Bahan Alkitab
![]() |
Taman Eden |
Kejadian
1:26-28
1:26 Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." 1:27 Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 1:28 Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
Kejadian 2:15
TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman
Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
A.
Pendahuluan
Pembelajaran ini mengkaji tentang bagaimana sesungguhnya relasi antara manusia dengan alam dan lingkungan hidup dari segi iman Kristen. Ini adalah pembelajaran Pendidikan Agama Kristen dan bukan pembelajaran sains. Oleh karena itu sudut pandang yang dipakai sebagai titik berangkat adalah ajaran iman Kristen. Dalam ajaran iman kristen, alam menjadi aspek terpenting dalam hidup manusia. Allah menciptakan manusia dan menempatkan di alam ini sebagai wakil Allah di bumi.
Manusia diperintahkan untuk mengolah alam bagi kepentingan hidupnya. Perintah ini kemudian disalah mengerti selama berabad-abad, seolah-olah manusia berkuasa atas alam dan karena itu manusia dapat melakukan berbagai tindakan terhadap alam tanpa toleransi. Akibatnya bumi dan alam lingkungan hidup menjadi sekarat. Berbagai bencana datang silih berganti, bahkan bencana alam berdampak pada bencana kemanusiaan dan kesehatan. Kehidupan manusia terancam. Relasi manusia dengan alam terganggu akibat sikap serakah manusia yang memandang kekuasaannya terhadap alam memberinya hak untuk mengeksploitasi dan merusak alam.
Pembelajaran ini diharapkan dapat membangun kesadaran dalam diri
kalian sebagai anak Tuhan yang turut bertanggung jawab atas pemeliharaan dan
pelestarian alam. Manusia patut mengucap syukur pada Allah yang telah
menganugerahkan alam dengan segala isinya bagi kehidupannya. Ucap syukur itu
seharusnya nyata melalui upaya menjaga, memelihara, esrta melestarikan alam dan
lingkungan hidup.
B. Berbagai Pandangan Mengenai Relasi Manusia dengan Alam
Ada seorang teolog (White 1974) mengatakan bahwa teologi turut menyumbangkan
konflik dan kehancuran alam dan lingkungan hidup. Yaitu melalui pemahaman yang
keliru terhadap teks Alkitab. Beberapa puluh tahun yang lalu, Lynn White
berpendapat bahwa agama Kristen adalah penyumbang utama krisis ekologi saat
ini, para teolog dan filsuf mengkritik peran yang dimainkan agama Kristen dalam
eksploitasi alam oleh manusia.
Mengapa demikian? Yang pertama adalah sikap mengacu pada budaya pemikiran yang mempertahankan kendali dan penguasaan atas alam, dan yang kedua adalah bahwa agama Kristen memberikan dasar yang kokoh untuk manusia mendominasi alam tanpa batas (de Groot dan van den Born 2007 ). Sekali lagi, hal ini terjadi karena penafsiran yang keliru terhadap teks Alkitab. Dalam kaitannya dengan penafsiran yang keliru, banyak orang yang tidak belajar teologi secara khusus, mereka melakukan penafsiran-penafsiran terhadap teks Alkitab secara hurufiah atau berdasarkan pemahaman terhadap kata dan kalimat yang tertulis, padahal untuk menafsir isi Alkitab ada kaidah-kaidah atau aturannya sendiri terutama secara ilmiah dan akademis.
Menurut Berry (Berry 1999), alam, lingkungan hidup, dan habitat yang ada didalamnya memiliki hak untuk dilindungi, dipelihara, dan dilestarikan. Tidak berarti manusia tidak boleh memanfaatkannya, namun pemanfaatan itu secukupnya dan dilakukan dalam rangka tanggung jawab menjaga, memelihara, dan melestarikannya. Manusia perlu bertransformasi menjadi “manusia baru” dalam kaitannya dengan tugasnya terhadap bumi secara keseluruhan dan alam lingkungan hidup secara khusus.
Percakapan tentang alam, pemanfaatan dan pemeliharaannya tidak hanya terdapat dalam teks Alkitab tetapi juga ada dalam tradisi budaya suku-suku di Indonesia. Ada berbagai upacara dan aturan dalam berbagai suku yang berkaitan dengan alam, dimana tujuannya adalah untuk memelihara dan melstarikan alam.
Pada masyarakat tradisional, ada yang membagi hutan atas tiga
bagian:
1. Ada hutan yang
boleh digarap,
2. Ada hutan yang
boleh diambil hasilnya, tapi harus disediakan pengganti, misalnya: menebang
harus diikuti dengan menanam kembali.
3. Tetapi ada juga hutan larangan, di mana manusia dilarang memasuki, apalagi mengambil hasil hutan ataupun menggarapnya. Hutan itu dianggap suci, sehingga tidak boleh didatangi manusia.
Keseimbangan ekosistem dijaga dengan baik dalam tatanan
masyarakat adat (masyarakat tradisional), hingga kini di berbagai daerah masih
hidup sistem ini. Sayang sekali di masa kini kebutuhan manusia semakin besar
seiring dengan pertambahan jumlah pertumbuhan penduduk, maka kebutuhan
akan bahan pangan dan hasil produksi semakin besar. Dari mana hasil produksi
diambil? Tentu saja dari hutan. Betapa pentingnya alambagi manusia, hidup
manusia bergantung pada alam, sebaliknya alampun bergantung pada manusia untuk
menjaga dan memeliharanya.
C.
Berbagai Pandangan Tentang Relasi Manusia dan Alam
Terdapat pandangan bahwa ada dikotomi antara manusia dan alam
dan bahwa manusia lebih tinggi dari alam. Mari kita bertanya, apa artinya
menjadi manusia dalam hubungannya dengan Alam, dan termasuk dalam Pendidikan Agama
Kristen, kita belajar tentang kehidupan, apakah itu berarti hanya kehidupan
manusia? Bagaimana dengan ciptaan lainnya yang amat penting, yaitu alam dan
lingkungan hidup? Bukankah manusia dapat hidup dan bertahan karena adanya alam
yang diciptakan Tuhan agar dimanfaatkan, dipelihara, dan dilestarikan oleh
manusia? Kita membutuhkan “transformasi kesadaran” atau sebuah perubahan total
dalam cara pandang orang beriman terhadap alam dan lingkungan hidup.
D. Apa
Artinya Menjadi Manusia?
Pada poin B kalian mempelajari bagaimana para ahli mengatakan bahwa teologi turut menyumbangkan eksploitasi terhadap alam. Hal itu terjadi melalui pemikiran bahwa manusia menerima kekuasaan dari Allah untuk mengatur alam. Bahwa manusia berkuasa atas alam. Memang benar bahwa Allah memberikan mandat bagi manusia untuk mengolah alam tapi disertai dengan amanat untuk memelihara alam. Artinya dalam mengolah alam, mengambil hasil-hasil dari alam bagi kepentingan manusia, maka manusia harus menjaga, memelihara serta melestarikannya, bukannya mengeksploitasi dan merusak. Akibat pemahaman yang keliru terhadap isi Alkitab, menyebabkan manusia mengeksploitasi dan merusak alam.
Sementara di bidang sains pun penemuan-penemuan baru dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknolnogi serta hasilnya telah turut merusak alam. Ini membuktikan bahwa baik pemahaman yang keliru terhadap teks Alkitab maupun sains turut menyumbangkan perusakan terhadap alam. Manusia adalah makluk superior terhadap alam. Hal itu memberi manusia hak untuk mengeksploitasi dan merusak alam. Penciptaan bom biologis dan laboratorium nuklir, uji coba nuklir telah membuktikan hal itu, bahwa alam dan lingkungan hidup serta habitat yang ada didalamnya dikorbankan demi ambisi manusia. Belum lagi perusahaan-perusahaan tambang raksasa yang terus-menerus mengeksploitasi hasil alam dan meninggalkan jejak-jejak kerusakan alam yang luar biasa. Sebenarnya hal itu dapat diminimalisir jika perusahaan turut serta merencanakan pemeliharaan dan pemulihan alam, namun mereka tidak akan rela mengeluarkan biaya yang besar karena akan mengurangi kekayaan pemilik modal. Para kapitalis adalah perusak alam yang utama. Sekali lagi ini membuktikan relasi manusia dan alam yang ada dalam posisi superior dan inferior.
Jadi, yang dibutuhkan adalah cara yang lebih konstruktif untuk berbicara tentang manusia dalam hubungannya dengan ciptaan lainnya. Untuk memulai, kita mungkin perlu menafsirkan ulang bagian Alkitab yang menggambarkan hubungan antara manusia dengan ciptaan lain termasuk alam dan lingkungan hidup.
Menjadi manusia, khususnya manusia makhluk mulia ciptaan Allah
yang mewakili Allah dalam mengolah bumi, maka manusia mewujudkan tanggung jawab
dengan cara menjaga, melindungi, serta melestarikan alam dan lingkungan hidup
yang telah dikaruniakan Allah baginya. Itulah makna menjadi manusia dalam
kaitannya dengan tanggung jawab terhadap alam. Di bawah ini ada beberapa gambar
yang menunjukkan bagaimana pertambangan merusak alam sekitar. Coba ceritakan
apa yang kalian lihat dalam gambar-gambar ini.
![]() |
Gambar Lokasi Pertambangan |
Mempelajari
Artikel
Pelajari artikel dibawah ini kemudian buatlah analisis dampak terhadap kerusakan alam. Apakah sikap ini dapat dibenarkan? Buatlah komitmen atau janji untuk memelihara alam dan lingkungan hidup. Kalian dapat memilih kegiatan lainnya.
![]() |
Pesisir Pulau Pari Tercemar, 470 Kantong Limbah Minyak
Mentah Dikumpulkan
Tumpahan minyak mentah atau tarball masih mencemari pesisir pantai bagian selatan Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Sampai saat ini sudah terkumpul 470 kantong tumpahan minyak yang beratnya sekitar 5 kg per kantong. "Kemarin ada 380 ya, nah posisi tadi siang pukul 11.00 ada penambahan kurang lebih sekitar 90 kantong, totalnya 470 kantong," kata Kasudin LH Kepulauan Seribu, Djoko Rianto Budi Hartono, ketika dihubungi, Rabu (12/8/2020).
Djoko mengatakan tumpahan minyak mentah itu terus berdatangan setiap harinya. Tumpahan minyak tanah tersebar di beberapa Pulau, namun yang paling terdampak adalah Pulau Pari. "Tumpahannya masih terus datang, jadi sudah kita kumpulin datang lagi, kumpulin datang lagi, ke tepian pantai, tapi kebanyakan di Pulau Pari, kalau di Untung Jawa nggak banyak cuma spot-spot aja gitu," ujarnya.
Djoko mengatakan pihaknya fokus untuk melakukan pembersihan tumpahan minyak di Pulau Pari. Setelah itu, baru akan melaporkan ke KLHK. "Kita lagi concern ke penanganannya, karena kalau kelamaan kan mengganggu biota laut juga, jadi kita focus ke penanganannya dulu, setelah terkumpul nanti kita bikin surat pengaduan ke KLHK," ujarnya.
Sebelumnya, adanya tumpahan minyak mentah itu mulai muncul pada Selasa
(11/8) sore. Lurah Pulau Pari Mahtum menjelaskan tumpahan minyak mulai terlihat
di sepanjang pesisir pantai bagian selatan Pulau Pari. "Pegawai kelurahan melaporkan
kepada saya, terjadi pencemaran lingkungan di seluruh pesisir pantai akibat
limbah minyak mentah," kata Mahtum, dilansir Antara. Diunduh tanggal 09
Desember 2020. Eva Saitri – detikNews. Rabu, 12
Agu 2020 13:45 WIB
E. Model
Relasi atau Hubungan Antara Manusia dengan Alam
Hubungan Manusia dengan Lingkungan Alam
Dalam sebuah penelitian yang mengeksplorasi hubungan timbal
balik antara manusia, alam, dan Tuhan, de Groot dan van den Born menentukan
empat klasifikasi dasar untuk menggambarkan hubungan antara manusia dan alam:
a. Klasifikasi pertama
yang mereka usulkan adalah gagasan tentang manusia sebagai penguasa atas
ciptaan. Kitab Kejadian 1:26-28, di mana manusia diciptakan untuk “menguasai”
ciptaan lainnya. Dengan demikian, manusia dapat melakukan berbagai tindakan
terhadap alam karena ia berkuasa atas alam.
b. Klasiikasi kedua
yang dikemukakan oleh de Groot dan van den Born menggambarkan gagasan tentang
manusia sebagai Penatalayan atau yang mengatur alam. Ini menempatkan manusia di
atas alam, meskipun dalam cara yang sedikit lebih baik. Gagasan tersebut agak
dipengaruhi oleh pemahaman hierarkis, meskipun manusia berada di atas alam,
Tuhan berada di atas manusia. Alam dipandang sebagai anugerah Allah bagi
manusia, dan umat manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaganya dengan baik,
baik untuk Tuhan maupun untuk generasi mendatang. Bumi dipercayakan kepada umat
manusia bak taman yang dikelola tapi tidak dimiliki.
c. Dalam klasiikasi
ketiga, hubungan kemitraan, manusia berdiri berdampingan
dalam kemitraan dengan alam. Ini termasuk pergeseran penting dari metafora Penatalayan, karena di sini alam memiliki status
dan nilai independennya sendiri. Manusia dan alam bekerja sama dalam proses interaksi
dan perkembangan timbal balik yang dinamis, menunjukkan rasa kesetaraan atau keseimbangan kekuasaan di antara manusia dengan
alam.
d. De Groot dan van
den Born (de Groot dan van den Born 2007 ) menyarankan metafora keempat,
manusia sebagai bagian yang tak terpisahkan dari alam. Di sini pemisahan dari
alam yang ditentukan oleh klasifikasi lain runtuh, karena sebagai Peserta,
manusia adalah bagian integral dari alam, tidak hanya secara biologis, tetapi
juga secara spiritual, dan hubungan ini adalah aspek sentral dari identitas
manusia.
F. Teks
Alkitab Menjadi Pegangan Orang Beriman
Dalam rangka mengkaji pemikiran de Groot dan van den Born dan sikap manusia selama berabad-abad, maka mari kita kembali kepada teks Alkitab Kejadian 1:26-28 dan Kejadian 2:15. Kejadian 2:15 menulis: “Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkanya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”.
Mengusahakan di sini berarti memanfaatkan alam untuk kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Memelihara berarti menjaga alam agar tak hancur, serta tetap lestari. Menurut Marthin Sinaga, manusia harus mengembangkan sikap penghargaan dan tanggung jawab penuh atas tindakannya sehubungan dengan keadaan lingkungan hidup. Hal ini bisa terwujud kalau manusia terus menerus memperbaharui diri sebagai makhluk sosial yang hidup di tengah-tengah makhluk ciptaan lain dan manusialah yang paling bertanggung jawab atas peristiwa apapun yang terjadi di tengah lingkungan hidup ini.
Dapat dipahami di sini bahwa Allah sebagai sang pencipta
menempatkan manusia sebagai ciptaan-Nya yang hidup bersama makhluk ciptaannya yang
lain (lingkungan sekeliling manusia). Berbicara masalah kosmos dan
lingkungan hidup dalam cahaya kitab suci disandarkan pada sabda Tuhan yang menempatkan manusia untuk menjaga dan memelihara seluruh ciptaan.
Manusia beriman harus mampu menyadari, mengontrol, dan membatasi diri dalam tindakan menyangkut lingkungan hidup. Bertolak dari Kitab Kejadian 2:15 maka tugas utama manusia adalah melindungi dan menyelamatkan alam semesta dan lingkungan hidup. Paradigma ini bukan lagi rumusan-rumusan, norma-norma, atau teori- teori abstrak, melainkan harus menjadi tindakan nyata manusia sebagai orang beriman.
Alkitab memberikan penegasan bahwa manusia diberi mandat oleh Allah untuk menjaga dan melestarikan alam dan lingkungan hidup. Dalam kisah penciptaan, alam diciptakan sedemikian rupa sempurna dan ditata oleh Allah, tujuannya supaya manusia dapat hidup dengan sebaik-baiknya. Sebagai Pencipta dan Pemilik ciptaan, Allah berkehendak untuk menyelenggarakan kelangsungan hidup semua ciptaan-Nya di dunia ini. Hal itu ditunjukkan ketika menyelesaikan setiap proses, Allah melihat semuanya baik.
Dalam rangka menjaga semua yang telah dipandang baik oleh Allah, maka orang beriman terpanggil untuk mewujudkan tugas yang telah diberikan Allah baginya, yaitu mengolah alam sambil menjaga dan melestarikannya. Itulah bukti ketaatan kita pada Firman Allah. Tugas ini juga menjadi tanggung-jawab guru-guru PAK, antara lain dengan membelajarkan prinsip-prinsip Alkitabiah mengenai relasi manusia dengan alam serta tugas dan tanggung jawab manusia terhadap alam dan lingkungan hidup.
Sejalan dengan itu, Kitab Kejadian 1:26-28 menulis, manusia sebagai gambar Allah diberi tugas mulia untuk menjaga, memelihara, serta melestarikan bumi, dan alam ciptaan Allah. Jadi, jika kita memahami bahagian Alkitab ini, power atau kekuasaan manusia semata-mata maka pemahaman tersebut harus direvisi, bahwa perintah tersebut merupakan amanat, tanggung jawab, sekaligus tantangan bagi manusia untuk membuktikan harkat dan martabatnya dengan menjaga apa yang telah Allah anugerahkan baginya.
Bahwa keselamatan bumi dan seluruh ciptaan ada dalam tanggung
jawab manusia sebagai makhluk yang berharkat. Karena sesungguhnya tanggung jawab
itu hanya diberikan pada manusia. Diatas segalanya, Allah adalah penguasa atas
seluruh ciptaan, termasuk manusia.
G.
Penutup
Orang kristen membutuhkan pemahaman baru terhadap teks Alkitab yang berkaitan dengan alam. Bahwa Allah menempatkan manusia sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap keberlangsungan alam dan lingkungan hidup bahkan bumi tempat manusia berdiam.
Bertanggung jawab artinya, manusia boleh mengelola alam, tapi disertai dengan sikap tanggungjawab, yaitu menjaga, memelihara serta melestarikan alam. Dalam cerita mengenai Air Bah, Allah tidak hanya menyelamatkan Nuh dan keluarganya saja, namun ciptaan lainnya juga diselamatkan, hewan turut dalam bahtera atau kapal Nuh. Setelah 40 hari air merendam bumi, Allah memulihkan kembali kehidupan manusia dan alam. Hal ini membuktikan bahwa Allah menyelamatkan seluruh ciptaan, bukan hanya manusia, oleh karena itu manusia bertanggtungjawab untuk menjaga, memelihara, serta melestarikan alam dan membangun relasi yang saling menopang dengan alam.
Dalam kisah alam semesta, misteri Tuhan terungkap. Dalam kisah
alam semesta, kisah-kisah hebat diceritakan. Dalam kisah alam semesta,
penciptaan mengambil tempatnya. Dalam kisah alam semesta kita mengenal kasih
karunia yang melimpah (Puisi, Martin: 2006).
H.
Refleksi
Allah sebagai sang pencipta menempatkan manusia sebagai ciptaan-Nya yang hidup bersama makhluk ciptaannya yang lain. Manusia beriman harus mampu menyadari, mengontrol dan membatasi diri dalam tindakan menyangkut lingkungan hidup.
Tugas utama manusia adalah menjaga, melindungi, memelihara dan menyelamatkan alam semesta dan lingkungan hidup. Ini harus menjadi tindakan nyata manusia sebagai orang beriman. Dapat dimulai dari hal-hal sederhana, misalnya tidak membuang sampah pada tempatnya, menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Alkitab memberikan penegasan bahwa manusia diberi mandat oleh Allah untuk menjaga, memelihara dan melestarikan alam, dan lingkungan hidup.
Referensi:
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri untuk SMP Kelas VII. Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jakarta Pusat. 2021.
Alkitab Elektronik 2.00 – Alkitab Terjemahan Baru ©1974 Lembaga
Alkitab Indonesia.
Gambar dari Buku PAK dan Google
Tidak ada komentar:
Posting Komentar