Senin, 29 Agustus 2022

Bab 2 Disiplin di Rumah dan di Sekolah

Bahan Alkitab

Gambar Yosua mengajak beribadah kepada Tuhan
Yosua 24:14-28

24:14 Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. 24:15 Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" 24:16 Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! 24:17 Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui, 24:18 TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kami pun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita." 24:19 Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: "Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu. 24:20 Apabila kamu meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada allah asing, maka Ia akan berbalik dari padamu dan melakukan yang tidak baik kepada kamu serta membinasakan kamu, setelah Ia melakukan yang baik kepada kamu dahulu." 24:21 Tetapi bangsa itu berkata kepada Yosua: "Tidak, hanya kepada TUHAN saja kami akan beribadah." 24:22 Kemudian berkatalah Yosua kepada bangsa itu: "Kamulah saksi terhadap kamu sendiri, bahwa kamu telah memilih TUHAN untuk beribadah kepada-Nya." Jawab mereka: "Kamilah saksi!" 24:23 Ia berkata: "Maka sekarang, jauhkanlah allah asing yang ada di tengah-tengah kamu dan condongkanlah hatimu kepada TUHAN, Allah Israel." 24:24 Lalu jawab bangsa itu kepada Yosua: "Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan." 24:25 Pada hari itu juga Yosua mengikat perjanjian dengan bangsa itu dan membuat ketetapan dan peraturan bagi mereka di Sikhem. 24:26 Yosua menuliskan semuanya itu dalam kitab hukum Allah, lalu ia mengambil batu yang besar dan mendirikannya di sana, di bawah pohon besar, di tempat kudus TUHAN. 24:27 Kata Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Sesungguhnya batu inilah akan menjadi saksi terhadap kita, sebab telah didengarnya segala firman TUHAN yang diucapkan-Nya kepada kita. Sebab itu batu ini akan menjadi saksi terhadap kamu, supaya kamu jangan menyangkal Allahmu." 24:28 Sesudah itu Yosua melepas bangsa itu pergi, masing-masing ke milik pusakanya.

 

A. Pendahuluan 

Disiplin merupakan aspek yang sering dikeluhkan oleh remaja. Seolah-olah disiplin mengekang kebebasan kalian dan membuat sesak nafas. Padahal disiplin merupakan latihan kehidupan yang kelak ketika kalian hidup dan bekerja di tengah masyarakat yang menuntut adanya disiplin yang tinggi, maka tidak akan mengalami kesulitan. Mengapa? Karena kalian sudah terbiasa berdisiplin.

Gambar Kegiatan Sehari-hari

Apalagi di zaman kini dimana profesionalitas menjadi suatu keutamaan, maka displin menjadi faktor penting dalam membangun profesionalisme. Tiap orang tua memberikan aturan-aturan tertentu dalam rangka mengajarkan disiplin pada anak-anaknya. Hal itu dilakukan dalam rangka mempersiapkan anak-anak menuju masa depan yang baik. Sering kali terjadi miss komunikasi antara orang tua dan anak karena kurangnya pemahaman terhadap makna disiplin dan manfaatnya atau karena penerapan disiplin yang berlebihan. 

Pada sistim persekolahan juga ada disiplin yang diterapkan. Misalnya jam masuk sekolah adalah pukul 07.00 pagi. Konsekuensinya jika siswa datang terlambat maka ada sanksi yang harus diberlakukan. Disiplin di sekolah dilaksanakan secara ketat sebagai bagian dari pendidikan. Dalam pembelajaran ini kalian dibimbing untuk memahami mengenai apa itu displin, makna disiplin, dan mengapa disiplin dibutuhkan bukan hanya dalam kehidupan bersama namun dalam kehidupan pribadi pun manusia atau seseorang membutuhkan disiplin hidup. 

Setiap orangtua berusaha untuk mengajarkan sikap disiplin kepada anaknya dengan harapan agar kelak anak dapat mengatur hidup dan mampu menjalani hidupnya secara mandiri. Namun tidak jarang anak sulit menerima pengertian dari orangtua, bahkan hingga berontak bahwa sikap disiplin tersebut hanya akan mengekangnya saja. 

Tiap keluarga memiliki caranya sendiri dalam membelajarkan dan melatih disiplin pada anak-anaknya. Sejak kapan seseorang harus belajar disiplin? Mungkin sejak lahir, ketika bayi mulai bisa menyusu, mereka akan diberi susu pada waktu-waktu tertentu, sejalan dengan pertumbuhannya, mereka mulai diajarkan toilet training, makan sendiri, dan setelah bermain harus membereskan mainannya. 

Terkadang orangtua perlu membuat batasan jam ketika anak beraktivitas di luar jam belajarnya. Misal, anak ingin pergi bersama dengan teman-temannya, akan lebih baik jika orangtua tidak sekedar mengijinkan, namun juga memberikan batas waktu kepada anak, seperti jam pulang. Dengan memberi batas waktu, orangtua dapat

mengontrol lebih mudah jadwal bermain anak. Anak juga akan mengetahui batasan waktu agar lebih disiplin terhadap waktu. Hal ini dimaksudkan untuk melatih rasa tanggung jawab anak dalam menjaga kepercayaan dan kesempatan yang diberikan orang tua dengan sebaik-baiknya. 

Anak juga dapat belajar untuk lebih bijak mempergunakan waktunya pada kegiatan-kegiatan yang lebih positif. Begitu pula di sekolah, guru dapat menerapkan disiplin secara terukur dan tidak bertujuan memenjarakan anak-anak dari kebebasannya termasuk kebebasan berekspresi.

 

B. Belajar dari Cerita 

Gambar Qianqian, usia 3 tahun, merawat Ibunya yang sakit

Merawat Orang Tua yang Sakit

Qianqian adalah seorang anak perempuan berumur tiga tahun asal Ruzhou, Provinsi Henan, Tiongkok. Di saat anak-anak sebayanya sedang asyik-asyiknya bermain, balita ini harus merawat ibunya, Wang Huixian, yang lumpuh. Sang ibu tidak bisa berjalan lagi setelah menjadi korban tabrak lari. 


Mungkin di benakmu bertanya-tanya di mana keberadaan ayahnya atau kerabat dan kenapa mereka tega membiarkan anak sekecil itu sendirian mengurus sang ibu. Ternyata, nenek dan kakek Qianqian telah meninggal dunia, sedangkan ayahnya yang sudah bercerai dari ibunya sudah pergi entah ke mana.
 

Layaknya orang dewasa yang mengurus orang sakit, Qianqian pun mengambilkan makanan dan menyuapi sang ibu, memberinya minum, bahkan membuang kotoran. Kondisi yang seperti ini membuat Wang Huixian menangis. Dia sebenarnya tidak tega membiarkan putrinya melakukan hal-hal tersebut untuknya, tapi dia tak punya pilihan lain.  

Beruntungnya ada seseorang yang merekam kisah Qianqian dan membagikannya ke media sosial. Video tersebut kemudian viral dan banyak warganet yang tergerak untuk membantu bocah malang tersebut. Hasil donasi yang terkumpul digunakan untuk biaya operasi Wang agar cepat sembuh dan Qianqian bisa menjalani kehidupan normal layaknya anak seusianya. 

Umumnya anak-anak yang berusia 3 tahun menghabiskan waktunya untuk bermain. Sayangnya, hal itu tidak bisa dinikmati oleh Qianqian. Di saat teman sebayanya menghabiskan waktu untuk bermain, dia malah harus merawat ibunya yang sakit. Sumber: Ruang Pena

 

C. Pengertian Disiplin 

Ada banyak deinisi konsep mengenai disiplin, tapi umumnya pengertian disiplin adalah tindakan individu untuk melaksanakan serta menaati peraturan, tata tertib, serta norma yang berlaku di lembaga tertentu. Pelaksanaan disiplin akan senantiasa merujuk pada norma, peraturan, dan patokan-patokan yang menjadi unsur penentu perilaku dan juga ada unsure kontrol terhadap perilaku supaya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

 

D. Fungsi Disiplin 

Mendengar kata disiplin orang biasanya secara releks akan menghubungkannya dengan “hukuman”, padahal disiplin amat baik diterapkan untuk kehidupan masyarakat yang teratur dan tertata dengan baik. Bicara mengenai disiplin selalu ada kaitannya dengan aturan yang harus ditaati. Hampir seluruh aspek hidup manusia membutuhkan aturan. 

Manusia sebagai makhluk beradab diikat oleh aturan, hukum, undang-undang, dan kesepakatan-kesepakatan tak tertulis yang harus ditaati oleh semua pihak. Sebagai makhluk beradab manusia memang membutuhkan aturan bersama demi kehidupan bersama yang tentram dalam masyarakat. 

Apakah hanya dalam masyarakat sajakah kita membutuhkan disiplin? Di berbagai tempat yang kita datangi maupun tempat kita bekerja, belajar akan selalu ada aturan yang harus ditaati jika kita ingin berada di tempat tersebut. 

Institusi sekolah dan keluarga adalah dua institusi penting yang menjadi dasar atau fondasi bagi tumbuh-kembangnya disiplin hidup. Disiplin amat diperlukan dalam rangka mengatur perilaku dan tata kehidupan manusia apalagi untuk anak-anak, remaja, dan kaum muda. Ada pakar psikologi yang mengatakan, perilaku manusia setelah dewasa sangat ditentukan oleh pola asuh dan disiplin yang ditanamkan sejak kecil. Disiplin menjadi prasyarat penting dalam pembentukan sikap, perilaku, dan tata kehidupan.

 

Beberapa fungsi disiplin, menurut Tulus dalam Asti Fajjaria (2012) 

1.       Untuk menata kehidupan bersama

Di sekolah, untuk menata kehidupan peserta didik di sekolah demi terwujudnya proses belajar-mengajar yang baik dan berkualitas. Di rumah, untuk menata kehidupan keluarga sehingga tiap orang paham apa hak dan kewajibannya dan bagaimana melaksanakannya. Peserta didik baik di sekolah maupun di rumah adalah makhluk individu dan sosial. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang, dan pola pikir yang berbeda-beda. Tetapi sebagai makhluk sosial, dalam hubungan dengan orang lain diperlukan norma, nilai, peraturan untuk mengatur agar kehidupan dan kegiatannya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Setiap individu memiliki kepentingan yang berbeda dan tak jarang ada yang saling merugikan. Disini dibutuhkan disiplin yang berfungsi menyadarkan seseorang untuk menghargai orang lain, dengan menaati aturan yang berlaku sehingga membatasi seseorang jangan sampai merugikan orang lain. Misalnya, di asrama berlaku aturan, setelah pukul 22.00 tidak menerima tamu, untuk menjamin semua orang bisa belajar dan istirahat tanpa gangguan. 

2.       Membangun kepribadian

Kepribadian (menyangkut sikap, tingkah laku, dan perkataan) seseorang turut ditentukan oleh lingkungan di mana ia hidup dan bertumbuh, yaitu lingkungan rumah, sekolah, dan masyarakat. Manusia yang telah dididik dalam disiplin sejak kecil di rumah maupun di sekolah membawa pengaruh positif bagi pembentukan kepribadian seseorang. Itulah sebabnya sekolah dan rumah adalah dua lembaga atau institusi penting sebagai peletak dasar kehidupan moral dan disiplin. 

3.       Melatih kepribadian

Kepribadian terbentuk melalui latihan dan disiplin dan itu tidak dapat terbentuk dalam 1 atau 2 tahun melainkan bertahun-tahun, karena itu dibutuhkan waktu yang lama untuk menanamkan disiplin bagi pembentukan kepribadian seseorang. Rumah dan sekolah merupakan institusi strategis bagi pembentukan kepribadian seseorang melalui disiplin. 

4.       Unsur paksaan

Faktor yang mendorong terbentuknya disiplin adalah dorongan dari dalam diri, namun dalam rangka mewujudkan disiplin ada juga dorongan dari luar diri, yaitu paksaan karena sesuatu merupakan aturan, mau tidak mau harus dijalani, jika tidak maka seseorang akan berhadapan dengan sanksi dan hukuman. Jadi, salah satu fungis disiplin adalah memaksa seseorang untuk hidup menurut aturan yang berlaku. 

5.       Hukuman

Aturan di sekolah dan di rumah, jika tidak dijalankan atau ditaati ada sanksi atau hukuman yang harus diterima. Peran hukuman atau sanksi amat penting sebagai pendorong agar peserta didik mau melaksanakan tata tertib dan aturan yang berlaku. 

6.       Menciptakan lingkungan yang kondusif

Disiplin menyebabkan kehidupan menjadi tertib dan pada akhirnya tercipta lingkungan yang kondusif di tiap lembaga. Di sekolah dan di rumah, dapat tercipta situasi yang kondusif bagi semua penghuni karena tata tetib dan peraturan dijalankan dengan baik.

 

E. Tujuan Disiplin 

Tujuan disiplin menurut Singgih D. Gunarsa dalam Asti Fajjaria (2012) adalah untuk mendidik anak supaya anak dengan mudah:

1.  Mengetahui pengetahuan dan pengertian sosial mengenai hak milik orang lain.

2.  Mengerti larangan-larangan dan segera menurut untuk menjalankan kewajibannya.

3.  Mengerti tingkah laku yang baik dan yang buruk.

4.  Belajar mengendalikan keinginan dan berbuat sesuatu tanpa merasa terancam oleh hukuman.

 

F. Disiplin di Sekolah 

Menurut Fajjaria yang mengutip Tulus (2004:34), apabila di sekolah disiplin dikembangkan dan ditetapkan dengan baik, konsisten, dan konsekuen, maka akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku peserta didik. Disiplin dapat mendorong peserta didik belajar secara konkrit mempraktikkan hal-hal positif, melakukan hal-hal baik, dan benar, dan menjauhkan diri dari hal-hal negatif. Melalui pemberlakuan disiplin yang konsisten, peserta didik belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baik sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang lain. 

Sekolah merupakan lembaga kedua setelah rumah (keluarga) yang dapat membawa anak-anak bertumbuh menjadi manusia berguna bagi dirinya, bagi keluarga, gereja dan masyarakat. Figur yang dekat dengan anak-anak dan remaja setelah orang tua adalah guru. Dalam menjalankan disiplin, peserta didik membutuhkan keteladanan di sekolah. Misalnya, aturan tidak boleh merokok, tapi guru merokok di depan peserta didik, maka pemberlakuan disiplin tidak konsisten, seharusnya guru memberi contoh yang baik dengan tidak merokok. 

Ada aturan mengenai jam masuk sekolah, hendaknya berlaku bagi peserta didik dan guru, jadi guru harus menjadi teladan dalam hal ketepatan waktu. Aturan disiplin yang dibuat sekolah hendaknya dalam bagian tertentu berlaku untuk peserta didik juga guru. Namun sekolah perlu lebih tegas dalam menegakkan disiplin karena ada kecenderungan anak-anak remaja mengabaikan didikan guru. Dalam beberapa kasus kita dapat membaca maupun melihat di media cukup banyak guru yang menjadi korban kekerasan orang tua yang marah jika anaknya dididik ataupun ditegur oleh guru. Pada kasus lainnya juga kita dapat membaca dan melihat bagiamana anak-anak menjadi korban kekerasan baik oleh guru maupun teman-teman sekolah mereka. 

Sekolah tidak boleh bersikap toleran terhadap perundungan maupun perkelahian dan tawuran. Menegakkan disiplin tidak berarti dilakukan dengan kekerasan. Sikap lemah lembut penuh kasih dan hukuman yang mendidik, akan mampu meruntuhkan hati anak-anak untuk menerima dan menjalankan displin yang diterapkan.

 

G. Memberi Hukuman yang Mendidik 

Menurut Tina Rahmawati, M.Pd (Dosen Manajemen Pendidikan, FIP, UNY), Yang dimaksud hukuman adalah sesuatu yang tidak menyenangkan yang harus diterima atau dikerjakan peserta didik karena bertingkah laku tidak pada tempatnya. Hukuman sebagai penguatan negatif merupakan salah satu penunjang untuk tegaknya disiplin dan dilakukan apabila terjadi pelanggaran tata tertib atau disiplin. Hukuman, di lain pihak adalah “imbalan” yang tidak menyenangkan yang harus diterima peserta didik akibat tingkah laku mereka dinilai tidak pada tempatnya. 

Hukuman merupakan cara sekolah memperingati dan memberitahu peserta didik bahwa perilakunya tidak menyenangkan dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Sosialisasi peraturan pada peserta didik amat perlu, bukan hanya pada waktu peserta didik diterima di sekolah, melainkan harus senantiasa diulang setiap ada kesempatan yang tepat sehingga berbagai aturan dan tata tertib dapat tertanam dalam pikiran dan hati peserta didik. 

Hukuman seyogyanya diberikan jika cara-cara pendisiplinan lainnya tidak berhasil. Hukuman memberitahu pada anak mengenai perilaku apa yang tidak diinginkan, tetapi belum tentu menjelaskan perilaku yang bagaimana yang diinginkan. Sedangkan persyaratan dalam penanaman disiplin adalah bahwa anak-anak harus tahu betul perilaku apa yang dapat diterima. Dalam menegakkan disiplin hendaknya pendidik dapat menggunakan cara-cara yang membentuk konsep diri yang positif dan realistis pada anak. 

Mengacu pada pernyataan tersebut, guru hendaknya tidak terlalu mudah dan sering menjatuhkan hukuman pada peserta didik. Karena peserta didik yang terlalu sering dihukum pada akhirnya akan melahirkan konsep diri negatif dalam dirinya atau akan melawan dengan berbagai acara. Hukuman merupakan cara terakhir yang dipakai untuk menegakkan disiplin. 

Jika penegakan disiplin dilakukan dalam perspektif iman Kristen, maka ada tahap-tahap yang harus dilalui; ditegur dibawah empat mata, kemudian yang kedua kalinya bersama guru BP, lalu ditegur sekali lagi, barulah dijatuhkan hukuman yang mendidik bukan untuk menyakiti dan membuat peserta didik ketakutan. 

Dalam penegakan disiplin, sebaiknya dari dalam diri peserta didik tumbuh keengganan untuk melanggar disiplin ketimbang “ketakutan” yang bersifat paksaan belaka. Dalam diri siswa haruslah tumbuh keinginan yang kuat untuk melaksanakan aturan dan disiplin demi pembentukan karakter dirinya juga demi kepentingan bersama sebagai komunitas. Disiplin dibuat supaya hak tiap orang terpenuhi dan dapat menjalankan aktivitas dengan baik dan lancar.

 

H. Disiplin yang Seimbang 

Sekolah harus menyeimbangkan antara hukuman dan penghargaan. Misalnya, jika peserta didik terlambat diberi hukuman tetapi jika mereka berprestasi, mereka dapat memperoleh reward. Jadi, untuk setiap ketatatan dan prestasi, peserta didik diberi reward tetapi untuk setiap pelanggaran, peserta didik diberi sanksi. 

Disiplin di sekolah tentu beda dengan disiplin militer yang keras. Artinya, aspek pengampunan harus diberlakukan dan dilihat dari besar-kecilnya pelanggaran. Sedapat mungkin sekolah tidak mengeluarkan peserta didik melainkan berupaya keras mendidik dan memperbaiki perilaku peserta didik.

 

I. Disiplin di Rumah 

Keluarga dalam hal ini orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, orang tua harus jadi teladan bagi anak dalam hal disiplin. Aturan dan tata tertib di rumah harus dijalankan secara konsekuen, orang tua hendaknya konsisten dalam menerapkan aturan. Tiap anggota keluarga memiliki peran masing-masing, supaya peran bisa efektif maka dibutuhkan aturan-aturan yang mengikat secara tidak tertulis. 

Beberapa penerapan disiplin di rumah adalah: 

Disiplin waktu. Perlu ada pengaturan waktu untuk keseimbangan antara bermain dengan belajar. Ada penelitian yang mengatakan bahwa anak-anak dan remaja menghabiskan terlalu banyak waktu di depan TV dan bermain games, atau permainan elektronik, dan berbagai bentuk media sosial. Dampaknya tidak hanya pada waktu belajar tetapi juga waktu untuk bersosialisasi dengan sesama menjadi berkurang dan dampak kesehatan pada mata dan syaraf tangan yang memainkan game dalam waktu yang terlalu banyak. 

Orang tua merupakan mitra bagi guru dalam mengajarkan disiplin bagi anak. Meskipun di sekolah peserta didik dididik dalam disiplin, tetapi di rumah peserta didik tidak memperoleh pendidikan dan pembiasaan disiplin, maka apa yang diperoleh di sekolah akan timpang. Di samping itu, remaja perlu diperkuat dengan prinsip-prinsip moral menyangkut pergaulan dengan sesama remaja, dengan guru, dan dengan orang tua. Mengenai prinsip moral dibahas dalam nilai kristiani jadi tidak dibahas secara lebih mendalam disini. 

Disiplin yang diajarkan di rumah bertujuan mempengaruhi remaja supaya dapat berpikir, merasakan, dan bertindak dalam kaitannya dengan apa yang diyakininya salah atau benar. Menurut Editor majalah E-Konsel dalam Esa Wibowo (esabiwibowo.blogspot.com), Banyak orang menganggap bahwa masa remaja adalah masa yang paling menyenangkan tapi sekaligus juga paling membingungkan. Masa dimana seseorang mulai memikirkan tentang cita-cita, harapan, dan keinginan-keinginannya. Namun juga masa yang membingungkan, karena ia mulai menyadari masalah-masalah yang muncul ketika ia mencoba untuk mengintegrasikan antara keinginan diri dan keinginan orang-orang di sekitarnya. 

Pada saat inilah orang tua memiliki peranan yang sangat penting untuk menolong anak remajanya, supaya mereka tidak salah jalan. Tetapi tidak dapat dipungkiri kalau pada saat yang sama orang tua mengalami kesulitan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dialami remaja, baik secara fisik maupun psikis. Karena itu, orang tua perlu melakukan pendekatan-pendekatan yang tepat agar dapat mengerti dan memahami masalah anak remajanya. Jika tidak, maka hal ini akan menyebabkan banyak kesalahpahaman di antara mereka. 

Orang tua juga harus sensitif terhadap apa yang dialami oleh anaknya. Misalnya ketika menjelang ujian mereka pasti mengalami stress, orang tua harus dapat memahami situasi tersebut dengan tidak menekan anak. Adalah penting untuk memberi anak-anak waktu bagi dirinya untuk berefleksi dan merenungkan kembali semua yang telah mereka lakukan. Apalagi jika mereka sedang jatuh cinta, hampir seluruh waktu akan dipakai demi orang yang sedang mereka “cintai”. Ketika orang tua menegur dengan keras maka itu akan menjadi momen perpecahan dengan anak. 

Sebaiknya memberi anak waktu sambil mengajaknya bicara dari hati kehati. Orang tua dapat membuat peraturan-peraturan rumah tangga yang wajar, beralasan dan dapat dilaksanakan. Sikap hormat dipelajari anak sementara dia memberi tanggapan positif terhadap wibawa. 

Berusahalah bersikap seluwes mungkin, terutama terhadap hal-hal yang menyangkut identitas, kebebasan, dan harga diri mereka. Para remaja membutuhkan banyak dukungan dan dorongan. Pertentangan tidak pernah dapat diselesaikan dengan argumen atau pertengkaran. Teladan dan kemantapan orang tua mempengaruhi anak-anak mereka. 

Pernikahan yang baik dan bahagia, jauh lebih membantu anak-anak muda untuk siap menghadapi kehidupan, daripada peraturan-peraturan dan pengawasan. Ciri-ciri nilai kristiani seperti kasih, kesabaran, pengertian, dukungan, dan kepercayaan, yang diungkapkan secara tetap, akan menjadi dasar kekuatan yang dibutuhkan para remaja dalam menghadapi tekanan dan masa-masa perubahan. 

Kepercayaan orangtua tidak boleh dipisahkan dari pengalaman dan tindakan nyata, terutama dalam keluarga.

Komunikasi yang erat dengan remaja, akan banyak membantu menghindari konflik yang sering kali terjadi antara orang tua dengan anak. 

Itu berarti, kita perlu bukan saja bercakap-cakap secara bermakna, tetapi juga meluangkan waktu yang bermutu bersama anak remajanya. Perhatian pribadi ini akan menciptakan citra diri yang positif serta menggalang persaudaraan dalam keluarga. Jangan takut mengungkapkan kasih saying secara fisik. Pelukan bapak dan ciuman ibu sangat membantu pembentukan kesan bahwa anak diterima dan dikasihi. 

Jadi penerapan disiplin di rumah, hendaknya dilakukan secara berimbang; menertibkan remaja tetapi juga sebagai sarana mengekspresikan cinta kasih dan perhatian orang tua bagi masa depan anak. Disiplin yang disertai dengan kekerasan tidak akan menghasilkan perubahan yang berarti tetapi cinta kasih dan konsistensi dalam menjalankan aturan diharapkan membawa perubahan bagi remaja. 

Memang terkadang banyak orang tua putus asa menghadapi anak-anak remajanya, namun kesabaran amat dibutuhkan dalam menghadapi kaum remaja. Anak-anak pun harus menyadari bahwa orang tua juga menghadapi masalah yang cukup banyak dalam hidupnya. Untuk itu, kesediaan anak untuk mendengarkan orang tua dan sebaliknya sikap orang tua yang sabar mendengarkan anak-anaknya akan sangat membantu dalam menjalin komunikasi yang baik. Tidak ada orang tua yang sempurna. Namun dalam segala kekurangan dan kelebihannya, orang tua patut dihormati.

 

J. Sekolah dan Rumah sebagai Tempat Mendidik dan Melatih Disiplin 

Dari pemaparan di atas, nampak dua lembaga yang amat penting sebagai pendidik dan pelatih bagi penerapan disiplin remaja adalah sekolah dan keluarga. Dengan demikian, peran orang tua dan guru amat penting, bukan hanya sebagai pendidik, namun juga terutama sebagai teladan yang menunjukkan contoh nyata pelaksanaan disiplin melalui pikiran, perkataan, dan perbuatan mereka. 

Disiplin bukan hanya sekadar pemahaman konsep melainkan praktik kehidupan yang harus nyata dalam tingkah laku peserta didik. Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa kerja sama antara lembaga keluarga, dalam hal ini orang tua dengan sekolah, dalam hal ini guru amat penting untuk dapat mendidik anak-anak menjadi manusia yang berdisiplin. Pembentukan diri anak membutuhkan waktu yang lama sampai nilai-nilai menjadi sebuah pembiasaan hidup.

 

K. Disiplin dalam Ajaran Iman Kristen 

Alkitab memang tidak berbicara secara spesiik mengenai disiplin namun Alkitab menulis tentang para tokoh yang menghargai waktu yang diberikan Tuhan bagi mereka. Ada satu keteladanan yang diberikan oleh Daniel yaitu disiplin beribadah. Daniel selalu taat beribadah dan menyembah Tuhan pada setiap waktu secara teratur. Oleh karena kesetiaanya, maka ia dan teman-temannya dilemparkan kedalam lubang singa juga kedalam api yang bernyala-nyala namun Tuhan Allah menyelamatkan mereka. 

John Mac Arthur menulis, Rasul Paulus mengindikasikan penggunaan waktu yang tepat sebagai tanda kebijaksanaan rohani yang sejati sebagaimana tertulis dalam Kitab Efesus 5:15-16: “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat” (Efesus 5:15-16). 

Menjadi orang yang tepat waktu menandakan kehidupan yang teratur. Orang yang tepat waktu mengindikasikan orang yang taat pada aturan dan perjanjian. Dalam kaitannya dengan itu, Amsal Salomo menulis: “Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan” (Amsal 19:20), dan “Orang yang mengarahkan telinga kepada teguran yang membawa kepada kehidupan akan tinggal di tengah-tengah orang bijak. Siapa mengabaikan didikan membuang dirinya sendiri, tetapi siapa mendengarkan teguran, memperoleh akal budi” (Amsal 15: 31-32). 

Orang yang berdisiplin adalah orang yang “taat” pada aturan, menghargai aturan dan hidup berdasarkan aturan. Didikan dan nasehat adalah bagian dari disiplin karena disiplin membutuhkan pembelajaran dan latihan. Rasul Paulus mengatakan: “Pergunakanlah waktu yang ada”. Artinya, orang beriman tidak boleh membuang-buang waktu, sebaliknya menggunakan waktu secara produktif atau dalam rangka menghasilkan sesuatu. Misalnya, siswa menggunakan waktu dengan baik untuk belajar, siswa mampu membagi waktu dengan baik antara bermain, bermedia sosial, dan belajar, serta istirahat. 

Pengaturan waktu yang baik menunjukkan kualitas diri seseorang. Waktu yang ada diberikan Tuhan bagi manusia untuk digunakan sebaik-baiknya. Hidup disiplin merupakan bagian dari iman, jadi orang beriman adalah orang yang taat pada disiplin dan taat pada aturan yang ada.

 

Disiplin Merupakan Fondasi Membangun Karakter 

Jika kalian membaca berbagai buku mengenai kisah orang-orang sukses, hal yang menonjol dalam diri mereka adalah disiplin. Hal utama yang menjadi penentu keberhasilan mereka ialah pembentukan disiplin diri. Memiliki disiplin diri membuat seseorang dapat menggunakan seluruh bakat dan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan. Kemampuan disiplin diri bukan bawaan, melainkan kualitas yang diperoleh berkat pelatihan terus menerus sehingga disiplin menjadi pembiasaan hidup. 

Hal-hal apa saja yang dapat membentuk disiplin diri dalam diri seseorang? Menurut Beny Kogoya ada beberapa ciri khas yang dapat menunjuk pada sikap disiplin: (a) Ketaatan dan kepatuhan, (b) Loyal terhadap norma dan aturan, (c) Mampu membedakan tindakan yang boleh dan yang tidak boleh, (e) Mampu mengendalikan diri, (f) Terus melatih dan mebiasakan diri mengikuti aturan, norma dan tata tertib.

Ciri Khas Memiliki Sikap Disiplin: 

a.       Ketaatan dan kepatuhan pada aturan, norma dan etika

Taat pada aturan, norma, dan etika yang berlaku dalam masyarakat, di sekolah, di rumah maupun di mana saja. Misalnya, sebagai remaja, taat pada jam masuk sekolah, mengikuti pelajaran secara teratur, mengerjakan Pekerjaan Rumah, dan tugas lainnya yang diberikan oleh guru. Memberi salam pada guru dan berlaku sopan baik melalui kata-kata maupun perbuatan. 

b.      Loyal terhadap norma dan aturan

Orang yang ingin menanamkan disiplin dalam dirinya adalah orang yang setia menjalankan aturan dan norma yang berlaku di sekolah, di rumah, maupun dalam masyarakat. Ada aturan di sekolah peserta didik hanya boleh pulang setelah jam pelajaran selesai kecuali ada kepentingan tertentu. Seseorang selalu setia mentaati peraturan ini. Menjaga nama baik sekolah dan nama baik keluarga setiap saat dimana pun berada dengan cara tidak melakukan hal-hal yang tidak baik dan tidak sopan. Misalnya, tidak berkata kotor, tidak berkelahi dengan teman dari sekolah lain. 

c.       Mampu membedakan tindakan yang boleh dan yang tidak boleh

Peserta didik tahu dan paham mana tindakan yang sesuai dengan aturan dan yang mana tindakan yang tidak sesuai dengan aturan. Tidak hanya tahu tetapi menjalankannya dalam tindakan. Misalnya, jam masuk sekolah adalah pukul 07.00 pagi, maka kamu selalu masuk sekolah pada pukul 07.00 pagi,

kecuali terjadi persitiwa tertentu yang tidak direncanakan. 

d.       Mampu mengendalikan diri

Ada pepatah yang mengatakan musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri. Apa artinya? Artinya, manusia harus mampu menaklukkan diri sendiri barulah mampu menghadapi tantangan lainnya. Kita harus mampu mengendalikan kemarahan, keinginan diri yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang ada dalam agama maupun budaya masyarakat kita. Banyak keinginan dalam diri kita yang terkadang jika diikuti akan membawa kita ke arah yang tidak baik. Misalnya, kamu ingin menggunakan waktumu sebanyak-banyaknya untuk bermain tetapi kamu harus belajar supaya tidak ketinggalan pelajaran, maka kamu harus mengendalikan dirimu untuk tidak menggunakan waktu yang berlebihan untuk bermain. Atau, ketika ulangan, kamu melihat banyak teman yang menyontek, kamu juga ingin melakukannya, tetapi kamu dapat mengendalikan keinginan itu. Berarti, kamu dapat mengendalikan dirimu. 

e.       Terus melatih dan mebiasakan diri mengikuti aturan, norma dan tata tertib

Disiplin bukanlah ilmu yang hanya diajarkan tetapi harus dilakukan dalam tindakan hidup. Kamu hanya dapat membentuk dirimu sebagai pribadi yang disiplin jika kamu terus melatih dirimu untuk melakukannya setiap saat kapan dan di mana saja. Hal itu harus dilakukan secara konsisten atau terus-menerus. Kamu pasti merasa amat berat bukan? Mulailah dari hal-hal yang paling sederhana, misalnya, datang tepat waktu dan menyeimbangkan waktu untuk belajar, berdoa,membaca Alkitab, dan bermain. Bisakah kamu melakukannya? Apakah yang dimaksudkan dengan disiplin diri? Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, disiplin berarti melatih batin dan watak supaya perbuatannya menaati tata tertib. Disiplin diri berarti melatih diri melakukan segala sesuatu dengan tertib dan teratur secara berkesinambungan untuk meraih impian dan tujuan yang ingin dicapai dalam hidup.

 

Mengapa remaja membutuhkan disiplin diri? 

Remaja adalah makluk individu dan sosial, sebagai makluk sosial, remaja hidup bersama orang lain, bersosialisasi dengan orang lain. Sebagai individu, seseorang membutuhkan aturan dan norma kehidupan yang dapat dijadikan pegangan dalam membangun diri sendiri, dan itu diperoleh melalui disiplin. 

Sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan orang lain (entah itu teman, orang tua, keluarga, dll), maka seseorang membutuhkan panduan berupa aturan, norma yang mengatur hubungannya dengan orang lain sehingga tidak saling mengganggu dan merugikan. Melalui pelaksanaan aturan, tata tertib dan norma yang berlaku, maka seseorang terhindar dari berbagai konflik yang dapat merugikan dirinya ataupun dijauhi oleh semua orang. Apakah disiplin itu sesuatu yang sulit dan mengekang kebebasan remaja? 

Umumnya disiplin menyediakan kebiasaan yang baik untuk dilakukan. Kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan secara konsisten pasti membawa manfaat bagi hidup kita. Kebiasaan yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik, begitupun sebaliknya, namun untuk membiasakan kebiasaan baik itu tidak mudah. 

Penyebab membiasakan kebiasaan baik itu tidak mudah

1.  Manusia memiliki sifat-sifat mendasar seperti: cenderung bermalas-malasan, ingin hidup seenaknya mengikuti keinginan hatinya, dan keinginan untuk melanggar peraturan- peraturan yang ada.

2. Kita selalu menganggap norma, aturan dan tata tertib sebagai suatu kewajiban atau beban yang harus dilakukan, bukan sebagai kesenangan. Pepatah mengatakan “Kita akan lebih mudah menerapkan disiplin diri jika kita mencintai apa yang kita kerjakan.”

3.  Manusia cenderung cepat bosan jika melakukan kegiatan yang sama dalam jangka waktu lama. 

Oleh karena itu, ada beberapa tips yang dapat kamu pelajari dalam kaitannya dengan membentuk disiplin pribadi dalam dirimu menurut Beny Kagoya. 

Cara membentuk disiplin pribadi

1.  Meyakini bahwa disiplin adalah sesuatu yang positif. Contoh: Kalau kalian disiplin belajar, akan memperoleh hasil belajar yang baik.

2.  Disiplin merupakan salah satu wujud ibadah. Melaksanakan disiplin berupa aturan, tata tertib dan norma baik di rumah, di sekolah maupun dalam masyarakat merupakan salah satu bentuk ketaatan pada Firman Allah.

3. Menjadikan disiplin sebagai kebutuhan hidupmu dengan demikian, kalian akan merasakan lapar dan haus akan disiplin seperti membutuhkan makanan dan minuman.

4.  Mampu menaklukkan keinginan diri sendiri yang tidak sesuai dengan tata tertib, aturan dan norma yang berlaku.

5. Terbiasa melaksanakan aturan dan norma di sekolah maupun di rumah yang dimulai dari: bangun dan tidur tepat waktu, tiba di sekolah tepat waktu, menyelesaikan tugas tepat waktu, berdoa dan membaca Alkitab secara teratur, menghormati orang yang lebih tua, membagi waktu antara bermain dan belajar.

 

L. Refleksi 

Disiplin amat penting dalam dalam kehidupan. Disiplin adalah kemampuan untuk mengatur perilaku seseorang dengan prinsip dan keputusan yang tepat. Penerapan disiplin membutuhkan didikan dan latihan supaya disiplin dapat menjadi pembiasaan hidup. Orang yang disiplin memiliki kemampuan untuk berkonsentarsi, fokus pada tujuan hidupnya serta konsisten dalam mencapai tujuan hidupnya. 

Remaja adalah makluk individu dan sosial, sebagai makluk sosial, remaja hidup bersama orang lain, bersosialisasi dengan orang lain. Sebagai individu, seseorang membutuhkan aturan dan norma kehidupan yang dapat dijadikan pegangan dalam membangun diri sendiri, dan itu diperoleh melalui disiplin. Disiplin merupakan bagian dari nilai-nilai Kristiani. Oleh karena itu, remaja Kristen yang beriman adalah remaja yang disiplin. 



Referensi: 

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri untuk SMP Kelas VII. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jakarta Pusat. 2021.

Alkitab Elektronik 2.00 – Alkitab Terjemahan Baru ©1974 Lembaga Alkitab Indonesia.

Gambar Yosua mengajak beribadah kepada Tuhan dari jamuankasih.blogspot.com

Gambar Kegiatan Sehari-hari dari Buku PAK tahun 2021

Gambar Qianqian, usia 3 tahun, merawat Ibunya yang sakit dari Buku PAK tahun 2021

Tidak ada komentar:

Posting Komentar