Jumat, 09 September 2022

Bab 3 Makna Gereja Bagiku


Bahan Alkitab

Yesus membaca nas: "Roh Tuhan ada padaKu"
Lukas 4:18

"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 

Kisah Para Rasul 2:1-7

2:1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. 2:2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; 2:3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. 2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. 2:5 Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. 2:6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. 

Kisah Para Rasul 2:41-47

2:41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. 2:42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 2:43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. 2:44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, 2:45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. 2:46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, 2:47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. 

Roma 12:4-5

12:4 Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai banyak anggota, tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, 12:5 demikian juga kita, walaupun banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain.

 

A. Pendahuluan 

Pembelajaran tentang gereja bukan hanya membahas tentang peran gereja secara tradisional maupun di masa lalu namun makna gereja bagi remaja masa kini yang membutuhkan bimbingan dalam memahami hakikat gereja dan apa peran gereja bagi umat kristen dan bagi masyarakat secara lebih luas dan lebih khusus bagi remaja. Pada kelas dan jenjang lainnya juga akan dibahas mengenai gereja. Jadi, pada kelas dan jenjang ini, akan dibatasi hanya pada gereja masa kini dan berbagai bentuk perubahan yang terjadi serta bagaimana gereja menyikapinya. Jika pembahasan hanya bicara tentang peran gereja tradisional mungkin tidak akan menarik bagi remaja masa kini. Kalian tentu ingin tahu bagaimana gereja mampu mengakomodir kebutuhan kalian, terutama dari segi pendidikan iman dan pendampingan spiritual.

 

B. Hakikat Gereja

Gambar Gereja

Menurut Nitrik dan Boland (BPK Gunung Mulia, 1999), kata “Gereja” berasal dari bahasa Portugis “Igreja,” dalam bahasa Yunani: “ekklesia” yang dapat ditemui dalam Kitab Perjanjian Baru yang artinya “jemaat”. Selanjutnya menurut Nitrik dan Bolland, kata “ekklesia” artinya orang-orang yang dipanggil keluar (sebagai orang merdeka) dari dalam dunia dan ditempatkan kedalam dunia untuk memberitakan kabar baik bagi dunia. 

Gereja juga dikenal sebagai Tubuh Kristus dimana Yesus Kristus adalah kepala dari tubuh itu dan anggota gereja disebut sebagai anggota tubuh Kristus. Jadi, kita semua adalah anggota tubuh Kristus. Ada bermacam-macam kiasan yang digunakan dalam menyebut gereja. Tetapi baiklah kita tidak focus pada berbagai kiasan itu namun lebih melihat pada fungsi gereja bagi umat kristen dan bagi masyarakat. Gereja hadir di dalam dunia tapi gereja tidak sama dengan dunia. Oleh karena itu gereja tidak boleh antipati terhadap dunia sebaliknya gereja ada untuk mengubah dunia.

 

C. Gereja Masa Kini

Kebaktian Gereja Kibaid

Peran gereja modern dalam kehidupan orang percaya abad ke-21 sangat penting karena berbagai kekosongan yang ada dalam kehidupan manusia dapat diisi oleh gereja. Jika sebuah mobil perlu diperbaiki, maka orang akan membawanya ke bengkel. Jika seseorang sakit, maka puskesmas atau rumah sakit adalah tempat terbaik untuk mencari pertolongan medis. Gereja adalah tempat tujuan manusia ketika mereka membutuhkan "perbaikan spiritual". Gereja benar-benar rumah penyembuhan bagi mereka yang sakit dan membutuhkan pertolongan, mereka yang terhilang, mereka yang termarginalkan dan bukan klub eksklusif untuk orang-orang kudus. 

Jadi mengapa seseorang ingin bergereja? Terlepas dari apa yang dikatakan tentang gereja, orang berharap bahwa masalah hidup mereka dapat ditangani dengan cara atau bentuk tertentu. Dengan semua beban dan tekanan dunia yang membebani pikiran mereka, orang-orang berharap gereja memberikan jawaban berdasarkan Alkitab yang tidak dapat diberikan oleh lembaga lain. 

Setiap tahun majalah-majalah kelas dunia seperti forbes maupun media-media di Indonesia menerbitkan datar orang terkaya di dunia dan di Indonesia. Daftar ini terus bertambah panjang dan panjang. Lebih banyak orang hidup berkelimpahan dan bergelimang harta namun disisi lain, ada begitu banyak orang yang hidup berkekurangan bahkan selalu berjuang hanya untuk memperoleh makanan pada setiap hari. Orang-orang kaya dan para pesohor dapat menikmati berbagai jenis hiburan dengan bayaran yang mahal. Mereka membeli rumah dan mobil mewah dengan amat gampangnya. 

Hidup, secara keseluruhan, tampaknya nyaman bagi mereka. Namun, sejak Desember 2019 ketika wabah Covid-19 mulai merebak dan melanda seluruh dunia, berbagai negara dan kota di dunia melakukan apa yang disebut “lock down” atau menutup negara dan kota-kota dari para pendatang dan mengharuskan semua orang tinggal di rumah. Hal itu menyebabkan orangorang kaya maupun orang miskin sama-sama merasakan dampak dari wabah itu. Terutama bagi orang-orang miskin yang sudah miskin makin bertambah miskin karena kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian mereka. Bahkan semua rumah-rumah ibadah pun ditutup, manusia beribadah dari rumah dengan menggunakan layanan online. 

Suatu budaya baru sedang terbentukoleh karena wabah Covid-19. Ditengah situasi seperti itu, apa makna gereja bagi kita? Bagaimana orang memaknai ibadah? Biasanya orang beribadah di rumah ibadah, orang bertemu dengan sesama orang seiman untuk beribadah bersama namun ketika Covid-19 mewabah, orang-orang beragama beribadah masing-masing dari rumah, kebersamaan dalam ibadah diatur oleh media. 

Kita belum mendengar adanya penelitian mengenai bagaimana dampak ibadah online bagi umat beragama. Mengungkapkan perkembangan dunia pada beberapa waktu terakhir ini hanya ingin memberikan gambaran bagi kita bahwa gereja selalu hadir dan menghadapi tantangan zaman. Karena itu gereja dapat menyesuaikan kehadiran dan pelayanannya sesuai dengan tuntutan zaman. 

Tentu situasi yang terjadi sekarang ini berbeda dengan situasi gereja pada zaman para Rasul. Gereja diharapkan dapat memberikan landasan iman bagi umat Tuhan dan sekaligus menjawab kebutuhan terdalam umat manusia yaitu, yaitu kehausan spiritual.

 

D. Tantangan Nyata 

Selama 20 tahun terakhir, gereja besar telah bermunculan di seluruh dunia dan di Indonesia. Gereja besar adalah gereja dengan 2.000 atau lebih jemaat  dalam kebaktian minggu. Sebagian besar gereja ini dipimpin para visioner dan pemimpin yang berpikiran luas dan karismatik. Hampir semua gereja besar ini menyiarkan layanan mereka melalui  jaringan TV, internet, dan radio satelit. Banyak orang non-Kristen dan Kristen melihat program ini dan terkadang mengembangkan persepsi tertentu tentang gereja, baik atau buruk. 

Jika mengunjungi sebagian besar gereja pada masa kini, kita segera menyadari betapa beragamnya gereja di masa kini. Ada gereja-gereja yang merupakan gereja mainstream yang ada dibawah PGI (Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia), ada gereja-gereja Injili yang memiliki lembaganya sendiri dan amat beragam. Kita melihatnya dari segi kelembagaan, dari segi liturgi dan ajaran juga amat beragam. Ada gereja yang memiliki personil band yang lengkap untuk mengiringi ibadah, dengan singer yang kualitas suaranya amat bagus. Kita juga dapat menyaksikan gereja-gereja dengan peralatan multi media yang lengkap dan terbaik. Kita juga dapat menyaksikan gedung-gedung gereja yang mewah dan indah.

Pertanyaannya adalah: Apakah yang diinginkan orang-orang dari gereja? Sayangnya, ada orang yang memandang gereja seperti ini. Gereja lebih dari sekadar hiburan, memiliki banyak orang yang menghadiri kebaktian atau mendengar pesan motivasi dari mimbar yang membuat seseorang merasa baik. Gereja adalah garis kehidupan masyarakat mana pun. Gereja adalah tempat unik yang harus menanamkan perubahan dalam kehidupan masyarakat. Jadi

 

E. Memenuhi Kebutuhan Spiritual 

Apakah yang dibutuhkan orang dari gereja? Orang perlu memenuhi kebutuhan spiritual, emosional dan fisik mereka. Kita hidup di dunia global dengan tantangan yang amat beragam. Dalam 2 Timotius 3:1 tertulis: "Tetapi ketahuilah ini, bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang berbahaya." Kita dapat mengatakan bahwa masa-masa sulit yang dikatakan itu kini tengah terjadi. Semakin banyak anak tumbuh dalam keluarga yang hancur, pengangguran meningkat dan orang Kristen semakin tenggelam dalam kehidupan “hedonis” yang konsumtif dan belum pernah terjadi sebelumnya. 

Pada sisi lain, berbagai kesulitan muncul ditengah situasi wabah Covid-19 dimana kehidupan semakin susah. Banyak anggota gereja yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Berbagai persoalan tersebut membuktikan bahwa orang percaya tidak dibebaskan dari persoalan-persoalan hidup di dunia. Kita hidup dalam masa-masa sulit di abad kini. 

Menjadi orang Kristen tidak berarti dibebaskan dari masalah kehidupan. Gereja harus menyadari permasalahan ini melalui tindakan nyata. Setiap gereja dapat menyediakan pelayanan yang efektif dan menjangkau berbagai lapisan umat bahkan lapisan masyarakat. Dengan kemampuan terbaiknya, gereja dapat memberikan layanan, konseling dan nasihat kepada mereka yang membutuhkan. Juga mencakup kebutuhan-kebutuhan lainnya. Bahkan memberikan penguatan bagaimana orang percaya dapat hidup dan bertahan dalam setiap situasi diabad kini. Khususnya ditengah wabah Covid-19 dan bagaimana menghadapi kehidupan

ini setelah wabah berakhir. Banyak gereja yang turut serta mengembangkan program-program pelayanan dalam membantu mereka yang terdampak oleh wabah Covid-19.

 

F. One-Stop Super Centres 

Kita sudah menyaksikan di berbagai kota di Indonesia memiliki mall-mall besar yang umumnya berfungsi sebagai “one-stop super market” dimana orang bisa membeli berbagai macam barang bahkan di tempat yang sama orang dapat mencuci mobil dll. Kenyamanan memiliki segala sesuatu yang terletak di bawah satu atap adalah rahasia multi-miliar dolar. Inilah arti sebenarnya dari sebuah toko serba ada. Pelanggan Super Center benar-benar menyukai konsep segalanya di bawah satu atap ini. 

Di zaman kini, apakah gereja akan berfungsi seperti itu? Ini hanya analogi saja, bahwa apa pun situasinya, ada solusi dan nasihat berdasarkan Alkitab untuk setiap masalah. Kita tidak menganjurkan bahwa setiap gereja memiliki keahlian dan pengetahuan untuk menangani setiap situasi. Namun, setiap gereja harus memiliki akses ke sumber daya yang diperlukan untuk membimbing individu ke arah yang benar melalui pemberitaan Firman Tuhan. Sebagaimana super mall tadi, gereja menjadi tempat dimana umat dapat datang dan “mengadu” tentang kehidupan mereka. 

Ambil contoh, terkadang sulit bagi ibu tunggal untuk mengontrol anak remajanya tanpa bantuan figur ayah. Jika ibu tunggal ini adalah anggota gereja dan tidak ada program, seminar dan khotbah untuk membantu mereka di bidang parenting ini, maka gereja tidak memenuhi kebutuhan mereka. Gereja harus selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan umat dalam berbagai kategori dan berbagai masalah karena gereja membawa kabar baik tentang pesan keselamatan Yesus Kristus. 

Salah satu pelajaran terbesar untuk memenuhi kebutuhan orang-orang ditunjukkan ketika Yesus memberi makan 5.000 orang (Markus 8: 1-9). Yesus menunjukkan tujuan dan fungsi gereja melalui perbuatan-Nya. Dia

memperlihatkan cetak biru bagaimana memenuhi kebutuhan rohani dan jasmani umat-Nya. Sebelum Yesus memberikan khotbah-Nya, Dia memberi makan orang-orang itu. Mereka datang untuk mendengarkan Mesias. Baik kebutuhan jasmani maupun rohani mereka terpenuhi. Ini adalah pelayanan klasik yang dilakukan Yesus. 

Gereja hadir ditengah dunia untuk membawa kabar baik, yaitu kabar keselamatan yang tidak hanya diberitakan melalui khotbah tapi juga mewujud dalam program-program nyata gereja yang membantu manusia hidup lebih baik lagi. 

Dalam Injil Lukas 4:18, Yesus ketika masuk dirumah ibadah di kapernaum, Ia membaca dari Kitab Yesaya: "Roh Tuhan ada pada-Ku oleh sebab Ia telah mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang”. 

Yesus memproklamirkan diri sebagai Sang pembebas yang memberitakan kabar baik bagi manusia dalam situasi dan kondisi hidup mereka, terutama bagi mereka yang menderita dan tertindas. Sang kepala Gereja telah menyatakan apa hakikat fungsi gereja bagi orang percaya dan bagi masyarakat. Fungsi dasar gereja adalah terlibat dalam setiap segi kehidupan orang percaya. Dengan memegang teguh misi ini, Kristus memperhatikan kebutuhan orang-orang, menyediakan kebutuhan mereka, kemudian memberitakan Injil Kerajaan Allah. Oleh karena itu, Gereja pada masa kini juga harus memenuhi kewajibannya bagi orang percaya, terutama mereka yang membutuhkan pertolongan.

 

H. Gereja Bagi Semua Usia 

Selama beberapa waktu terakhir ini, masa depan pelayanan gereja harus kita pertanyakan dengan serius. Mengapa? Karena kita hidup dalam masa krisis yang belum pernah dialami sebelumnya dalam sejarah umat manusia, dan gereja harus menanggapi kebutuhan terdalam manusia. Satu pertanyaan terus muncul: "Bagaimana mempersiapkan generasi muda yang akan memimpin gereja menuju masa depan”? Akankah gereja hanya sebagai sebuah “lembaga entertaint” yang menghibur orang dengan nyanyian dan alat musik? " 

Kita perlu membawa gereja ke masa depan yang baru yang mengalami transformasi dalam visi dan misinya sesuai dengan tuntutan zaman. Gereja perlu mengevaluasi kembali bentuk-bentuk pelayanannya ditengah masyarakat. Disamping bentuk-bentuk pelayanan tradisional, gereja perlu bertransformasi menjadi gereja bagi orang dalam semua usia. 

Indonesia akan mengalami bonus demografi di mana generasi muda menjadi kelompok mayoritas ditengah bangsa ini. Konsekuensinya adalah gereja harus memperhitungkan keberadaan mereka dan kebutuhannya. Orang-orang muda membutuhkan penguatan gereja supaya dapat menghadapi kehidupannya dengan baik.

 

Gambar Tiga Tipe Anak Muda

Ada sebuah buku yang diterbitkan beberapa tahun yang lalu: “You Lost me”, penulisnya adalah David Kinnaman yang menulis tentang bagaimana gereja-gereja di Barat telah kehilangan orang-orang muda yang merasa bahwa gereja tidak mampu menjawab kebutuhan mereka. Buku ini ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan. Penelitian tersebut mengindikasikan bahwa gereja kehilangan orang-orang muda karena gereja laksana kendaraan tua yang hampir tidak mampu mengejar orang-orang muda dengan kompleksitas persoalan dan kebutuhan spiritual mereka. 

Dari hasil penelitiannya, Kinnaman membagi kaum muda dalam tiga kelompok. Yang pertama adalah kelompok pengembara, yang kedua dalah kelompok anak yang hilang dan yang ketiga adalah kelompok orang-orang buangan.

Kelompok Kaum Muda Amerika hasil penelitian Kinnaman

1.       Tipe pengembara

Mereka meninggalkan gereja tetapi masih menganggap dirinya orang Kristen. Tidak datang ke gereja juga tidak beribadah di gereja. Mereka merasa bahwa gereja tidak mampu merespons kebutuhan dan persoalan hidup mereka.

2.       Tipe Anak yang hilang

Mereka yang benar-benar meninggalkan gereja, menghilang dari gereja dan kehilangan iman. Mereka menggambarkan diri sebagai "bukan lagi Kristen." Mereka adalah anak terhilang yang merasa jenuh dengan birokrasi gereja dan berbagai aturan konvensional.

3.       Tipe orang buangan

Mereka yang menjadi orang buangan masih menanamkan keyakinan dalam iman Kristen tetapi merasa terjebak atau tersesat antara budaya dan gereja. Mereka keluar dari komunitas Kristen konvensional namun tidak menolak agama Kristen. Mereka terus memupuk iman namun tidak bergereja. Kelompok ini menghilang dari gereja dan kelak akan kembali ketika menikah?. 

