A. Macam-macam Alat Penerang Tradisional
1. Obor
Obor |
Obor
adalah sumber api, dibuat dari sepotong batang bambu dengan kain menutup ujung atas. Lubang dalam bambu diisi minyak yang mudah terbakar. Kain yang terbakar menutup salah satu ujungnya.
Obor sering didukung penyangga ditempel pada
tempat tinggi di dinding, untuk penerang cahaya di atas koridor dalam struktur
batu seperti benteng.
Jika
obor terbuat dari belerang dicampur dengan kapur, api
itu tidak akan berkurang setelah jatuh ke dalam air. Obor semacam itu digunakan
oleh orang Romawi kuno.
Obor ada yang terbuat dari goni kasar, digulung
menjadi tabung dan direndam dalam lilin. Biasanya ada pegangan kayu dan kerah
karton untuk menangkis setiap tetesan lilin. Ini adalah cara yang mudah
dan aman dan relatif murah untuk memegang api besar dalam parade, atau untuk memberikan
pencahayaan dalam perayaan setelah gelap.
Di
Indonesia, obor dibuat dari bambu yang dipotong ruas bagian atas, kemudian
diisi minyak tanah dan ditutup dengan potongan kain bekas, bagian kain ini yang
dibakar dan menghasilkan cahaya. Obor sering digunakan untuk kegiatan pramuka
dan perayaan Idul Fitri di desa.
2. Pelita
Pelita |
Pelita adalah alat penerangan yang
menggunakan minyak, lemak hewan, atau getah tumbuh-tumbuhan sebagai sumber
energi. Pelita biasanya dibuat berupa wadah dengan satu atau lebih sumbu.
Cahaya pelita diperoleh dengan cara membakar sumbu sehingga menghidupkan api
sebagai sumber penerangan.
3. Teplok
Lampu
teplok dibutuhkan untuk menghasilkan cahaya untuk penerangan pada saat gelap di
waktu malam. Pada teplok terdapat sumbu dan minyak, untuk menghasilkan cahaya,
sumbu akan habis terbakar, juga minyak.
Lampu teplok akan tetap terang
cahayanya apabila kita rajin merawat. Untuk bisa menyala, lampu teplok harus
ada minyak tanahnya sebagai bahan bakar. Sumbu harus sesuai dengan ukuran yang
dibutuhkan.
Semprong, yaitu kaca pelindung api, harus selalu dibersihkan dari
jelaga. Lampu teplok yang harus dirawat agar bisa mendapatkan cahaya yang
diharapkan sebagai penerangan pada saat gelap. Lampu teplok merupakan alat yang dirancang sedemikian rupa, sehingga
menjadi alat yang menghasilkan penerangan untuk kebutuhan hidup manusia.
4. Petromax
Petromax |
Petromax adalah nama
merek, untuk lampu minyak tanah yang menggunakan mantel. Max Graetz, hidup tahun 1851-1937, adalah Presiden di
perusahaan Ehrich & Graetz di Berlin. Ia juga adalah
penemu utama. Dia sedang mencari solusi untuk penerangan sekitar tahun
1900, untuk produk baru penerang berbahan bakar minyak tanah. Max Graetz menciptakan proses untuk membuat gas keluar dari
minyak tanah, tetapi memiliki nilai kalor yang sangat tinggi dan bisa membuat
api biru yang sangat panas.
Max Graetz kemudian mendesain sebuah lampu tekanan, bekerja
pada minyak tanah menguap. Untuk memulai proses ini, lampu itu dipanaskan
dengan spiritus. Dalam tangki minyak tanah tertutup
bertekanan dengan pompa tangan.
Panas yang dihasilkan oleh mantel digunakan
untuk menguapkan parafin, yang bercampur dengan udara dan ditiup ke mantel
untuk membakar sumbu.
Sekitar tahun 1916 lentera dan namanya mulai dikenal
dunia. Petromax berasal dari Minyak dan Max Graetz. Telah dikatakan bahwa itu adalah nama panggilan
teman-temannya yang suka menggunakan juga. Desain itu sukses dan masih
digunakan sampai hari ini.
Petromax telah menjadi identik untuk lampu tekanan
minyak tanah di banyak negara dan untuk berbagai merek. Nama serta disain
ini sangat baik dan bahkan telah digunakan untuk kompor yang bekerja pada
prinsip yang sama. Lampu Cahaya ini masih digunakan pada volume tinggi untuk
pernikahan di bagian Pedesaan banyak dari India dan Indonesia.
5. Lilin
Lilin |
Lilin adalah sumber
penerangan yang terdiri dari sumbu yang
diselimuti oleh bahan bakar padat. Sebelum abad ke-19, bahan bakar
yang digunakan biasanya adalah lemak sapi yang banyak mengandung asam stearat. Sekarang
yang biasanya digunakan adalah parafin. Dengan menyebarnya penerangan listrik, saat ini lilin lebih banyak digunakan untuk
keperluan lain, misalnya dalam upacara agama, perayaan ulang tahun, pewangi
ruangan, dan sebagainya.
B. Cerita Gadis Pembawa Pelita
Cerita tentang gadis
pembawa pelita dapat dijumpai dalam Matius 25: 1 – 13, demikian kutipannya: (1) "Apabila Anak
Manusia datang sebagai Tuhan, keadaannya seperti dalam perumpamaan ini: Sepuluh
gadis pengiring pengantin masing-masing mengambil pelita, lalu pergi menyambut
pengantin laki-laki. (2) Lima orang dari mereka bodoh, dan lima yang lainnya
bijaksana. (3) Kelima gadis yang bodoh membawa pelita, tetapi tidak membawa
minyak persediaan. (4) Kelima gadis yang bijaksana membawa pelita bersama-sama
dengan minyak persediaan. (5) Pengantin laki-laki itu datang terlambat, jadi
gadis-gadis itu mulai mengantuk lalu tertidur. (6) Tengah malam,
barulah terdengar suara teriakan, 'Pengantin laki-laki datang! Mari sambut
dia!' (7) Sepuluh gadis itu bangun, dan memasang pelita mereka. (8) Gadis-gadis
yang bodoh itu berkata kepada yang bijaksana, 'Berikanlah minyakmu sedikit
kepada kami, sebab pelita kami sudah mau padam.' (9) "Tidak bisa!" jawab
anak-anak gadis yang bijaksana itu, 'sebab nanti kita semua tidak punya cukup
minyak. Pergilah beli di toko.' (10) Maka gadis-gadis yang bodoh itu
pergi membeli minyak. Sementara mereka pergi, tibalah pengantin laki-laki.
Kelima gadis yang sudah siap itu masuk bersama-sama dengan pengantin laki-laki
ke tempat pesta, dan pintu pun ditutup! (11) Kemudian gadis-gadis yang
lainnya itu tiba. Mereka berseru, 'Tuan, Tuan, bukakan pintu untuk kami.' (12)
Tetapi pengantin laki-laki itu menjawab, 'Aku tidak mengenal kalian!" (13)
Lalu Yesus mengakhiri perumpamaan-Nya itu begini, "Oleh sebab itu
berjaga-jagalah, sebab kalian tidak tahu harinya ataupun jamnya."
Referensi:
http://alkitab
http://www.purbakala.net
http://id.wikipedia.org
http://www.kaskus.us
gambar
dari Google Images
Baca juga:
Peralatan Tradisional | |
01 | |
02 | |
03 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar