1. Deskripsi Samuel
Ada suara memanggil Samuel, dikira Imam Eli yang memanggil |
Terjemahan harafiah dari Samuel ialah Allah mendengar. Samuel atau Shmu'el berasal dari kata 'Shama', artinya mendengar; dan 'El', artinya Allah, sesuai dengan Samuel 1:20; di situ dikatakan bahwa Hana menamai anaknya untuk mengenang permohonannya kepada Allah akan seorang anak, dan Allah mendengarnya.
Samuel atau Shmu'el adalah seorang pemimpin penting dalam Sejarah Israel
kuno. Kisahnya diceritakan dalam Alkitab Ibrani
atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen,
khususnya dalam Kitab 1 Samuel.
Menurut pandangan sastra rabinik, Samuel adalah hakim
terakhir dan nabi
pertama yang mulai bernubuat di Negeri
Israel. Ia hidup di antara dua zaman, yaitu zaman hakim-hakim dan
zaman kerajaan, seperti yang dapat dilihat bahwa riwayat dalam Kitab 1
dan 2 Samuel
langsung mengikuti Kitab Hakim-hakim. Ia mengurapi dua raja pertama Kerajaan Israel, yaitu Raja Saul dan Raja Daud.
2. Masa Kecil Samuel
Keadaan yang aneh berkaitan dengan kelahirannya dicatat dalam 1 Samuel 1:20. Hana, salah seorang dari dua istri Elkana, yang pergi ke Silo untuk berdoa kepada Tuhan, dengan
sungguh-sungguh memohon kepada Allah agar ia dapat menjadi ibu dari seorang
anak lelaki. Doanya ternyata dikabulkan; dan setelah anak itu disapih ia
membawanya ke Silo dan mempersembahkannya kepada Tuhan
sebagai seorang "nazir" untuk seumur hidupnya.
Di sini segala
kebutuhan fisiknya serta pendidikannya diperhatikan oleh kaum perempuan yang
melayani di Kemah Suci,
sementara Eli mengawasi pendidikan keagamaannya. Demikianlah, barangkali
sekitar dua belas tahun dari hidupnya. "Tetapi Samuel yang muda itu,
semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan
manusia." Pada masa itu pula terjadi kemerosotan moral yang hebat di
Israel.
Pada saat ini bentuk
komunikasi baru dari Allah mulai terjadi atas diri anak kecil yang saleh ini.
Sebuah suara yang misterius datang kepadanya pada malam hari, memanggil-manggil
namanya, dan, sebagaimana yang diinstruksikan Eli, ia menjawab,
"Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar."
Pesan yang datang dari Tuhan berisi berita kehancuran Eli dan anak-anaknya
yang jahat. Samuel menyampaikan semuanya kepada Eli. Terhadap berita
penghukuman yang mengerikan itu, Eli hanya menjawab, ""Dia TUHAN,
biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang-Nya baik".
Tuhan kini menyatakan dirinya dalam cara yang berbeda-beda kepada Samuel.
Kemasyhuran dan pengaruhnya meningkat di seluruh negeri sebagai satu-satunya
orang yang dipanggil ke dalam jabatan sebagai nabi oleh Tuhan.
Pada saat Samuel kecil, Bangsa Israel ditindas oleh Bangsa Filistin. Bangsa
Filistin, yang akhir-akhir ini
bertambah jumlah dan kekuatannya, praktis merupakan tuan atas negeri itu dan
mereka memperhamba bangsa Israel.
3. Kondisi Bangsa Israel pada masa kecil Samuel
Beban Bangsa Israel yang ditindas Bangsa Filistin terlalu berat, dan
rakyat yang mengeluh di bawah penindasan yang meluas itu, tiba-tiba bangkit
memberontak, dan "orang Israel maju berperang melawan orang
Filistin." Pertempuran
hebat terjadi di Afek, dekat Eben-Haezer. Bangsa Israel dikalahkan,
dengan 4.000 orang tewas "di medan pertempuran".
Para tua-tua bangsa Israel berpendapat bahwa untuk mengatasi kehancuran ini
mereka harus membawa bersama mereka Tabut Perjanjian sebagai lambang kehadiran Yahweh. Karena itu, tanpa
berkonsultasi dengan Tuhan, mereka mengambil tabut itu dari Silo ke perkemahan
dekat Afek. Ketika melihat tabut itu berada di antara rakyat mereka, rakyat pun
"bersoraklah seluruh orang Israel
dengan nyaring, sehingga bumi bergetar."
Pertempuran kedua
berlangsung, dan kembali tentara Filistin mengalahkan tentara Israel, menyerbu
ke perkemahan mereka, membantai 30.000 orang, dan merebut Tabut Perjanjian.
Berita tentang pertempuran fatal ini segera sampai di Silo. Segera
setelah Eli yang lanjut usia mendengar bahwa Tabut Allah direbut, ia terjatuh
dari kursinya di pintu gerbang, lalu patah lehernya dan meninggal.
Mungkin atas nasihat
Samuel yang saat itu berusia sekitar 20 tahun, Kemah Suci bersama
perlengkapannya dipindahkan dari Silo ke sebuah tempat yang dianggap aman, dan
akhirnya ke Nob. Tabut itu diletakkan di sana selama
bertahun-tahun. Tentara Filistin masuk ke Silo dan merampas serta
menghancurkannya.
4. Pengaruh kekuatan spiritual Samuel
Ini adalah masa yang
penting dalam sejarah Israel. Selama 20 tahun setelah
pertempuran fatal di Afek, seluruh negeri berada di bawah penindasan bangsa
Filistin. Selama
tahun-tahun ini Samuel menjadi kekuatan spiritual di negeri itu. Dari kota Ramataim-Zofim atau Rama, tempat kelahiran dan tempat
tinggalnya, pengaruhnya meluas ke seluruh negeri. Dengan semangat yang tak
kenal lelah ia berkeliling ke mana-mana untuk menegur, mengecam rakyat,
berusaha membangkitkan rasa berdosa mereka, dan mengajak mereka bertobat.
Usahanya berhasil sehingga seluruh bangsa Israel menyesal kepada Tuhan.
Samuel mengumpulkan bangsanya di Mizpa, salah satu bukit tertinggi
di Israel. Di sana mereka berpuasa dan berdoa, dan di bawah bimbingan Samuel,
memeprsiapkan diri untuk perang besar melawan bangsa Filistin yang kini datang
dengan kekuatan penuh ke Mizpa untuk menghancurkan bangsa Israel untuk
selama-lamanya. Samuel berdoa kepada Tuhan dan Tuhan menolong bangsa itu.
Samuel, pemimpin mereka, juga bertindak sebagai pemimpin dalam peperangan.
Bangsa Filistin dipukul mundur. Mereka melarikan diri dalam ketakutan dan
banyak dari mereka yang tewas.
Pertempuran ini, yang mungkin terjadi sekitar 1095 SM, mengakhiri 40 tahun
penindasan oleh Filistin. Untuk mengenang pembebasan besar itu, dan sebagai
tanda syukur atas pertolongan yang diberikan oleh Tuhan, Samuel membangun
sebuah batu besar di medan peperangan, dan menyebutnya Eben-Haezer, dan berkata, "Sampai di sini TUHAN menolong
kita". Di tempat yang sama ini, 20 tahun sebelumnya, bangsa Israel
mengalami kekalahan besar, ketika Tabut Allah direbut.
Kemenangan atas Filistin ini menyebabkan periode damai yang panjang di
Israel. Selama itu Samuel melakukan tugas sebagai Hakim, berjalan keliling
bertahun-tahun dari rumahnya di Rama ke Betel, ke Gilgal, kemudian pulang melalui Mizpa kembali ke Rama.
Samuel menyelenggarakan ibadah secara teratur di Silo, dimana ia mendirikan
altar; dan di Rama dimana ia mengumpulkan orang-orang muda dan mendirikan
sekolah untuk para nabi. Sekolah-sekolah nabi
kemudian juga didirikan di Gibea, Betel, Gilgal, dan Yerikho,
memberikan pengaruh penting bagi karakter dan sejarah bangsa dalam memelihara
agama murni di tengah pertumbuhan kesesatan. Mereka terus ada sampai Israel masuk ke
dalam masa kerajaan.
Setelah lewat beberapa
tahun menjadi hakim, Samuel dikenal sebagai sahabat dan penasehat bagi banyak
orang Israel
untuk urusan pribadi dan umum. Ia merupakan negarawan besar dan juga seorang
reformer, dan semua menghargainya dengan gelar "pelihat", nabi Tuhan.
5. Akhir masa tugas Samuel
Ketika Samuel sudah tua
dan mendekati akhir masa tugasnya, para penatua Israel datang kepadanya di Rama (1 Samuel 8:4, 5,
19-22). Samuel mengangkat putra-putranya menjadi hakim di Bersyeba,
tetapi mereka ternyata tidak jujur dan korupsi. Para penatua Israel, mengantisipasi penyalahgunaan kekuasaan
Samuel serta ancaman dari bani Amon, menuntut agar seorang raja dipilih untuk memerintah
bangsa Israel.
Hal ini mengesalkan hati Samuel. Ia berdebat dengan mereka dan memberi
peringatan konsekuensi adanya raja (lihat 1 Samuel pasal 8).
Akhirnya, setelah diberi petunjuk oleh Allah, Samuel menerima tuntutan mereka
dan mengurapi Saul
menjadi raja Israel. Sebelum meminta diri dari bangsa itu
untuk pensiun, Samuel mengumpulkan bangsa itu di Gilgal dan dengan
khidmad menjabarkan kembali hubungannya dengan bangsa itu sebagai hakim dan
nabi (1 Samuel pasal 12).
Sisa hidupnya
dihabiskan di kota
Rama dan hanya dalam peristiwa khusus muncul kembali di depan umum (1 Samuel 13, 15) membawa firman Allah
untuk Saul. Ketika bersedih atas berbagai kejahatan yang jatuh ke bangsa itu,
tiba-tiba ia disuruh Allah pergi ke Betlehem untuk mengurapi Daud bin Isai menjadi raja Israel kedua,
yang kelak menggantikan raja Saul (1 Samuel 16).
Samuel mati di kota tinggalnya, Rama. Menurut
tradisi Yahudi, tanggal kematiannya adalah 28 Iyar, kemungkinan pada
usia sekitar 80 tahun. Seluruh orang Israel berkumpul meratapi dia dan
menguburkan dia di rumahnya di Rama, bukan di dalam rumah itu sendiri,
melainkan di halaman rumahnya (bandingkan 2 Raja-raja 21:18; 2 Tawarikh 33:20;
1 Raja-raja 2:34;
Yohanes 19:41).
Ketaatan Samuel kepada Allah dan berkat khusus dari Allah untuknya disebutkan
di bagian Alkitab
yang lain, yaitu Yeremia 15:1 dan Mazmur 99:6.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Samuel
gambar dari google images
Tidak ada komentar:
Posting Komentar