Bercermin dari hasil penelitian ini, meskipun konteksnya di Amerika, namun ada tipikal yang mirip dengan sikap kaum muda diberbagai tempat. Hal itu cukup mengkhawatirkan. Fakta ini menunjukkan bahwa perubahan tengah terjadi dan gereja harus mengubah model pendekatan terhadap kaum muda termasuk kaum milenial. Bahkan sekarang dikenal dengan istilah “digital Native” artinya generasi digital yang lahir pada tahun 1990-an. Hidup mereka amat bergantung pada alat-alat digital dan hal itu mempengaruhi cara berpikir mereka. 

Jika gereja ingin menjadi gereja bagi semua usia, maka gereja harus terbuka terhadap perubahan dan terbuka terhadap tuntutan kaum milenials dan generasi digital ini. Kemungkinan juga pembelajaran seperti katekisasi dapat dilakukan secara online untuk mengantisipasi ketersediaan waktu generasi muda tersebut. 

Begitu banyak pekerjaan rumah bagi gereja dimasa kini. Model pemberitaan pun harus bertransformasi dalam suatu model komunikasi satu arah Pendeta berkhotbah dan jemaat mendengarkan, mungkin juga dapat dikombinasikan dengan model pendeta mendengarkan kaum muda. Gereja dapat melibatkan kaum muda dan remaja dalam berbagai program kegiatan, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi positif sesuai dengan usia dan kebutuhannya.

 

I. Peran Gereja Bagi Generasi Muda 

1. Sebagai Sarana Ibadah 

Hubungan kita dengan Tuhan bersifat pribadi dan juga terjadi dalam persekutuan umat, keduanya sama penting. Orang beriman mengekspresikan iman mereka antara lain melalui penyembahan kepada Allah. Kita dapat menyembah Tuhan secara pribadi maupun komunal, dalam ibadah personal maupun bersama jemaat lainnya dan hal itu terjadi dalam gedung gereja. 

Sejak zaman dahulu umat Tuhan beribadah dalam rumah Ibadah. Bahkan Allah memerintahkan Raja Salomo untuk mendirikan rumah bagi-Nya tempat Ia berdiam. Istilah ibadah biasanya menunjukkan sesuatu yang kita lakukan di depan umum. Kata ibadah dalam bahasa Inggris terkait dengan kata worth. 

Kita menyatakan keagungan Tuhan saat kita menyembah-Nya. Pernyataan nilai ini dibuat baik secara pribadi, dalam doa kita, dan di depan umum, dalam kata-kata dan nyanyian pujian. 1 Petrus 2:9 mengatakan bahwa “kita dipanggil untuk menyatakan pujian bagi Tuhan”. Implikasinya adalah beribadah dalam komunitas. Baik Perjanjian Lama dan Baru menunjukkan umat Allah beribadah bersama, sebagai komunitas. Dalam ibadah bersama itulah sesama orang beriman saling menguatkan lewat lagu, pujian mazmur dan penyembahan. 

Masih ada diskusi yang panjang berkaitan dengan nyanyian dan musik. Apakah gereja harus memiliki nyanyian-nyanyian baru yang populer dan kekinian ataukah harus mempertahankan lagu-lagu lama yang penuh penghayatan terhadap kasih karunia Allah Yang Agung dan Mulia. Tetapi jika gereja tetap ingin mempertahankan lagu-lagu lama maka gereja juga harus terbuka terhadap nyanyian-nyanyian masa kini sehingga baik orang-orang dari generasi tua maupun generasi muda tetap dapat menikmati nyanyian-nyanyian sesuai dengan usianya. Lagu dan musik harus menjadi ekspresi persatuan antar generasi. “Bersorak-sorailah, hai orang orang benar, dalam Tuhan! Sebab memuji-muji itu layak bagi orang jujur. Bersyukurlah kepada Tuhan dengan kecapi, bermazmurlah bagi-Nya dengan gambus sepuluh tali” (Mazmur 33:1-2) 

Musik hanyalah salah satu aspek dari ibadah. Ibadah lebih luas dari sekadar menyanyi dan bermusik. Hubungan kita dengan Tuhan juga melibatkan pikiran kita, proses berpikir kita. Beberapa interaksi kita dengan

Tuhan datang dalam bentuk doa. Sebagai umat Tuhan yang berkumpul, kita berbicara kepada Tuhan. Kita memuji Tuhan tidak hanya dalam puisi dan lagu, tetapi juga dalam kata-kata biasa dan ucapan bibir kita. Dan kita juga membaca Alkitab dan berdoa secara individu maupun bersama. Allah yang kita temui dalam ibadah adalah Allah yang benar. Jadi, dalam ibadah ada komponen emosional tapi juga komponen faktual. 

Melalui kebaktian dan ibadah kita menemukan kebenaran dalam Firman Tuhan. Alkitab adalah otoritas tertinggi kita, dasar dari semua yang kita lakukan. Khotbah harus didasarkan pada otoritas Alkitab. Kebenaran Tuhan mempengaruhi hati dan hidup kita dan menyentuh realitas hidup kita. Itulah mengapa khotbah harus relevan dengan kehidupan. Khotbah harus menyampaikan konsep yang memengaruhi cara kita hidup dan cara kita berpikir sepanjang waktu, di rumah dan di tempat kerja.

 

2. Disiplin spiritual 

Firman Tuhan harus masuk ke dalam hati dan pikiran kita untuk mempengaruhi apa yang kita lakukan sepanjang waktu. Ibadah dapat terwujud dalam berbagai bentuk, namun bukan bentuk ibadah yang penting, namun bagaimana pemberitaan Firman mempengaruhi manusia dan relevan dengan persoalan yang dihadapi. 

Pemberitaan gereja hendaknya menjangkau umat dalam berbagai situasi dan kondisi. Gereja harus mampu mempengaruhi umat supaya mereka senantiasa datang beribadah kepada Allah dan memperoleh “makanan rohani”. Umat Tuhan perlu memiliki disiplin rohani dan gereja berperan dalam memotivasi dan mendorong orang untuk memiliki disiplin rohani yang baik. Dalam hal apa saja? Dalam hal berdoa, membaca Alkitab dan beribadah baik di gereja maupun di rumah dan tempat lainnya..

Iman yang sejati menuntun pada ketaatan, bahkan ketika ketaatan itu tidak nyaman, bahkan ketika itu membosankan, bahkan ketika itu menuntut kita untuk mengubah perilaku kita. Gereja terdiri dari umat Tuhan, dan umat Tuhan memiliki ibadah pribadi serta ibadah umum. Keduanya adalah fungsi penting gereja.

 

3. Persekutuan 

Gereja disebut persekutuan orang percaya. Sebagai persekutuan maka orang-orang yang hidup didalamnya saling bekerja sama dan menunjukkan solidaritas dalam iman. Sebagai persekutuan, orang-orang yang ada didalamnya diikat oleh Janji Keselamatan Allah didalam Yesus Kristus. Persekutuan Tubuh Kristus dimana anggota-anggotanya masing-masing memiliki tanggung jawab dalam turut serta mewartakan kabar baik bagi dunia dan sesama orang beriman. 

Di zaman kuno, mobilitas orang tidak seintens di masa kini. Komunitas akan berkembang di mana orang-orang mengenal satu sama lain. Namun dalam masyarakat industri saat ini, orang seringkali tidak mengenal tetangganya. Orang sering kali terputus dari keluarga dan teman. 

Pada masa Pandemi Covid-19, orang-orang memakai masker sepanjang waktu, tidak pernah merasa cukup aman untuk memberi tahu orang-orang siapa diri mereka sebenarnya. Oleh karena itu, setelah masa pandemi Covid-19 dinyatakan seleesai, amat penting bagi gereja untuk membangun jembatan antar jemaat khususnya dalam ibadah-ibadah lingkungan sudah seharusnya digiatkan. Hal itu membutuhkan partisipasi seluruh jemaat. 

Gereja harus merangkul semua orang dalam sebuah partisipasi bersama dan ini akan memakan waktu. Perlu waktu untuk memenuhi tanggung jawab Kristen kita. Perlu waktu untuk melayani orang lain. Bahkan perlu waktu untuk mencari tahu jenis layanan apa yang mereka butuhkan. 

Jika kita menyadari tugas dan panggilan kita dalam gereja, maka kita akan memberi waktu kita untuk melayani. Yesus sebagai kepala gereja menuntut komitmen kita. Sebuah komitmen total, bukan menjadi Kristen pura-pura, tapi menjadi orang kristen sungguh-sungguh yang bersedia terlibat secara langsung dalam berbagai bentuk pelayanan gereja. 

4. Layanan 

"Layanan" yang dimaksud adalah layanan fisik, bukan layanan mengajar. Seorang guru juga merupakan pencuci kaki, seseorang yang menggambarkan makna Kekristenan dengan melakukan apa yang akan Yesus lakukan. Yesus memenuhi kebutuhan fisik seperti makanan dan kesehatan. Secara fisik, dia memberikan tubuhnya dan hidupnya untuk kita. 

Gereja mula-mula memberi bantuan fisik, berbagi harta mereka dengan orang-orang yang membutuhkan. Membagikan makanan bagi orang-orang lapar. Pelayanan harus dilakukan baik di dalam maupun di luar gereja: “Karena kita memiliki kesempatan, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, terutama mereka yang termasuk dalam keluarga orang percaya”. 

Orang-orang yang mengasingkan diri dari orang percaya lainnya gagal dalam aspek kekristenan ini. Konsep karunia rohani penting di sini. Tuhan telah menempatkan kita masing-masing dalam tubuh "untuk kebaikan bersama". Masing-masing dari kita memiliki kemampuan yang dapat membantu orang lain. Karunia rohani apa yang anda miliki? Ujian terbaik dari karunia rohani adalah melayani dalam komunitas Kristen. Setiap anggota jemaat harus memiliki setidaknya satu peran di gereja. 

Komunitas Kristen juga melayani dunia di sekitar kita, tidak hanya dalam perkataan, tetapi juga dalam perbuatan yang sejalan dengan kata-kata itu. Tuhan tidak hanya berbicara, Dia juga mengambil tindakan. Tindakan dapat menunjukkan kasih Tuhan yang bekerja di hati kita, saat kita membantu yang miskin, saat kita menawarkan penghiburan kepada yang putus asa, saat kita membantu para korban memahami kehidupan mereka. Mereka yang membutuhkan bantuan praktislah yang sering kali paling responsif terhadap pesan Injil. Pelayanan fisik dapat dilihat sebagai upaya gereja menyatakan kasih Allah bagi manusia dan dunia. Tetapi layanan harus dilakukan tanpa pamrih, tidak ada upaya untuk mendapatkan sesuatu sebagai imbalan. 

Kita melayani hanya karena Tuhan telah membuka mata kita untuk melihat kebutuhan orang lain. Yesus memberi makan dan menyembuhkan banyak orang bukan dengan tujuan supaya mereka menjadi murid-Nya, maka gereja pun memberikan bantuan tanpa mengindoktrinasi orang untuk menjadi kristen.

 

K. Refleksi 

Masa remaja adalah masa yang paling indah karena remaja memiliki banyak kesempatan untuk bertumbuh dan beraktivitas. Namun, masa remaja juga membawa banyak persoalan bagi pembentukan identitas diri seseorang. Oleh karena itu remaja membutuhkan pendampingan, pengajaran dan bimbingan iman supaya mampu bertahan menghadapi tantangan dan berbagai persoalan hidup. 

Pendampingan, pengajaran dan bimbingan bisa diperoleh remaja dari orang tua, sekolah dan lembaga agama dalam hal ini gereja. Peranan gereja amat penting sebagai sarana pendidikan iman dan pembentukan karakter kristiani dalam diri remaja. 

Oleh karena itu, remaja tidak boleh menjauhkan diri dari persekutuan jemaat, dari ibadah dan berbagai kegiatan positif yang ada dalam gereja. Melalui berbagai aktivitas dalam gereja, remaja memperluas jaringan pertemanan dan memperoleh dukungan dan topangan doa dari persekutuan jemaat. 

Aktivitas dalam gereja juga membuka akses komunikasi yang lebih luas bagi remaja. Gereja hadir di dunia untuk memberitakan kabar baik, oleh karena itu mendekatkan diri pada gereja dan pelayanannnya, ikut serta dalam berbagai bentuk pelayanan memberi kesempatan pada remaja untuk terus bertumbuh menjadi pribadi yang dewasa dalam segala aspek.

 

Referensi: 

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri untuk SMP Kelas VII. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jakarta Pusat. 2021.

Alkitab Elektronik 2.00 – Alkitab Terjemahan Baru ©1974 Lembaga Alkitab Indonesia.

Gambar Roh Tuhan Ada PadaKu dari Pinterest

Gambar Gereja dari kr.lovepik.com

Gambar Kebaktian Gereja Kibaid dari nicelocal.id

Gambar Tiga Tipe Anak Muda dari Buku PAK Kelas 7 tahun 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar