Bahan Alkitab
Galatia 5:22-26
5:22 Tetapi buah Roh ialah:
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
5:23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal
itu. 5:24 Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging
dengan segala hawa nafsu dan keinginannya. 5:25 Jikalau kita hidup oleh Roh,
baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh, 5:26 dan janganlah kita gila hormat,
janganlah kita saling menantang dan saling mendengki.
Matius 5:3-10
![]() |
Gambar Yesus Khotbah di Bukit |
A.
Pendahuluan
Pelajaran ini membahas tentang Allah memperbarui hidup manusia dan dunia. Bahwa hidup manusia tidak selalu berjalan sebagaimana apa yang direncanakannya. Ketika banyak kejadian dalam hidup kita tidak sesuai dengan harapan, rencana dan impian, apakah itu pertanda Allah meninggalkan kita? Banyak orang yang bersikap pragmatis dan cepat mengambil kesimpulan dalam kekecewaan dan putus asa. Oleh karena itu pembelajaran ini akan memberikan penguatan pada kamu untuk memahami bahwa hidup tidak selalu berjalan menurut apa yang direncanakan ataupun diharapkan.
Pembahasan mengenai nilai kristiani amat luas oleh karena itu perlu diberi batasan. Dalam pembelajaran ini pembatasan materi dilakukan berdasarkan cakupan teks Alkitab, yaitu Kitab Galatia 5:22-26. Dalam rangka membahas mengenai nilai-nilai kristiani juga dibahas bagaimana hati nurani memegang peranan penting dalam mendorong perbuatan-perbuatan baik dan benar seturut nilai-nilai kristiani. Perwujudan nilai-nilai kristiani turut didorong oleh hati nurani yang bersih. Alkitab menulis bahwa dari hati nurani keluar semua perbuatan yang baik maupun buruk.
Pembahasan mengenai nilai-nilai kristiani yang dirangkaikan dengan kajian mengenai hati nurani amat penting ditengah tantangan kehidupan yang amat berat yang harus dihadapi oleh remaja masa kini. Mereka hidup dalam era persaingan yang terkadang mengabaikan prinsip-prinsip solidaritas dan kebersamaan, karena adanya tuntutan untuk menjadi “yang terbaik”. Proses sosial untuk menjadi manusia seutuhnya dan manusia beriman pun diinterupsi oleh kondisi persaingan yang dibalut oleh adanya tuntutan untuk menjadi yang terbaik dan unggul.
Menjadi unggul ataupun menjadi yang terbaik bukanlah dosa. Namun hal itu menjadi persoalan ketika dalam proses menjadi yang terbaik atau yang unggul itu prinsip-prinsip nilai kemanusiaan terpinggirkan. Dengan sendirinya, nilai-nilai kristiani tidak mendapat tempat dalam model persaingan untuk menjadi yang terbaik dan unggul sebagaimana dijelaskan. Karena itu, mempelajari nilai-nilai kristiani dan hati nurani akan membantu remaja SMP dalam mengambil keputusan dalam hidupnya terutama ketika menghadapi tawaran-tawaran yang cenderung menyimpang dari ajaran imannya.
Guru hendaknya jeli memberikan penekanan-penekanan
pada pembelajaran nilai-nilai iman kristen sebagai ajaran normatif yang tidak dapat
dikompromikan. Namun demikian, sedapat mungkin menghindari model indoktrinasi
karena anak-anak generasi Z adalah anak-anak yang menginginkan pembelajaran
yang memerdekakan dan menghargai independensi diri mereka. Hanya saja, dalam
kebebasan dan kemerdekaan itu ada aturan, ada nilai-nilai moral keagamaan yang
mengikat mereka dalam menjalani hidup. Pembelajaran ini akan berhasil jika
orang tua diikutsertakan dalam berbagai aktivitas.
B.
Pemahaman Konsep
Menurut Spranger, dikutip oleh Sunaryo Kartadinata (1988), nilai merupakan suatu tatanan yang dijadikan panduan dalam bersikap dalam situasi social tertentu.
Nilai
itu merupakan:
1. Sesuatu
yang diyakini oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif yang
diyakini kebenarannya dan mendorong orang untuk mewujudkannya.
2. Produk
sosial yang diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknya.
3. Sebagai standar konseptual yang relatif stabil yang membimbing individu dalam menentukan tujuan yang ingin dicapai dalam rangka memenuhi kebutuhan psikologisnya.
Jadi, nilai adalah konsep yang dijadikan prinsip hidup yang menjadi acuan bagi manusia dalam bersikap dan bertindak. Dengan demikian, nilai kristiani adalah suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh tiap orang Kristen untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan hidupnya berdasarkan ajaran Yesus Kristus. Dalam hidup dan pelayanan-Nya Yesus mengajarkan nilai-nilai yang menjadi panduan hidup orang beriman. Nilai-nilai itu tidak hanya diajarkan melalui kata-kata tetapi juga dipraktikkan oleh-Nya dalam sikap dan tindakan.
C. Nilai
Kristiani Menurut Alkitab
Berikut adalah nilai-nilai Kristiani yang diajarkan dalam Alkitab. Memang tidak dicantumkan disini sama persis dengan bunyi isi yang ada dalam Alkitab namun telah disarikan.
1. Mengasihi Tuhan dan sesama
Pada suatu ketika, para pemimpin agama Yahudi minta Yesus
mengatakan hukum manakah yang paling penting? Lalu jawab Yesus; “Kasihilah
Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu, itulah hukum yang terutama dan pertama. Hukum
yang kedua yang sama dengan itu ialah; kasihilah sesamamu
manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh
hukum Taurat dan kitab para nabi” (Matius 22:37-40).
Bentuk mengasihi Tuhan adalah menyembah-Nya dan melakukan ajaran-Nya, sedangkan mengasihi sesama artinya menghargai harkat dan martabat sesama, serta menunjukkan simpati dan empati pada sesame manusia tanpa kecuali. Contoh Konkret: menghargai, bersimpati, dan empati pada teman, guru, dan orang tua. Melalui contoh orang Samaria yang murah hati, Yesus ingin menunjukkan bagaimana praktik cinta kasih yang sesungguhnya, yaitu mencintai berarti peduli dan mau menolong sesama, yang dilakukan tanpa memandang berbagai perbedaan.
2. Rendah hati
Kerendahan hati adalah kebalikan dari agresivitas,
arogansi, kesombongan. Bertindak dengan kerendahan hati menegaskan
kebijaksanaan seseorang. Kerendahan hati menggambarkan manusia yang paham siapa
dirinya sebagai makhluk ciptaan Allah.
Kerendahan hati menyebabkan manusia dapat hidup damai dan
harmonis dengan sesama, antara lain orang yang rendah hati akan mengambil sikap
mengalah untuk kebaikan. Mengalah tidak berarti membiarkan kejahatan memang.
Kalian tidak perlu bertengkar hebat dengan seseorang, tetapi cukup menunjukkan
bukti yang dapat memperkuat sikap mu.
Apakah kalian pernah mengalami kasus di mana seseorang
bertengkar denganmu atau orang lain karena suatu hal? Mengapa mereka
bertengkar? Apa pendapatmu berkaitan dengan hal tersebut? Kamu dapat berbagi pengalaman
dengan teman sebangkumu.
Apakah kalian memiliki teman yang cerdas dan memiliki talenta tapi tidak pernah sombong? Dirinya dapat menjadi teladan bagi kalian. Coba ceritakan apa yang dapat kalian teladani dari dirinya?.
3. Jujur
Orang yang jujur adalah orang yang memiliki integritas.
Kejujuran merupakan nilai yang utama dalam Alkitab setelah kasih. Kejujuran
lawannya kebohongan. Orang jujur selalu bicara apa adanya sesuai fakta. Dalam
pergaulan, terkadang kita mendengar perkataan seperti ini: “Aahh.tidak mengapa berbohong, asalkan itu berbohong untuk kebaikan”.
Berbohong adalah berbohong! Tidak ada kebaikan dalam berbohong. Berkaitan dengan kejujuran, apakah kalian pernah berbohong? Mengapa kalian berbohong? Bagaimana perasaanmu ketika kamu berbohong? Setelah mempelajari materi mengenai nilai-nilai iman Kristen, apa pendapatmu berkaitan dengan kebohongan? Apakah kalian memiliki teman yang selalu jujur? Jika ya, sifat apa yang perlu kamu tiru darinya?
4. Bermoral
Yesus
memberikan daftar tindakan yang merupakan tindakan tidak bermoral, yaitu:
pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, pencurian, saksi dusta, fitnah, keserakahan, kebencian, penipuan,
percabulan, iri hati, kesombongan (1 Korintus 6:19-20).
Kita sering berpikir tentang moralitas dalam hal dosa
seksual, tetapi menurut
Yesus, dosa seperti fitnah, keserakahan, kebohongan, dan arogansi merupakan
perbuatan tidak bermoral. Hidup bermoral artinya menjaga tubuh dari percabulan,
hidup benar dan berani berkata benar dan membela yang benar.
Menurut kalian, apakah manusia perlu memiliki moral? Mengapa? Berdasarkan tulisan diatas, apakah kalian sudah memiliki sikap moral sebagaimana indikator yang disebutkan di atas? Jika sudah ucaplah syukur pada Tuhan dan berjanjilah untuk menjadi lebih baik lagi. Jika belum, apakah yang harus diperbaiki dalam diri kalian?
5. Murah hati dari segi waktu, perhatian dan uang
Alkitab mengajarkan pada kita untuk tidak bersikap kikir,
sebaliknya kita diminta untuk memberi kepada sesama yang berkekurangan dan membutuhkan
bantuan. Setiap orang memiliki sesuatu yang dapat disumbangkan bagi orang lain,
entah uang, waktu, perhatian dan kasih sayang. Kita dapat menjadi teman bicara
bagi seseorang yang sedang sakit di mana kita dapat menghibur mereka. Kita
dapat memberikan pertolongan tanpa pamrih. Bagi mereka yang kaya, dapat
menggunakan kekayaannya untuk melayani sesama, bagi mereka yang punya talenta
atau kelebihan lainnya dapat melayani sesama dengan kelebihannya itu.
Setelah mempelajari materi tersebut, menurut kalian, apakah nilai-nilai ini sudah ada dalam dirimu? Coba sebutkan atau tuliskan beberapa nilai yang sudah ada padamu! Lalu, berjanjilah untuk terus bertumbuh, memperbaiki diri dan memiliki nilai-nilai kemurahan hati.
6.
Kata dan
Perbuatan sama (Integritas)
Yesus
tidak menyukai orang munafik. Orang Farisi dan ahli Taurat sering mendapat
sindiran dari Yesus. Kaum Farisi dan ahli Taurat selalu merasa diri paling
benar karena mereka menjalankan aturan agama secara konsisten dari segi hukum
agama. Tetapi mereka tidak mempraktikkan ajaran tersebut dalam kehidupan. Untuk
itu Yesus mengatakan: “Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang Farisi, hai kamu orang-orang
munafik! Sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu
bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan; yaitu: keadilan
dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan
diabaikan” (Matius 23:23).
Bercermin dari kata-kata Yesus di atas, maka jika seseorang mengaku orang Kristen tapi tidak mempraktikkan ajaran agamanya, maka sesungguhnya dia orang munafik (bandingkan Matius 7: 15-20). Setelah mempelajari nilai tersebut di atas, coba tuliskan apakah kalian sudah menerapkannya? Jika belum mengapa? Jika kalian sudah menerapkannya, mengapa?
7. Jangan merasa diri paling benar
Tidak ada orang yang sempurna, kita semua adalah orang berdosa dalam satu atau lain cara (Roma 3:23). Menjalani kehidupan moral berarti mengambil tanggung jawab untuk mengendalikan perilaku kita sendiri. Jika kita katakan atau bahkan berpikir kita lebih baik dari orang yang kita anggap sebagai “orang-orang berdosa,” kita bersalah karena telah membenarkan diri sendiri. Seseorang tidak berhak untuk memandang rendah, mengkritik, menghakimi, menyalahkan, atau mencoba untuk mengendalikan orang lain. Penghakiman adalah hak Tuhan (Matius 7:1-5). Yesus juga memberi contoh orang Farisi yang masuk dan berdoa, bahwa dia bersyukur karena dia tidak seperti pemungut cukai yang berdosa. Itu contoh untuk manusia yang merasa diri paling benar dan tak berdosa, padahal semua manusia berdosa.
8. Jangan menyimpan dendam
Orang Kristen tidak boleh menyimpan dendam atau
kemarahan, bahkan Yesus katakan: sebelum berdoa, berdamailah dulu dengan
saudaramu. Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu, supaya
kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi
orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang jahat
dan orang yang benar (Matius 5:43-45).
Memang cukup sulit untuk melakukan hal ini bukan? Apalagi
jika kita terus mengingat perbuatan jahat orang pada kita? Tapi ingatlah kalian
juga bukan manusia sempurna, kalian pun pernah melakukan kesalahan pada orang
lain bukan? Nah, kalian juga dapat melupakan dan mengikhlaskan kesalahan seseorang, lupakan, maafkan tetapi
tetap waspada dan kritis sehingga
kalian tidak jatuh ke dalam perangkap orang lain lagi. Atau bahkan supaya
kalian jangan berbuat jahat pada orang lain dan memasang perangkap untuk
mereka.
Berbicara
tentang jangan menyimpan dendam, ada cerita seorang tokoh dunia yang luar
biasa: Nelson Mandela. Beliau adalah tokoh hak asasi manusia yang
memperjuangkan persamaan hak antara orang
kulit hitam dan orang kulit putih di Afrika Selatan. Ia dipenjarakan dalam waktu yang cukup lama kemudian menjadi Presiden Afrika Selatan yang pertama dari kalangan orang kulit hitam. Ketika ia dibebaskan, orang pertama yang diajak untuk makan malam bersamanya adalah kepala penjara tempat ia ditahan. Kepala penjara itu amat jahat padanya sewaktu ia ditahan. Karena itu orang terheran-heran ketika ia mengundang kepala penjara untuk makan malam bersamanya. Ketika Mandela ditanya, mengapa mengundang orang yang sudah amat sangat menyakiti dan menyiksanya? Maka jawabnya: Kamu harus mampu memaafkan dan melupakan orang yang paling banyak melakukan kejahatan terhadapmu, barulah kamu dapat hidup tenang dan memaafkan kesalahan-kesalahan lainnya. Artinya tidak boleh menyimpan dendam dan kebencian didalam hati.
9. Mengampuni orang lain
Salah satu nilai kristiani yang amat penting yang diajarkan
oleh Yesus adalah mengampuni orang lain. Yesus mengatakan: Jika kamu mengampuni
mereka yang bersalah kepada kamu, Bapamu di surga akan mengampuni kamu. Tetapi
jika kamu tidak mengampuni orang, Bapamu di surga tidak akan mengampuni
kesalahanmu (Matius 6:14-15).
Allah didalam Yesus Kristus telah mengampuni serta menebus dosa-dosa kita, karena itu kita wajib saling mengampuni dengan cara yang sama. Yaitu, memiliki kerelaan dan ketulusan hati untuk mengampuni sesama kita. Coba berbagi dengan teman sebangku mu tentang pengalaman kamu memaafkan seseorang atau ketika kamu dimaafkan oleh orang lain. Bagaimana perasaan mu?
D. Menerapkan Nilai-nilai Kristiani dalam Hidup
1.
Penerapan Nilai-nilai Kristiani
Nilai-nilai kristiani tidak secara otomatis menjadi
pembiasaan hidup jika tidak dilatih dan dibiasakan. Semua nilai itu bersumber
dari Alkitab, maka tiap orang yang bertekun membaca Alkitab dan berdoa, akan
terbantu untuk memahami dengan baik nilai-nilai itu serta menerapkannya dalam hidup.
Menerapkan nilai-nilai kristiani membutuhkan pemahaman
konsep yang benar, setelah memahami konsep, seseorang harus memiliki tekad dan kemauan
untuk menerapkan nilai-nilai tersebut. Kita dapat belajar dari teladan yang
diberikan oleh para tokoh gereja, masyarakat, orang tua, guru, maupun teman
sebaya kita.
Ada orang yang mengatakan bahwa nilai-nilai Kristiani itu
amat ideal dan mungkin bersifat “utopia” hanya ada dalam angan-angan
karena begitu muluknya. Sikap skeptis ini muncul karena mereka belum memahami dengan
baik isi Alkitab dan apa yang Tuhan perintahkan untuk dilakukan oleh umat-Nya.
Disamping itu, mereka tidak memiliki kemauan untuk terus menerus mempelajari
serta mempraktikkan nilai-nilai tersebut dalam hidupnya. Mengapa ini terjadi?
Karena manusia lebih ingin hidup menurut kemauannya, mengikuti hawa nafsu dan
keserahakan diri ketimbang mengikuti nilai-nilai kristiani yang dirasakannya
amat berat. Misalnya, soal berbagi dengan sesama, mengapa harus berbagai dengan
orang lain? Kan saya yang bekerja keras untuk memperoleh semua kekayaan?
Bukankah saya bekerja untuk diri sendiri dan keluarga saya? Mengapa harus mempedulikan
orang lain? Toh salah dia sendiri mengapa menjadi manusia yang miskin dan
berkekurangan?
Ada orang beralasan tidak bisa menolong sesama karena
semua yang diperolehnya hanya cukup untuk dia dan keluarganya. Berbagai alasan
ini menunjukkan bahwa mereka belum memahami dengan benar isi Alkitab, mereka
masih hidup untuk diri sendiri. Bahkan terkadang di antara orang-orang seperti
itu adalah orang-orang yang sangat taat beribadah dan rajin bergereja. Jika
terjadi demikian, maka dapat dikatakan mereka belum memahami dengan baik makna
menjadi “orang Kristen”. Menjadi orang Kristen bukan hanya rajin bergereja dan
beribadah tetapi secara konsisten menerapkan ajaran iman Kristen dalam
hidupnya, termasuk mempraktikkan nilai-nilai kristiani.
Sekarang, kalian telah mempelajari beberapa nilai-nilai kristiani yang bersumber dari Alkitab, coba simpulkan makna nilai kristiani bagi diri kalian dalam pembentukan jati diri sebagai remaja Kristen!
2.
Penerapan Nilai-nilai Pancasila
Lambang sila pertama adalah
bintang dengan cahaya yang menerangi, melambangkan cahaya iman yang menerangi
hidup manusia Indonesia. Artinya, orang Indonesia adalah manusia beragama yang
percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan itu ditunjukkan melalui
nilai-nilai iman sesuai agama yang dianut. Menerima adanya keberagaman agama di
Indonesia dan dengan demikian bersikap toleran terhadap semua penganut agama.
Sila kedua dengan simbol rantai yang saling terikat
artinya kerja sama yang utuh dan akur dari semua orang Indonesia di mana ada
solidaritas dan kebersamaan, ada kesetiaan dan saling menghormati dan menerima
satu terhadap yang lain. Mengakui persamaan hak, kewajiban, dan kedudukan semua
orang sama di mata hukum, agama, sosial, dan lainnya. Saling mengedepankan sikap
toleransi atau tenggang rasa antar masyarakat. Menjalin pertemanan dengan siapa
saja tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, dan lainnya. Berani menyuarakan
kebenaran untuk mempertahankan keadilan.
Makna simbol sila ketiga adalah negara sebagai tempat
berlindung bagi rakyatnya. Dan kita sebagai rakyat saling bekerja sama untuk
keutuhan NKRI yang jaya. Saling menolong dan bergotong royong. Kita bangga
terhadap ciri khas dan identitas bangsa kita.
Pada sila keempat, melambangkan ketangguhan dan kekuatan
dalam kebersamaan bermusyawarah saling mendengarkan dan mencapai kata mufakat.
Sedangkan sila kelima melambangkan rasa adil dan perilaku
adil bagi semua orang. Meletakkan kepentingan bersama di atas kepentingan
individu dan kelompok. Demikian prinsip dan penerapan nilai-nilai bangsa kita,
Pancasila.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa nilai-nilai
kebangsaan Indonesia tidak bertentangan dengan nilai-nilai iman. Kita semua
adalah warga Negara Indonesia yang harus tunduk kepada nilai-nilai kebangsaan dan
pada sisi lain kita sebagai warga gereja, yaitu orang Indonesia yang beragama
Kristen juga taat pada nilai-nilai iman kita. Kesimpulannya kita adalah orang
Indonesia beragama Kristen yang menerapkan nilai-nilai kebangsaan dan
nilai-nilai iman Kristen.
E. Peran
Hati Nurani dalam Mewujudkan Nilai-nilai Iman dan Nilai-nilai Kebangsaan
Menurut Prof.K. Bertens, hati nurani adalah “instansi” dalam diri manusia yang menilai perbuatan manusia baik atau buruk. Hati nurani erat kaitannya dengan moral. Hati nurani manusia adalah kedalaman termurni dari jiwa manusia. Ada ungkapan: “Dengarkanlah suara hati nuranimu”.
Orang-orang yang berpijak pada logika semata-mata biasanya berpikir hati nurani hanya dipandu oleh emosi atau perasaan semata dan yang lebih utama dalam hidup manusia adalah mengandalkan mind atau kecerdasan otak.
Menurut Prof. K. Bertens, hati nurani juga berisi kesadaran. Dengan demikian, hati nurani tentu saja mengandung unsur logika. Jadi, tidak benar kalau hati nurani hanya dipandu oleh emosi atau perasaan. Hati nurani memandu kita dalam setiap tindakan hidup.
Menurut Prof. Bertens, terkadang seseorang meyakini apa yang dilakukannya itu merupakan bisikan suara hatinya padahal tindakannya itu salah. Misalnya, para teroris yang melakukan kekerasan dan pembunuhan, mereka meyakini apa yang dilakukannya itu sesuai dengan suara hati nuraninya. Jadi, suara hati bisa saja salah jika tidak dilatih dan didik. Para koruptor dan pembunuh, hati nurani mereka sudah tumpul karena mereka menutup diri terhadap kesadaran hati nuraninya, akibatnya perbuatan yang salah jadi dianggap biasa. Begitu pula orang-orang yang kikir, mereka yang tidak peduli pada penderitaan orang lain, berkhianat dan memitnah orang lain adalah orang-orang yang hati nuraninya sudah tumpul dan resisten terhadap kebaikan dan nilai-nilai kristiani yang tercantum dalam Alkitab. Banyak orang bahkan bertindak berlawanan dengan suara hati nuraninya, mereka memilih dan memutuskan sesuatu yang bertentangan dengan suara hati nurani, lama kelamaan, hati nurani merekapun menjadi tumpul.
Betapa pentingnya peran hati nurani bagi manusia, bahkan Yesus mengatakan dari dalam hati manusia lahir kejahatan (markus 7:21-23). Hati nurani berperan dalam membentuk karakter manusia, terutama dalam kaitannya dengan pilihan dan pengambilan keputusan.
Manusia perlu terus melatih dan
mendidik hati nurani sehingga dari dalam hati nurani lahir berbagai perbuatan
baik terutama ketika harus memilih dan mengambil keputusan yang benar,
berkaitan dengan mewujudkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan. Dengan cara
bagaimana? Tekun berdoa dan membaca Alkitab, serta mencontoh orang-orang yang
dapat dijadikan teladan untuk kebaikan dan kebenaran hidup. Dalam hal ini peran
akal sehat dan hati nurani amat penting.
Bagaimana jika seseorang salah memilih atau memutuskan sesuatu? Tidak mengapa, tapi belajarlah dari kesalahan itu untuk tidak mengulangnya lagi. Tiap orang memiliki kesempatan untuk berubah dan memperbaiki kesalahan yang pernah dibuat. Rasul Paulus minta kita memelihara hati dari berbagai kejahatan, karena dari dalam hati keluar semua perbuatan baik dan jahat. Kita akan mampu memelihara hati kita dari berbagai hal negatif jika kita minta Roh Kudus berdiam di dalam hati kita. Jadi, hati nurani yang bersih akan memandu kalian dalam mewujudkan nilai-nilai iman kristen dan nilai-nilai Kebangsaan Indonesia.
F. Refleksi
Nilai kristiani adalah suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh tiap orang Kristen untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan hidupnya berdasarkan ajaran Yesus Kristus. Dalam hidup dan pelayanan-Nya Yesus mengajarkan nilai-nilai yang menjadi panduan hidup orang beriman. Nilai-nilai itu tidak hanya diajarkan melalui kata-kata tetapi juga dipraktikkan oleh-Nya dalam sikap dan tindakan. Oleh karena itu, tiap orang yang mengaku sebagai murid Kristus hendaknya mempraktikkan nilai-nilai kristiani dalam hidupnya.
Referensi: Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri untuk SMP Kelas VII. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Jakarta Pusat. 2021. Alkitab Elektronik 2.00 –
Alkitab Terjemahan Baru ©1974 Lembaga Alkitab Indonesia. Gambar
Yesus Khotbah di Bukit dari Pinterest. Gambar Pancasila dari Buku PAK kelas 7
tahun 2021.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar