Eli artinya "Naik"; adalah imam besar Israel di kota
Silo. Menurut Kitab 1 Samuel 1 :
9 – 28, Eli adalah orang Lewi dari garis keturunan Itamar bin Harun.
Ia melihat Hana, yang
kemudian melahirkan Samuel, berdoa minta anak dari Allah dan mengira
perempuan itu mabuk. Namun, setelah mendengar keluhannya, Eli memberkatinya.
Hana bersumpah, jika diberi anak, akan memberikan anak itu kepada Allah.
Setelah Samuel lahir dan disapih, berhenti menyusui,
Hana membawanya untuk hidup melayani Allah di Silo, di bawah asuhan imam Eli.
Imam Eli meninggal saat mendengar kabar kedua anaknya mati dalam pertempuran |
Kedua anak Eli, Hofni
dan Pinehas, ternyata tidak menghormati Allah, dan menyalahgunakan jabatan imam
mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan jahat termasuk di dalam kemah suci
Allah.
Waktu itu Eli sudah tua dan tidak dapat mengontrol perbuatan
anak-anaknya (1Samuel 2 : 12 – 25). Akibatnya, Allah mengirimkan abdi-Nya untuk
memberitahukan hukuman terhadap keluarganya; "Dengarlah, akan datang
masanya Aku membunuh semua pemuda dalam keluarga dan margamu, sehingga tak
seorang pria pun dalam keluargamu akan mencapai usia lanjut. Maka engkau akan
memandang dengan mata bermusuhan kepada segala kebaikan yang akan Kulakukan
kepada Israel
dan dalam keluargamu takkan ada seorang kakek untuk selamanya.
Tetapi seorang
dari padamu yang tidak Kulenyapkan dari lingkungan mezbah-Ku akan membuat
matamu rusak dan jiwamu merana; segala tambahan keluargamu akan mati oleh
pedang lawan. Inilah yang akan menjadi tanda bagimu, yakni apa yang akan
terjadi kepada kedua anakmu itu, Hofni dan Pinehas: pada hari yang sama
keduanya akan mati." (1 Samuel 2 : 27 – 36).
Nubuat ini diulangi
lagi melalui Samuel. Kali ini Allah sendiri yang memanggil
nama Samuel. Dua kali Samuel mengira imam Eli yang memanggilnya. Eli akhirnya
mengerti bahwa Allah yang berbicara langsung kepada Samuel. Eli menyuruh Samuel
kembali ke tempat tidurnya, yaitu di samping Tabut Perjanjian Allah, dan bila
dipanggil lagi untuk menjawab: "Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini
mendengar."
Allah berbicara langsung dengan Samuel dan mengulangi peringatan
dan hukuman atas keluarga Eli. Imam Eli memaksa Samuel menceritakan semua perkataan itu,
tetapi tidak mengambil tindakan apa-apa.
Eli terus mengasuh Samuel, meskipun
semua orang Israel mulai mengetahui bahwa TUHAN menyertai Samuel dan kepada
Samuel telah dipercayakan jabatan nabi TUHAN (1 Samuel 3 : 1 – 21)
Beberapa tahun
kemudian, bangsa Israel
berperang dengan orang-orang Filistin di dekat kota Eben-Haezer. Mereka mengalami kekalahan
besar. Supaya menang, bangsa Israel
membawa Tabut Perjanjian Allah dari Silo ke medan perang, bersama Hosni dan Pinehas.
Namun, orang Filistin mengalahkan mereka, membunuh Hosni dan Pinehas, serta
merampas Tabut Perjanjian itu. Eli, yang saat itu berusia 98 tahun, gemuk dan
sudah bular matanya, tidak bisa melihat lagi, duduk menunggu di tepi jalan
depan rumahnya. Waktu mendengar kabar kematian kedua anaknya, ia jatuh
telentang dari kursi di sebelah pintu gerbang, batang lehernya patah dan ia
mati. Eli memerintah sebagai hakim atas orang Israel 40 tahun lamanya (1 Samuel 4
: 1 – 18).
Sumber:
http://id.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar