Minggu, 11 Maret 2012

Samuel


1. Deskripsi Samuel

Ada suara memanggil Samuel, dikira Imam Eli yang memanggil
Ada suara memanggil Samuel, dikira Imam Eli yang memanggil

Terjemahan harafiah dari Samuel ialah Allah mendengar. Samuel atau Shmu'el berasal dari kata 'Shama', artinya mendengar; dan 'El', artinya Allah, sesuai dengan Samuel 1:20; di situ dikatakan bahwa Hana menamai anaknya untuk mengenang permohonannya kepada Allah akan seorang anak, dan Allah mendengarnya.

Samuel atau Shmu'el adalah seorang pemimpin penting dalam Sejarah Israel kuno. Kisahnya diceritakan dalam Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen, khususnya dalam Kitab 1 Samuel.

Menurut pandangan sastra rabinik, Samuel adalah hakim terakhir dan nabi pertama yang mulai bernubuat di Negeri Israel. Ia hidup di antara dua zaman, yaitu zaman hakim-hakim dan zaman kerajaan, seperti yang dapat dilihat bahwa riwayat dalam Kitab 1 dan 2 Samuel langsung mengikuti Kitab Hakim-hakim. Ia mengurapi dua raja pertama Kerajaan Israel, yaitu Raja Saul dan Raja Daud.

 

2. Masa Kecil Samuel

Keadaan yang aneh berkaitan dengan kelahirannya dicatat dalam 1 Samuel 1:20. Hana, salah seorang dari dua istri Elkana, yang pergi ke Silo untuk berdoa kepada Tuhan, dengan sungguh-sungguh memohon kepada Allah agar ia dapat menjadi ibu dari seorang anak lelaki. Doanya ternyata dikabulkan; dan setelah anak itu disapih ia membawanya ke Silo dan mempersembahkannya kepada Tuhan sebagai seorang "nazir" untuk seumur hidupnya.

Di sini segala kebutuhan fisiknya serta pendidikannya diperhatikan oleh kaum perempuan yang melayani di Kemah Suci, sementara Eli mengawasi pendidikan keagamaannya. Demikianlah, barangkali sekitar dua belas tahun dari hidupnya. "Tetapi Samuel yang muda itu, semakin besar dan semakin disukai, baik di hadapan TUHAN maupun di hadapan manusia." Pada masa itu pula terjadi kemerosotan moral yang hebat di Israel.

Pada saat ini bentuk komunikasi baru dari Allah mulai terjadi atas diri anak kecil yang saleh ini. Sebuah suara yang misterius datang kepadanya pada malam hari, memanggil-manggil namanya, dan, sebagaimana yang diinstruksikan Eli, ia menjawab, "Berbicaralah, TUHAN, sebab hamba-Mu ini mendengar."

Pesan yang datang dari Tuhan berisi berita kehancuran Eli dan anak-anaknya yang jahat. Samuel menyampaikan semuanya kepada Eli. Terhadap berita penghukuman yang mengerikan itu, Eli hanya menjawab, ""Dia TUHAN, biarlah diperbuat-Nya apa yang dipandang-Nya baik".

Tuhan kini menyatakan dirinya dalam cara yang berbeda-beda kepada Samuel. Kemasyhuran dan pengaruhnya meningkat di seluruh negeri sebagai satu-satunya orang yang dipanggil ke dalam jabatan sebagai nabi oleh Tuhan.

Pada saat Samuel kecil, Bangsa Israel ditindas oleh Bangsa Filistin. Bangsa Filistin, yang akhir-akhir ini bertambah jumlah dan kekuatannya, praktis merupakan tuan atas negeri itu dan mereka memperhamba bangsa Israel.


 3. Kondisi Bangsa Israel pada masa kecil Samuel

Beban Bangsa Israel yang ditindas Bangsa Filistin terlalu berat, dan rakyat yang mengeluh di bawah penindasan yang meluas itu, tiba-tiba bangkit memberontak, dan "orang Israel maju berperang melawan orang Filistin." Pertempuran hebat terjadi di Afek, dekat Eben-Haezer. Bangsa Israel dikalahkan, dengan 4.000 orang tewas "di medan pertempuran".

Para tua-tua bangsa Israel berpendapat bahwa untuk mengatasi kehancuran ini mereka harus membawa bersama mereka Tabut Perjanjian sebagai lambang kehadiran Yahweh. Karena itu, tanpa berkonsultasi dengan Tuhan, mereka mengambil tabut itu dari Silo ke perkemahan dekat Afek. Ketika melihat tabut itu berada di antara rakyat mereka, rakyat pun "bersoraklah seluruh orang Israel dengan nyaring, sehingga bumi bergetar."

Pertempuran kedua berlangsung, dan kembali tentara Filistin mengalahkan tentara Israel, menyerbu ke perkemahan mereka, membantai 30.000 orang, dan merebut Tabut Perjanjian. Berita tentang pertempuran fatal ini segera sampai di Silo. Segera setelah Eli yang lanjut usia mendengar bahwa Tabut Allah direbut, ia terjatuh dari kursinya di pintu gerbang, lalu patah lehernya dan meninggal.

Mungkin atas nasihat Samuel yang saat itu berusia sekitar 20 tahun, Kemah Suci bersama perlengkapannya dipindahkan dari Silo ke sebuah tempat yang dianggap aman, dan akhirnya ke Nob. Tabut itu diletakkan di sana selama bertahun-tahun. Tentara Filistin masuk ke Silo dan merampas serta menghancurkannya.

 

4. Pengaruh kekuatan spiritual Samuel

Ini adalah masa yang penting dalam sejarah Israel. Selama 20 tahun setelah pertempuran fatal di Afek, seluruh negeri berada di bawah penindasan bangsa Filistin. Selama tahun-tahun ini Samuel menjadi kekuatan spiritual di negeri itu. Dari kota Ramataim-Zofim atau Rama, tempat kelahiran dan tempat tinggalnya, pengaruhnya meluas ke seluruh negeri. Dengan semangat yang tak kenal lelah ia berkeliling ke mana-mana untuk menegur, mengecam rakyat, berusaha membangkitkan rasa berdosa mereka, dan mengajak mereka bertobat.

Usahanya berhasil sehingga seluruh bangsa Israel menyesal kepada Tuhan. Samuel mengumpulkan bangsanya di Mizpa, salah satu bukit tertinggi di Israel. Di sana mereka berpuasa dan berdoa, dan di bawah bimbingan Samuel, memeprsiapkan diri untuk perang besar melawan bangsa Filistin yang kini datang dengan kekuatan penuh ke Mizpa untuk menghancurkan bangsa Israel untuk selama-lamanya. Samuel berdoa kepada Tuhan dan Tuhan menolong bangsa itu. Samuel, pemimpin mereka, juga bertindak sebagai pemimpin dalam peperangan. Bangsa Filistin dipukul mundur. Mereka melarikan diri dalam ketakutan dan banyak dari mereka yang tewas.

Pertempuran ini, yang mungkin terjadi sekitar 1095 SM, mengakhiri 40 tahun penindasan oleh Filistin. Untuk mengenang pembebasan besar itu, dan sebagai tanda syukur atas pertolongan yang diberikan oleh Tuhan, Samuel membangun sebuah batu besar di medan peperangan, dan menyebutnya Eben-Haezer, dan berkata, "Sampai di sini TUHAN menolong kita". Di tempat yang sama ini, 20 tahun sebelumnya, bangsa Israel mengalami kekalahan besar, ketika Tabut Allah direbut.

Kemenangan atas Filistin ini menyebabkan periode damai yang panjang di Israel. Selama itu Samuel melakukan tugas sebagai Hakim, berjalan keliling bertahun-tahun dari rumahnya di Rama ke Betel, ke Gilgal, kemudian pulang melalui Mizpa kembali ke Rama.

Samuel menyelenggarakan ibadah secara teratur di Silo, dimana ia mendirikan altar; dan di Rama dimana ia mengumpulkan orang-orang muda dan mendirikan sekolah untuk para nabi. Sekolah-sekolah nabi kemudian juga didirikan di Gibea, Betel, Gilgal, dan Yerikho, memberikan pengaruh penting bagi karakter dan sejarah bangsa dalam memelihara agama murni di tengah pertumbuhan kesesatan. Mereka terus ada sampai Israel masuk ke dalam masa kerajaan.

Setelah lewat beberapa tahun menjadi hakim, Samuel dikenal sebagai sahabat dan penasehat bagi banyak orang Israel untuk urusan pribadi dan umum. Ia merupakan negarawan besar dan juga seorang reformer, dan semua menghargainya dengan gelar "pelihat", nabi Tuhan.

 5. Akhir masa tugas Samuel

Ketika Samuel sudah tua dan mendekati akhir masa tugasnya, para penatua Israel datang kepadanya di Rama (1 Samuel 8:4, 5, 19-22). Samuel mengangkat putra-putranya menjadi hakim di Bersyeba, tetapi mereka ternyata tidak jujur dan korupsi. Para penatua Israel, mengantisipasi penyalahgunaan kekuasaan Samuel serta ancaman dari bani Amon, menuntut agar seorang raja dipilih untuk memerintah bangsa Israel. Hal ini mengesalkan hati Samuel. Ia berdebat dengan mereka dan memberi peringatan konsekuensi adanya raja (lihat 1 Samuel pasal 8). 

Akhirnya, setelah diberi petunjuk oleh Allah, Samuel menerima tuntutan mereka dan mengurapi Saul menjadi raja Israel. Sebelum meminta diri dari bangsa itu untuk pensiun, Samuel mengumpulkan bangsa itu di Gilgal dan dengan khidmad menjabarkan kembali hubungannya dengan bangsa itu sebagai hakim dan nabi (1 Samuel pasal 12).

Sisa hidupnya dihabiskan di kota Rama dan hanya dalam peristiwa khusus muncul kembali di depan umum (1 Samuel 13, 15) membawa firman Allah untuk Saul. Ketika bersedih atas berbagai kejahatan yang jatuh ke bangsa itu, tiba-tiba ia disuruh Allah pergi ke Betlehem untuk mengurapi Daud bin Isai menjadi raja Israel kedua, yang kelak menggantikan raja Saul (1 Samuel 16).

Samuel mati di kota tinggalnya, Rama. Menurut tradisi Yahudi, tanggal kematiannya adalah 28 Iyar, kemungkinan pada usia sekitar 80 tahun. Seluruh orang Israel berkumpul meratapi dia dan menguburkan dia di rumahnya di Rama, bukan di dalam rumah itu sendiri, melainkan di halaman rumahnya (bandingkan 2 Raja-raja 21:18; 2 Tawarikh 33:20; 1 Raja-raja 2:34; Yohanes 19:41). Ketaatan Samuel kepada Allah dan berkat khusus dari Allah untuknya disebutkan di bagian Alkitab yang lain, yaitu Yeremia 15:1 dan Mazmur 99:6.

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Samuel
gambar dari google images

Baca juga:

Kisah Para Hakim

01

Yosua

02

Otniel 

03

Ehud 

04

Debora 

05

Gideon

06

Simson 

07

Imam Eli 

08

Samuel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar