Jumat, 14 April 2023

Bab 5 Kerukunan Antar Umat Beragama

Bacaan Alkitab

Mazmur 133 

133:1 Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! 133:2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. 133:3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya. 

Yesus dan Perempuan Samaria

Yohanes 4:1-42

4:1 Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes 4:2 -- meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, -- 4:3 Ia pun meninggal-kan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. 4:4 Ia harus melintasi daerah Samaria. 4:5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. 4:6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. 

4:7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: "Berilah Aku minum." 4:8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. 4:9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria) 4:10 Jawab Yesus kepadanya: "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." 4:11 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? 4:12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" 4:13 Jawab Yesus kepadanya: "Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, 4:14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." 4:15 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." 4:16 Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." 4:17 Kata perempuan itu: "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya: "Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, 4:18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar." 4:19 Kata perempuan itu kepada-Nya: "Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. 4:20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah." 4:21 Kata Yesus kepadanya: "Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 4:22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 4:23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 4:24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." 4:25 Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami." 4:26 Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau." 

4:27 Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorang pun yang berkata: "Apa yang Engkau kehendaki? Atau: Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?" 4:28 Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: 4:29 "Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?" 4:30 Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. 

4:31 Sementara itu murid-murid-Nya mengajak Dia, katanya: "Rabi, makanlah." 4:32 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." 4:33 Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: "Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada-Nya untuk dimakan?" 4:34 Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. 4:35 Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. 4:36 Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. 4:37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. 4:38 Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka." 

4:39 Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: "Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat." 4:40 Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Ia pun tinggal di situ dua hari lamanya. 4:41 Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, 4:42 dan mereka berkata kepada perempuan itu: "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

 

Memelihara Toleransi dalam Masyarakat Majemuk

A. Pendahuluan

Saat ini kita hidup di tengah-tengah masyarakat yang beragam. Jika melihat lingkungan sekitar kalian, apakah kalian sudah berperan aktif dalam membangun masyarakat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab seperti menghormati dan menghargai setiap perbedaan? Mari berikan tanggapan kalian! 

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dilepaskan dari hubungan dengan sesamanya. Hubungan antar manusia dalam masyarakat terbentuk dalam tatanan yang disepakati oleh anggota masyarakat yang disebut nilai atau norma yang menjamin terwujudnya kedamaian dan ketentraman. Interaksi sosial antar anggota maupun kelompok dalam masyarakat seringkali diwarnai dengan konflik yang dapat mengganggu terwujudnya kedamaian dan ketentraman tersebut. 

Indonesia sebagai bangsa yang pluralis membutuhkan toleransi yang tinggi dalam membangun kehidupan bersama. Dampak era digitalisasi membuat antar negara dan antar bangsa menjadi semakin tipis, maka tuntutan akan terwujudnya toleransi hidup antar sesama manusia merupakan hal mutlak. Dalam pembahasan materi ini kita melihat betapa pentingnya membangun kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Mengapa? Karena bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk yang terdiri dari suku, budaya, bahasa, geografis, dan agama.

 

B. Makna Kerukunan Antar Umat Beragama

Kerukunan umat beragama identik dengan istilah toleransi. Toleransi berarti saling memahami, saling mengerti, dan saling membuka diri dalam bingkai persaudaraan. Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi social ketika semua golongan agama dapat hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk agama yang baik haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu kerukunan antar umat beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme buta dan sikap tidak pedulu atas hak keberagaman dan perasaan orang lain. 

Bangsa Indonesia tengah menghadapi krisis dalam berbagai bidang kehidupan, serta mengalami kehidupan demokrasi yang telah diguncang oleh konflik dan kekerasan bernuansa agama, suku, dan budaya. Dalam menghadapi berbagai ancaman SARA, maka toleransi dan solidaritas harus dibangun secara terus-menerus dalam rangka memperkuat sendi-sendi kehidupan bangsa. Dalam kerangka itulah, toleransi dan solidaritas hendaknya menjadi fondasi utama dalam membangun kerukunan umat beragama. 

Untuk mengakomodasi berbagai perbedaan suku, budaya, dan agama, para pendiri negara Indonesia telah merumuskan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika dipakai untuk merekat berbagai perbedaan dalam satu pelangi yang indah, suatu kesatuan nasional sebagai “bangsa Indonesia”. Di samping itu dasar negara Republik Indonesia yaitu Pancasila, mengakui kepelbagaian agama di Indonesia melalui sila Ketuhanan Yang Maha Esa.

 

C. Kerukunan Umat Beragama dalam Perspektif Kristen 

Alkitab tidak berbicara tentang kerukunan antar umat beragama secara langsung, tetapi hukum kasih yang diajarkan Yesus Kristus adalah kasih yang melewati batas-batas suku, bangsa, agama, dan budaya. Perintah kasih yang berbunyi “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:37- 40) bersifat universal, menyeluruh untuk semua orang di mana pun mereka berada. 

Pengajaran Yesus tentang kasih adalah bukti kuat bahwa Kekristenan harus dapat menjadi berkat dan terang bagi sesama. Dalam perspektif yang lebih luas, kerukunan juga dibicarakan dalam kitab Mazmur 133 mengenai persaudaraan yang rukun. Kerukunan adalah kehendak dan keinginan Tuhan dalam membawa orang yang percaya kepada berkat Tuhan yaitu melalui persaudaraan. 

Persaudaraan ini mestinya tidak hanya dibangun dengan orang-orang yang seiman saja, tetapi dengan siapapun juga. Kita terpanggil untuk saling menolong, menopang, dan bekerja bersama-sama untuk memecahkan masalah-masalah dan tantangan bangsa kita. Bahasa kasih merupakan suatu hadiah terbesar yang diberikan Yesus kepada umat-Nya, bahasa kasih diberikan-Nya untuk kita gunakan dalam dialog kita dengan umat atau komunitas.

 Perjumpaan antara Yesus dengan perempuan Samaria di sumur merupakan suatu dialog yang baik (Yohanes 4:1-42). Yesus sebagai orang Yahudi mau menyapa dan berdialog dengan seseorang Samaria yang selama ini sebagai bangsa yang najis dan rendah di mata orang Yahudi. 

Cerita tentang percakapan Yesus dengan perempuan Samaria menggambarkan contoh yang jelas tentang dialog kehidupan. Percakapan bergerak bebas antara membicarakan kebutuhan-kebutuhan praktis, membangun hubungan pada konteks kekinian, dan menjelajahi pertanyaan-pertanyaan mendalam yang berhubungan dengan kebenaran. Sifat dari dialog seperti ini ditandai pengambilan resiko yaitu rela untuk menyeberangi batasan-batasan tradisional dan membangun kepercayaan.

Pancasila dan Lambangnya

D. Berbagai Sikap dalam Hubungan Antar Umat Beragama

Hal konkret yang dapat dilakukan dalam mewujudkan hubungan antara umat beragama ialah dimulai dari diri sendiri baru kemudian kepada sesama. Sebagai warga negara Indonesia yang berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila, maka kita perlu mengingat bahwa Pancasila merupakan ideologi negara, maka dalam hal ini sikap toleransi agama harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila serta mengingat kepada semboyan Bhineka Tunggal Ika. 

Sikap toleransi sangat dibutuhkan dalam masyarakat majemuk seperti masyarakat Indonesia. Toleransi menjadi jembatan antara agama yang satu dengan yang lain. Tanpa toleransi, umat beragama tidak dapat memahami satu sama lain dan manfaat yang didapatkan dari sikap toleransi ialah hidup bermasyarakat menjadi tenteram, damai serta persatuan bangsa Indonesia terwujud.  

Berikut beberapa sikap dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama:

1. Saling hormat menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya

2. Saling hormat menghormati dan bekerjasama intern pemeluk agama, antar berbagai golongan agama dan umat-umat beragama dengan pemerintah yang sama-sama bertanggung jawab membangun bangsa dan negara.

3. Saling tenggang rasa dan toleransi dengan tidak memaksa agama kepada orang lain.

 

Selain memiliki sikap dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama, adapun faktor yang mendorong terjadinya kerukunan antar umat beragama, yaitu:

1.  Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama serta antar umat beragama dengan pemerintah.

2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya mendorong dan mengarahkan seluruh umat untuk hidup rukun dalam bingkai teologi dan implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.

3. Menciptakan suasana kehidupan bersama yang kondusif dalam rangka memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengalaman agama yang mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup intern dan antar umat beragama.

4. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan yang mengarahkan kepada nilai-nilai ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial agama.

5. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta suasana kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu (Pohan, 2013)

 

E. Penutup 

Salah satu cara untuk kita dapat mensyukuri keberadaan kita dalam masyarakat majemuk ialah memiliki sikap toleran kepada orang lain. Bersikap tolerantidak berarti selalu setuju terhadap segala hal, bisa saja terjadi karena adanya perbedaan pendapat dan pandangan kita kepada orang lain. Dalam membangun toleransi/kemajemukan dalam masyarakat diperlukan sikap rendah hati yang dapat terwujud dengan menghargai keyakinan ajaran agama orang lain dengan menghormati peribadahan yang dilaksanakannya.

 

Referensi: 

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri untuk SMP Kelas VII. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jakarta Pusat. 2021. Alkitab Elektronik 2.00 – Alkitab Terjemahan Baru ©1974 Lembaga Alkitab Indonesia. Gambar dari Bing. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar