Sabtu, 24 April 2021

Alat Penerang Tradisional

A. Macam-macam Alat Penerang Tradisional

1. Obor

Obor
Obor

Obor adalah sumber api, dibuat dari sepotong batang bambu dengan kain menutup ujung atas. Lubang dalam bambu diisi minyak yang mudah terbakar. Kain yang terbakar menutup salah satu ujungnya. 

Obor sering didukung penyangga ditempel pada tempat tinggi di dinding, untuk penerang cahaya di atas koridor dalam struktur batu seperti benteng

Jika obor terbuat dari belerang dicampur dengan kapur, api itu tidak akan berkurang setelah jatuh ke dalam air. Obor semacam itu digunakan oleh orang Romawi kuno

Obor ada yang terbuat dari goni kasar, digulung menjadi tabung dan direndam dalam lilin. Biasanya ada pegangan kayu dan kerah karton untuk menangkis setiap tetesan lilin. Ini  adalah cara yang mudah dan aman dan relatif murah untuk memegang api besar dalam parade, atau untuk memberikan pencahayaan dalam perayaan setelah gelap.

Di Indonesia, obor dibuat dari bambu yang dipotong ruas bagian atas, kemudian diisi minyak tanah dan ditutup dengan potongan kain bekas, bagian kain ini yang dibakar dan menghasilkan cahaya. Obor sering digunakan untuk kegiatan pramuka dan perayaan Idul Fitri di desa.

2. Pelita

Pelita
Pelita

Pelita adalah alat penerangan yang menggunakan minyak, lemak hewan, atau getah tumbuh-tumbuhan sebagai sumber energi. Pelita biasanya dibuat berupa wadah dengan satu atau lebih sumbu. Cahaya pelita diperoleh dengan cara membakar sumbu sehingga menghidupkan api sebagai sumber penerangan.


3. Teplok

Teplok
Teplok

Lampu teplok dibutuhkan untuk menghasilkan cahaya untuk penerangan pada saat gelap di waktu malam. Pada teplok terdapat sumbu dan minyak, untuk menghasilkan cahaya, sumbu akan habis terbakar, juga minyak. 

Lampu teplok akan tetap terang cahayanya apabila kita rajin merawat. Untuk bisa menyala, lampu teplok harus ada minyak tanahnya sebagai bahan bakar. Sumbu harus sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. 

Semprong, yaitu kaca pelindung api, harus selalu dibersihkan dari jelaga. Lampu teplok yang harus dirawat agar bisa mendapatkan cahaya yang diharapkan sebagai penerangan pada saat gelap. Lampu teplok merupakan alat  yang dirancang sedemikian rupa, sehingga menjadi alat yang menghasilkan penerangan untuk kebutuhan hidup manusia.


4. Petromax

Petromax
Petromax

Petromax adalah nama merek, untuk lampu minyak tanah yang menggunakan mantel. Max Graetz, hidup tahun 1851-1937, adalah Presiden di perusahaan Ehrich & Graetz di Berlin. Ia juga adalah penemu utama. Dia sedang mencari solusi untuk penerangan sekitar tahun 1900, untuk produk baru penerang berbahan bakar minyak tanah.  Max Graetz menciptakan proses untuk membuat gas keluar dari minyak tanah, tetapi memiliki nilai kalor yang sangat tinggi dan bisa membuat api biru yang sangat panas. 

Max Graetz kemudian mendesain sebuah lampu tekanan, bekerja pada minyak tanah menguap. Untuk memulai proses ini, lampu itu dipanaskan dengan spiritus. Dalam tangki minyak tanah tertutup bertekanan dengan pompa tangan. 

Panas yang dihasilkan oleh mantel digunakan untuk menguapkan parafin, yang bercampur dengan udara dan ditiup ke mantel untuk membakar sumbu. 

Sekitar tahun 1916 lentera dan namanya mulai dikenal dunia. Petromax berasal dari Minyak dan Max Graetz. Telah dikatakan bahwa itu adalah nama panggilan teman-temannya yang suka menggunakan juga. Desain itu sukses dan masih digunakan sampai hari ini. 

Petromax telah menjadi identik untuk lampu tekanan minyak tanah di banyak negara dan untuk berbagai merek. Nama serta disain ini sangat baik dan bahkan telah digunakan untuk kompor yang bekerja pada prinsip yang sama. Lampu Cahaya ini masih digunakan pada volume tinggi untuk pernikahan di bagian Pedesaan banyak dari India dan Indonesia.


5. Lilin

Lilin
Lilin

Lilin adalah sumber penerangan yang terdiri dari sumbu yang diselimuti oleh bahan bakar padat. Sebelum abad ke-19, bahan bakar yang digunakan biasanya adalah lemak sapi yang banyak mengandung asam stearat. Sekarang yang biasanya digunakan adalah parafin. Dengan menyebarnya penerangan listrik, saat ini lilin lebih banyak digunakan untuk keperluan lain, misalnya dalam upacara agama, perayaan ulang tahun, pewangi ruangan, dan sebagainya.


B. Cerita Gadis Pembawa Pelita

Lima gadis bijak pembawa pelita
Lima gadis bijak pembawa pelita

Cerita tentang gadis pembawa pelita dapat dijumpai dalam Matius 25: 1 – 13,  demikian kutipannya: (1) "Apabila Anak Manusia datang sebagai Tuhan, keadaannya seperti dalam perumpamaan ini: Sepuluh gadis pengiring pengantin masing-masing mengambil pelita, lalu pergi menyambut pengantin laki-laki. (2) Lima orang dari mereka bodoh, dan lima yang lainnya bijaksana. (3) Kelima gadis yang bodoh membawa pelita, tetapi tidak membawa minyak persediaan. (4) Kelima gadis yang bijaksana membawa pelita bersama-sama dengan minyak persediaan. (5) Pengantin laki-laki itu datang terlambat, jadi gadis-gadis itu mulai mengantuk lalu tertidur. (6) Tengah malam, barulah terdengar suara teriakan, 'Pengantin laki-laki datang! Mari sambut dia!' (7) Sepuluh gadis itu bangun, dan memasang pelita mereka. (8) Gadis-gadis yang bodoh itu berkata kepada yang bijaksana, 'Berikanlah minyakmu sedikit kepada kami, sebab pelita kami sudah mau padam.' (9) "Tidak bisa!" jawab anak-anak gadis yang bijaksana itu, 'sebab nanti kita semua tidak punya cukup minyak. Pergilah beli di toko.'  (10) Maka gadis-gadis yang bodoh itu pergi membeli minyak. Sementara mereka pergi, tibalah pengantin laki-laki. Kelima gadis yang sudah siap itu masuk bersama-sama dengan pengantin laki-laki ke tempat pesta, dan pintu pun ditutup!  (11) Kemudian gadis-gadis yang lainnya itu tiba. Mereka berseru, 'Tuan, Tuan, bukakan pintu untuk kami.' (12) Tetapi pengantin laki-laki itu menjawab, 'Aku tidak mengenal kalian!" (13) Lalu Yesus mengakhiri perumpamaan-Nya itu begini, "Oleh sebab itu berjaga-jagalah, sebab kalian tidak tahu harinya ataupun jamnya."

Referensi:
http://alkitab
http://www.purbakala.net
http://id.wikipedia.org
http://www.kaskus.us
gambar dari Google Images

Baca juga:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar