Ehud
adalah nama seorang hakim Israel kuno dari suku Benyamin
yang dicatat dalam Kitab Hakim-hakim. Ia adalah anak Gera. Ehud memimpin
pemberontakan melawan orang Moab, karena mereka menduduki tanah suku Benyamin. Ia
terkenal juga sebagai hakim kidal.
Pemberontakan ini ia lakukan karena ia harus terus
membayar upeti kepada sang raja kafir, selama delapan belas tahun lamanya. Ia
menghadap ke istana raja Gilgal. Di bawah pimpinan Yosua, perairan sungai Yordan terbagi
menjadi dua, sehingga Ehud harus membayar upeti.
Ehud dengan putra-putra israel
masuk ke dalam istana. Ia telah berencanan dan dengan
kekidalannya ia dapat mengelabui dan membunuh Eglon, raja
Moab. Setelah membunuh, Ehud mengambil kesempatan mengumpulkan orang Israel untuk berperang melawan orang Moab.
Setelah
peristiwa itu, Ehud menyelamatkan diri dengan melintasi pegunungnan Efraim. Bangsa
Israel segera turun dari pegunungan itu dan mengikuti Ehud, kemudian segera
merebut tempat penyebrangan sungai Yordan. Pada saat mereka mengalahkan Moab,
seorang pun orang Moab tak ada yang lolos.
Ehud dan Eglon |
Cerita selengkapnya mengenai Ehud terdapat pada Kitab Hakim 3 : 12 – 20. demikian kutipannya:
(12) Umat Israel berdosa lagi kepada TUHAN, sehingga TUHAN
membuat Eglon, raja Moab, menjadi lebih kuat dari Israel. (13) Raja Eglon
bergabung dengan bangsa Amon dan Amalek, lalu mengalahkan orang Israel,
kemudian merebut Yerikho, kota kurma itu. (14) Delapan belas tahun lamanya umat
Israel dijajah oleh Eglon.
(15) Tetapi ketika umat Israel berseru minta tolong
kepada TUHAN, Ia memberikan Ehud untuk membebaskan mereka. Ehud seorang yang
kidal; ia anak Gera dari suku Benyamin, dan ialah yang biasanya mengantarkan
kepada Raja Eglon upeti yang harus dibayar oleh umat Israel.
(16) Pada suatu
hari Ehud membuat sebilah pedang bermata dua yang panjangnya hampir setengah
meter. Ia menyandangkan pedang itu pada pinggangnya sebelah kanan di dalam
bajunya, (17) lalu pergi menyerahkan upeti dari umat Israel kepada Raja Eglon. Raja itu sangat gemuk.
(18) Setelah menyerahkan upeti itu, Ehud menyuruh
orang-orang yang memikul uang emas itu pulang. (19) Tetapi Ehud sendiri
berhenti ketika sampai di batu-batu berukir dekat Gilgal, lalu kembali kepada
Eglon.
Pada waktu itu Eglon berada di kamar yang sejuk di tingkat atas
istananya. Kata Ehud kepada Eglon, "Paduka Yang Mulia! Hamba membawa
berita rahasia untuk Tuanku." Maka raja berkata, "Tunggu dulu,"
lalu ia memerintahkan semua hambanya supaya keluar dan meninggalkan dia dan
Ehud sendirian. Kemudian, Ehud mendekati raja yang sedang duduk, lalu berkata,
"Ada berita dari Allah untuk Tuanku!" Mendengar itu, raja berdiri.
(21) Langsung Ehud mencabut pedangnya dengan tangan kirinya dari pinggangnya
sebelah kanan, lalu menikamkannya dalam-dalam ke perut raja. Seluruh mata
pedang itu sampai ke gagangnya pun masuk ke dalam lemak-lemak di perut raja
itu, sampai tembus ke belakang. Ehud membiarkan pedang itu di situ, (23) lalu
keluar serta menutup dan mengunci pintu kamar tersebut, (24) kemudian pergi.
Ketika para hamba raja datang dan menemukan pintu-pintu kamar itu terkunci,
mereka menyangka raja masih berada di dalam dan sedang ke belakang. (25) Setelah
menunggu cukup lama dan raja tidak juga membuka pintu, mereka kebingungan lalu
mengambil kunci dan membuka pintu itu. Ternyata raja mereka tergeletak mati di
lantai.
(26) Sementara mereka masih menunggu-nunggu, Ehud sudah melarikan diri
ke Seira lewat batu-batu berukir. (27) Segera setelah tiba di daerah pegunungan
Efraim, ia meniup trompet untuk memanggil orang Israel bertempur. Mereka datang lalu ia
memimpin mereka turun dari daerah pegunungan itu. (28) "Ikut saya,"
katanya kepada mereka, "TUHAN telah mengalahkan orang-orang Moab, musuhmu
itu untuk kalian."
Maka di bawah pimpinan Ehud, turunlah orang-orang
Israel itu dari pegunungan. Mereka merebut tempat penyeberangan orang Moab di
Sungai Yordan. Tidak seorang pun dari musuh itu dibiarkan menyeberang dengan
selamat. (29) Dalam pertempuran itu mereka membunuh kira-kira 10.000 prajurit
Moab yang terbaik; tidak ada yang lolos. (30) Hari itu Moab kalah terhadap
Israel, maka tentramlah negeri itu delapan puluh tahun lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar