
firman Tuhan. Kenyataan yang dihadapi akibat dari perubahan adanya perkembangan
dan kemajuan dalam berbagai bidang, tidak semuanya berdampak ke arah yang
positif, tapi ada juga ke arah yang negatif, yang bisa menyeret remaja ke
perilaku yang menyimpang dari kebenaran firman Allah.
D. Perubahan Zaman dan Pengaruhnya terhadap Remaja
Remaja dan perubahan zaman memang selalu identik, dikarenakan dampak yang paling terasa dari zaman yang terus-menerus berubah adalah remaja. Bertumbuh menjadi seorang remaja di dalam perubahan zaman seperti saat ini, adalah sesuatu yang cukup sulit. Mengingat ada hal-hal baik dan buruk bercampur menjadi satu. Perubahan zaman yang dimaksudkan adalah adanya pergeseran atau perubahan dari apa yang terjadi pada zaman/masa dahulu dengan apa yang terjadi pada masa sekarang. Terutama menyangkut perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Perubahan ini dikenal sebagai perubahan sosial.
Perubahan sosial oleh Wilbert Moore didefenisikan sebagai perubahan penting dari struktur sosial. Adapun yang dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola perilaku dan interaksi sosial. Perubahan sosial adalah fenomena yang sulit, dalam arti menembus ke berbagai tingkat kehidupan sosial, yang berbeda hanyalah tingkat perubahannya saja. Perubahan itu normal dan berlanjut, terjadi di berbagai tingkat kehidupan manusia, mulai dari individual sampai ke tingkat dunia. Keluarga sebagai unit terkecil terkena dampak perubahan yang terjadi, remaja dalam hal ini pasti terkena dampak perubahan yang ada. Salah satunya dari sisi gaya hidup remaja.
Susanto mengartikan gaya hidup sebagai suatu perpaduan antara kebudayaan
ekspresi diri dan harapan terhadap seseorang dalam bertindak yang berdasarkan
pada norma-norma yang berlaku. Di sisi lain, Engel Blackwell dan Miniard
mendefenisikan gaya hidup sebagai pola, dimana orang hidup dan menggunakan uang
dan waktunya. Jadi, gaya hidup adalah pola hidup seseorang sehari-hari, baik
dalam hal berpakaian, makan-minum, bersikap, dan lainnya. Perubahan gaya hidup
remaja saat ini (tanpa mengabaikan bahwa masih ada sekian banyak remaja dengan prestasi
dan perilaku yang baik) dipengaruhi oleh gaya hidup yang konsumtif, materialis,
dan permisif.
E. Pengaruh Gaya Hidup Konsumtif terhadap Remaja
Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata ”konsumtif“ sebagai bersifat konsumsi (hanya memakai dan tidak menghasilkan sendiri). Gaya hidup konsumtif atau konsumtifisme berarti individu atau masyarakat yang mempunyai keinginan untuk membeli atau menggunakan barang dan jasa yang kurang atau tidak dibutuhkan.
Gaya hidup konsumtif adalah perilaku membeli barang secara berlebihan, bukan karena kebutuhan, tetapi semata karena keinginan. Remaja yang terjebak dalam gaya hidup konsumtif rela mengeluarkan uang untuk membeli makanan, pakaian, perangkat elektronik, menonton film, hanya untuk ajang pamer dan gengsi. Usia remaja adalah usia untuk sekolah dan bukan usia kerja. Artinya, remaja belum memiliki uang atau penghasilan sendiri.
Remaja Kristen jangan sampai terjebak gaya hidup konsumtif ini. Karena selain pemborosan membeli tanpa perhitungan dan tidak bijaksana, juga tidak sesuai dengan nilai-nilai Kristiani yang diajarkan Yesus, untuk hidup sederhana, karena Yesus sendiri dalam pelayanan-Nya sangat menunjukkan kesederhanaan.
Jika seorang remaja mendapatkan uang berlebihan dari orang tua
yang mampu secara materi, sebaiknya diberikan untuk menolong sesama yang
membutuhkan, sesuai ajaran Yesus yang berkata: “Bertolong-tolonganlah kalian
dalam menanggung bebanmu”, sehingga terjadi keseimbangan.
F. Pengaruh Gaya Hidup Materialisme terhadap Remaja
Gaya hidup matearialistis atau materialisme adalah pandangan hidup yang semata-mata hanya mencari kesenangan dan kekayaan materi yang merupakan satu-satunya tujuan atau nilai tertinggi. Materialisme seringkali mengesampingkan nilai-nilai rohani. Gaya hidup Materialisme merupakan salah satu tantangan bagi para remaja di dalam perubahan zaman. Materialisme bukanlah hanya sekedar memiliki kekayaan atau harta yang melimpah, tetapi juga sesuatu yang berasal dari hasrat, prioritas, fokus yang sebenarnya tidak diajarkan di dalam kehidupan Kristen.
Materialisme dapat diartikan sebagai paham yang menyatakan bahwa
kepemilikan materi menandakan kebahagiaan. Sebaliknya, kebahagiaan ditandai dengan
adanya materi. Gaya hidup materialisme akan sangat
mempengaruhi perkembangan anak dan remaja, karena kemudian mereka akan menilai diri mereka berdasarkan apa yang mereka miliki. Gaya hidup materialisme menciptakan persaingan materi dan memicu lahirnya individu yang tamak atau rakus. Gaya hidup materialisme juga akan berdampak buruk pada kejiwaan. Banyak anak dan remaja mengalami masalah kesehatan jiwa, karena terikat dengan barang, mode, atau pakaian terbaru, atau barang elektronik.
Gaya hidup materialisme ini sangat kurang tepat bagi orang percaya, dan juga para remaja Kristen. Kebahagiaan tidaklah tergantung pada harta atau materi yang dimiliki. Ada banyak manusia memiliki harta yang melimpah, akan tetapi hidupnya tidak bahagia. Banyak para aktor/aktris yang sedang maju dalam karyanya, tapi tidak lama kemudian terdengar mereka mengahiri hidupnya dengan bunuh diri atau karena narkoba. Artinya materi yang mereka miliki tidak membuatnya bahagia, tenang dan tidak puas.
Firman Tuhan berkata, janganlah kalian menjadi hamba uang, karena
akar dari segala kejahatan adalah cinta uang. Gaya hidup materialisme jelas
tidak menunjukkan perilaku yang sesuai nilai-nilai Kristiani. Oleh karena itu,
remaja Kristen jangan terprovokasi dengan gaya hidup materialisme ini.
G. Pengaruh Gaya Hidup Permisif (Serba boleh) terhadap Remaja
Pola asuh permisif adalah suatu pola asuh yang kurang membimbing dan mengarahkan anak. Anak diberikan kebebasan sepenuhnya untuk berbuat semaunya tanpa ada kontrol dari orang tua. Hal ini terjadi dalam perubahan zaman akibat dari paham kebebasan yang diagung-agungkan. Orang berdalih bahwa dalam perubahan zaman saat ini, manusia berhak melakukan segala sesuatu yang diinginkannya.
Salah satu hal yang menyebabkan adanya perilaku permisif pada remaja adalah karena pola asuh orang tua. Orang tua yang sejak kecil menerapkan pola asuh permisif, akan menghasilkan anak-anak yang juga memiliki pola pikir dan perilaku yang permisif.
Bahaya besar bagi gaya hidup permisif ini adalah membolehkan segala sesuatu tanpa ada batasan, seperti norma atau nilai-nilai etika, moral, dan agama. Seluruh segi kehidupan terbuka, yang dulu dilarang atau dianggap tabu, sekarang diperbolehkan dan tidak lagi tabu.
Beberapa remaja lebih mengikuti apa yang dikatakan oleh iklan atau orang lain tentang gaya hidup tertentu. Akibat dari perubahan zaman yang ditandai dengan perubahan gaya hidup remaja, karena remaja tidak ingin dinilai ketinggalan zaman atau tidak mengikuti trend, maka remaja cenderung lebih banyak berfokus pada dirinya sendiri, lebih senang memuaskan dirinya sendiri, tidak kuat menghadapi masalah. Ada remaja yang bunuh diri karena tidak kuat menghadapi masalah. Jika gaya hidup seperti ini yang dilakukan remaja Kristen, maka sesungguhnya nilai-nilai Kristiani sudah hilang, semuanya serba bebas dan tidak ada aturan yang perlu dipatuhi.
Tuhan memberikan kita hikmat untuk berperilaku bijaksana. Jadilah remaja yang berhikmat dalam mengisi kehidupan. Pada masa remaja, jadilah bijaksana dalam menentukan pilihanmu. Pilih yang sesuai ajaran Kristus. Menghadapi dunia yang berubah, kalian harus berani menunjukkan perilaku “Berani tampil beda“, artinya berani tetap menyatakan kebenaran dan mampu menjadi pribadi yang mencerminkan nila-nilai Kristiani di tengan dunia yang berubah.
Kitab Roma 12:2 menyatakan: ”Janganlah kalian menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kalian dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.
Remaja Kristen dalam menghadapi perubahan menyadari keberadaannya, bahwa dia harus berubah, tapi berubah ke dampak yang positif, tidak mengikuti apa saja yang disodorkan oleh dunia sekitarnya, akan tetapi lebih pada perubahan yang bermakna bagi orang lain dan lingkungannya. Firman Tuhan harus menjadi filter untuk memilih perilaku dalam bersikap, bertindak dan bertutur kata dalam kehidupan sehari-hari.
Pada saat Allah menempatkan Adam dan Hawa di Taman Eden, Tuhan memberikan kebebasan untuk menikmati semua buah pohon yang ada di Taman Eden, akan tetapi ada buah yang tidak boleh dimakan, dan apabila dilanggar pastilah mati. Artinya manusia boleh bebas hidup di mana dia berada, akan tetapi tetap ada aturan yang harus dipatuhi, ada batas-batas yang boleh dan tidak boleh dilanggar, jika dilanggar pasti ada resiko yang harus dihadapi.
Tuhan memberikan kita hak untuk bebas memilih, tetapi harus melakukan kebebasan itu secara bertanggungjawab. Bukan kebebasan yang melanggar firman Allah. Jadilah Remaja Kristen yang bebas dan tidak menyalahgunakan kebebasan dengan tanpa aturan, tapi kebebasan yang bertanggungjawab, lakukanlah!.
![]() |
Group Musik Remaja Kristen |
H. Menjadi Remaja Kristen yang Kuat menghadapi Perubahan
Remaja Kristen jaman sekarang banyak mengalami perubahan dan menjalani pola kehidupan yang berbeda dengan jaman sebelumnya. Apalagi jaman sekarang ditandai dengan kemajuan teknologi dan informatika. Tetapi sangat disayangkan, ketika kemajuan teknologi dan informatika disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, seperti membuka situs porno, menyebarkan kebohongan (hoax. Ada juga pemuda Kristen yang terlibat dalam pergaulan bebas, narkoba, pornografi, judi, mabuk-mabukan, tawuran, pembunuhan, pemerkosaan, dan lain sebagainya. Tindakan tersebut sangat menyimpang dari Firman Tuhan yang tertulis dalam Galatia 5:19-21 demikian: “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah”.
Berbicara tentang dosa, tentu para remaja mengalami banyak masalah. Akibat yang terjadi dapat menjauhkan seseorang dari kasih karunia Tuhan. Pergaulan yang buruk, menjadi satu alasan banyak remaja Kristen terjebak dengan dosa, karena mereka diperhadapkan dengan kebebasan dalam berbuat, kenikmatan atau kepuasan sesaat, yang akan membawa semakin terjerumus dalam dosa. Dalam kitab Roma 6:23 dikatakan bahwa “Upah dosa ialah maut”.
Perlu disadari bahwa remaja Kristen dipanggil untuk menjadi saksi
Tuhan di tengah-tengah pergaulan, seperti yang dikatakan dalam Mazmur 119:9,
demikian: ”Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih?
Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu”.
Sangat disayangkan bila banyak remaja Kristen yang tidak menyadari akan hal itu, malah menyimpang dari Firman Tuhan, apalagi bila remaja Kristen malah menjadi sumber dari masalah, bukan menjadi pemecah masalah, atau pemberi solusi masalah.
Remaja Kristen harus mampu mempergunakan kemajuan teknologi yang
ada untuk hal yang positif dan tetap memiliki pondasi yang kuat, yaitu firman
Tuhan agar tidak menjadi sama dengan pola hidup duniawi, meskipun masih harus
hidup bersama di tengah-tengah perubahan hidup yang terus berkembang. Untuk itu
remaja Kristen perlu dibekali dengan pengenalan akan jati dirinya, hingga dapat
menempatkan dirinya, sebagai remaja Kristen yang tetap berperan sebagai contoh
dalam komunitasnya.
I. Perkembangan Remaja Mencari Jati Diri
Para remaja yang sedang berusaha mencari jati diri (self identity), diperhadapkan dengan berbagai pertanyaan menyangkut keberadaan dirinya, siapa saya, akan menjadi apa saya, apa peran saya dalam keluarga, masyarakat, dan dalam kehidupan beragama.
Jika remaja berhasil memahami dirinya, maka dia akan menemukan jati dirinya, dan memiliki kepribadian yang sehat. Namun sebaliknya apabila gagal, maka remaja akan mengalami kebingungan, kurang dapat menyesuaikan diri, baik terhadap dirinya, maupun terhadap orang lain.
Remaja Kristen harus mengerti dan memahami bahwa Allah memilihnya dari dunia, diutus ke dunia, untuk menjadi terang dan garam di tengah-tengah dunia yang penuh dengan kehidupan yang kurang baik.
Perlu dipahami bahwa perkembangan individu remaja, dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam dirinya (internal), seperti: keturunan dan minat, sedangkan faktor –faktor dari luar dirinya (eksternal), seperti: lingkungan fisik dan lingkungan sosial, dan gabungan dari kedua factor tersebut. Dengan demikian maka semua pihak yang terkait dengan perkembangan remaja, perlu bekerjasama, sehingga individu remaja mampu untuk membentuk konsep diri yang benar.
Konsep diri adalah pandangan diri tentang diri sendiri yang memilki tiga dimensi, yaitu pengetahuan tentang diri sendiri, penghargaan tentang diri sendiri, dan penilaian tentang diri sendiri. Ketiga dimensi ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama, Pengetahuan Tentang Diri
Pengetahuan tentang diri sendiri antara lain: jenis kelamin, kebangsaan, suku, jenis pekerjaan. Dengan daftar itu, seseorang dapat mengidentifikasi diri dengan kelompok sosial tertentu, misalnya pandai atau tidak pandai, dan lain-lain. Remaja Kristen adalah umat pilihan Tuhan yang begitu berharga di mata Tuhan, dan kehadirannya di manapun adalah untuk memuliakan Tuhan.
Kedua, Harapan Tentang Diri
Setelah memiliki pandangan tentang diri, maka akan punya pandangan lain, yaitu tentang kemungkinan menjadi apa di masa mendatang. Pengharapan ini merupakan konsep diri yang ideal yang mungkin sama, tetapi juga mungkin berbeda pada setiap orang.
Mungkin ada beberapa remaja yang sudah memiliki gambaran di masa depan, misalnya: (a) akan tinggal di rumah indah yang dikengkapi taman, (b) memiliki mobil keluarga, dan (c) memiliki penghasilan yang cukup untuk kebutuhan keluarga. Apapun harapan itu, akan mendorong remaja untuk menuju masa depan, dan memandu dirinya dalam perjalanan menuju masa depan. Remaja Kristen adalah masa depan gereja dan bangsa. Yesus berkata bahwa Dia datang untuk memberi hidup dan hidup yang berkelimpahan serta masa depan yang penuh harapan.
Ketiga, Penilaian Tentang Diri
Penilaian tentang diri sendiri mencakup saya dapat menjadi apa (penghargaan bagi diri sendiri) dan saya seharusnya menjadi apa (standar bagi diri sendiri). Hasil pengukuran tersebut sebagai rasa harga diri, yaitu seberapa besar seseorang menyukai diri sendiri. Semakin besar ketidaksesuaian antara gambaran diri dalam angan-angan dan gambaran tentang diri dalam kenyataan, maka akan semakin rendah diri.
Mereka yang hidup sesuai dengan standar dan harapan, yang menyukai dirinya, menyukai yang dikerjakan, akan memiliki rasa harga diri yang tinggi. Sebaliknya, jika terlalu jauh dari standar dan harapan, maka akan memiliki rasa harga diri yang rendah.
Evaluasi atau penilaian tentang diri merupakan komponen konsep diri yang sangat kuat. Remaja harus bangga dengan dirinya sendiri, harus bersyukur menerima anugerah Tuhan dalam hidupnya. Jadilah remaja yang bisa menerima dirinya sebagai ciptaan Tuhan yang sangat unik dan istimewa.
Jallaludin Rakhmat mengungkapkan lima tanda orang yang memiliki konsep
diri yang positif, yaitu:
1.
Memiliki
kemampuan mengatasi masalah,
2.
Merasa
setara dengan orang lain,
3.
Menerima
pujian tanpa rasa malu,
4. Menyadari setiap orang mempunyai perasaan, keinginan, perilaku berbeda,
5.
Mampu memperbaiki
diri perilaku yang tidak disenangi orang lain.
Konsep diri yang diharapkan dimiliki oleh remaja Kristen adalah konsep diri yang positif. Untuk itu dasarnya adalah penerimaan diri. Konsep diri yang benar harus dibangun atas dasar Firman Tuhan. Orangtua dan gereja mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk tetap memberikan pengajaran dan pelayanan kepada remaja tentang kehidupan yang sesuai firman Tuhan.
Pengajaran itu harus dilakukan berulang-ulang dan dalam berbagai
situasi. Pada Ulangan 6:7 tertulis: “Haruslah
engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”. Sesuai Ulangan 6:7
tersebut, diharapkan Para Remaja menerima pengajaran tentang firman Tuhan dalam
keluarga, maka kelak dia akan menjadikan firman itu menjadi pegangan hidupnya,
dan tidak mudah terpengaruh oleh kehidupan yang tidak sesuai dengan ajaran
Kritus. Roh Kudus akan memampukan Para Remaja untuk hidup seturut kehendak
Tuhan, dan Yesus berjanji akan menyertai orang percaya sampai. kepada akhir
zaman.
J. Penerapan Pemuridan Kontekstual Remaja Kristen
Pemuridan adalah proses untuk mendewasakan kehidupan rohani orang percaya untuk menjadi serupa dengan Kristus. Proses Pemuridan ini secara sengaja dilakukan oleh orang percaya dalam jangka waktu yang cukup lama. Pemuridan dapat dilakukan secara pribadi dengan cara membagikan pengalaman rohani yang pernah dialami oleh satu individu.
Pemuridan kontekstual merupakan satu produk pemuridan yang disebut Kelompok Tumbuh Bersama Kontekstual (KTBK). Pemuridan kontekstual merupakan pemuridan dengan mengedepankan pertimbangan konteks sebagai kajian utama. Konteks yang dimaksudkan meliputi konteks Alkitab maupun konteks pemuridannya.
Tujuan utama dari KTBK adalah membawa setiap oang yang dimuridkan untuk tumbuh hingga memiliki kedewasaan sampai serupa Yesus Krists. KTBK memiliki andil untuk mendorong dan melengkapi orang percaya dengan pemahaman Alkitab secara kontekstual. Pemuridan ini juga dapat menjadi pengawas bagi kehidupan orang percaya untuk dapat hidup dalam ketaatan yang sepenuhnya hidup dalam kebenaran Firman Tuhan.
Akhirnya KTBK bertujuan untuk multiplikasi, hingga setiap orang
dapat dimuridkan dan menjadi murid Yesus untuk bersama-sama hidup dalam kesempurnaan
kearah Kristus. Pemuridan Tuhan Yesus didasarkan dari kehidupannya yang holistic
(cara pandang yang menyeluruh). Pemuridan Yesus merupakan suatu pemuridan
yang dapat mengubah kehidupan orang percaya untuk semakin berakar, bertumbuh, berbuah, di dalam Kristus. Menjadi pengikut Yesus atau murid Tuhan Yesus adalah mereka yang mengikut dari dekat, mengambil bagian dalam pelayanan, dan rela berkorban. Pemuridan dapat terjadi ketika para pengkhotbah semakin belajar menyajikan khotbah yang kontekstual. Kata kontekstual secara umum berarti penyesuaian dengan konteks atau ruang lingkup tertentu.
Melalui pemuridanlah seseorang imannya akan semakin bertumbuh dan semakin memiliki pengenalan akan Kristus, sehingga imannya tidak mudah diombang ambingkan oleh apapun, karena telah memiliki pengenalan yang benar tentang Yesus, yang telah menjadi Tuhan dan Juruselamatnya.
Pengajaran yang dilakukan bagi remaja Kristen perlu diberikan
sedini mungkin. Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada
masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu. Orang tua
harus mengabdikan diri mereka untuk memberikan didikan disiplin rohani kepada anak-anak mereka (bandingkan Amsal 22:15; Amsal 13:24; Amsal 19:18; Amsal 23:13-14; Amsal 29:17).
Remaja yang memperoleh pembiasaan mendapat pengajaran firman
Tuhan dalam keluarga akan bertumbuh menjadi remaja yang kokoh dalam pendirian,
taat, dan setia pada Tuhan. Orang tua yang memberikan didikan dengan
kedisiplinan akan menyelamatkan anak dari pergaulan yang tidak sesuai firman
Tuhan.
J. Refleksi
Pergaulan remaja masa kini banyak yang telah
menyimpang dari nilai-nilai Kristiani. Remaja Kristen perlu memiliki pondasi
yang kuat dari firman Tuhan, agar tidak ikut terjebak dengan pergaulan yang
kurang baik. Untuk itu remaja perlu memiliki konsep diri yang positif tentang
dirinya sendiri, agar tidak mudah terpengaruh oleh kehidupan yang menjurus pada
pelanggaran akan firman Allah.
Orang tua sangat memegang peranan yang besar
untuk memberikan pengajaran akan hidup yang sepadan dengan firman Allah, dengan
mengajarkannya berulang-ulang, artinya orang tua tidak boleh bosan untuk
menyatakan bahwa anak perlu hidup seturut ajaran kristus.
Gaya hidup yang ada pada masa kini, ada yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai Kristiani. Para remaja Kristen tidak boleh
hanya mengikuti begitu saja semua gaya hidup yang ada. Firman Allah harus
menjadi pegangan remaja Kristen dalam mengikuti gaya hidup yang ada. Milikilah
gaya hidup yang seturut dengan nilai-nilai Kristiani. Pesan Paulus dalam 1
Korintus 15:33 demikian: ”Janganlah
kalian sesat: pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik”.
Referensi: Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekeri untuk SMP Kelas VII. Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jakarta Pusat. 2021. Alkitab
Elektronik 2.00 – Alkitab Terjemahan Baru ©1974 Lembaga Alkitab Indonesia.
Gambar dari Bing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar