![]() |
Yesus memberi makan 5.000 orang |
Bahan Alkitab
1. Yohanes 6:1-15
6:1 Sesudah itu Yesus berangkat ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. 6:2 Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia, karena mereka melihat mujizat-mujizat penyembuhan, yang diadakan-Nya terhadap orang-orang sakit. 6:3 Dan Yesus naik ke atas gunung dan duduk di situ dengan murid-murid-Nya. 6:4 Dan Paskah, hari raya orang Yahudi, sudah dekat. 6:5 Ketika Yesus memandang sekeliling-Nya dan melihat, bahwa orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya, berkatalah Ia kepada Filipus: "Di manakah kita akan membeli roti, supaya mereka ini dapat makan?" 6:6 Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya. 6:7 Jawab Filipus kepada-Nya: "Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini, sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja." 6:8 Seorang dari murid-murid-Nya, yaitu Andreas, saudara Simon Petrus, berkata kepada-Nya: 6:9 "Di sini ada seorang anak, yang mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?" 6:10 Kata Yesus: "Suruhlah orang-orang itu duduk." Adapun di tempat itu banyak rumput. Maka duduklah orang-orang itu, kira-kira lima ribu laki-laki banyaknya. 6:11 Lalu Yesus mengambil roti itu, mengucap syukur dan membagi-bagikannya kepada mereka yang duduk di situ, demikian juga dibuat-Nya dengan ikan-ikan itu, sebanyak yang mereka kehendaki. 6:12 Dan setelah mereka kenyang Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Kumpulkanlah potongan-potongan yang lebih supaya tidak ada yang terbuang." 6:13 Maka mereka pun mengumpulkannya, dan mengisi dua belas bakul penuh dengan potongan-potongan dari kelima roti jelai yang lebih setelah orang makan. 6:14 Ketika orang-orang itu melihat mujizat yang telah diadakan-Nya, mereka berkata: "Dia ini adalah benar-benar Nabi yang akan datang ke dalam dunia." 6:15 Karena Yesus tahu, bahwa mereka hendak datang dan hendak membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja, Ia menyingkir pula ke gunung, seorang diri.
Penjelasan Yohanes 6:1-15
Dalam kitab ini dijelaskan bahwa orang banyak yang diberi makan oleh Yesus terdiri dari berbagai latar belakang, Yesus memberi apa yang mereka butuhkan tanpa membuat pemisahan atau perbedaan. Setiap orang sama berharganya di hadapan Tuhan dan setiap orang membutuhkan lawatan Tuhan lewat berbagai hal yang dapat dilakukan orang percaya.
2. Kitab 1 Korintus 13:1-13
13:1 Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. 13:2 Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. 13:3 Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku. 13:4 Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. 13:5 Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 13:6 Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. 13:7 Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. 13:8 Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. 13:9 Sebab pengetahuan kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. 13:10 Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. 13:11 Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu. 13:12 Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna, tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna, seperti aku sendiri dikenal. 13:13 Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
Penjelasan 1 Korintus 13:1-13
Kitab ini menjelaskan bahwa motivasi dan dasar dari semua pelayanan orang percaya adalah kasih, artinya pengorbanan tidak mengharapkan imbalan atau balasan. Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.
3. Yohanes 13:34-35
13:34 Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. 13:35 Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."
Penjelasan Yohanes 13:34-35
Menegaskan bahwa setiap orang percaya harus meneladani-Nya saling mengasihi, sebagaimana Ia telah mengasihi orang percaya, maka hal itu juga merupakan wujud pelayanan kita terhadap sesama, hingga semua orang melihat tindakan nyata orang percaya, dan akhirnya mereka tahu bahwa kita adalah pengikut Kristus.
4. Lukas 6:27-36
6:27 "Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; 6:28 mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu. 6:29 Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. 6:30 Berilah kepada setiap orang yang meminta kepadamu; dan janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu. 6:31 Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka. 6:32 Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. 6:33 Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun berbuat demikian. 6:34 Dan jikalau kamu meminjamkan sesuatu kepada orang, karena kamu berharap akan menerima sesuatu dari padanya, apakah jasamu? Orang-orang berdosa pun meminjamkan kepada orang-orang berdosa, supaya mereka menerima kembali sama banyak. 6:35 Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat. 6:36 Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati."
Penjelasan Lukas 6:27-36
Kitab ini menjelaskan lebih dalam lagi tentang wujud
dari kasih terhadap sesama, yaitu mengasihi musuh, berbuat baik bagi yang
membenci, memberkati orang yang mengutuk, mendoakan orang yang mencaci, memberi
pinjaman tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kalian akan
menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi. Hendaklah kalian murah hati, sama
seperti Bapamu adalah murah hati. Kita harus memiliki hati yang suka memberi
dan tidak mengharapkan balasan bagi semua orang.
A. Pendahuluan
Kemajemukan dan keberagaman sudah ada sejak Allah menciptakan
dunia ini, dan hal ini akan tetap ada di sepanjang kehidupan manusia. Sebutkan
perbedaan yang ada dalam keluarga kalian? Bagaimana kalian menghadapii
perbedaan tersebut? Bagi orang percaya, kemajemukan adalah anugerah Tuhan yang
harus disyukuri dan dihargai, sehingga perlu belajar untuk hidup berdampingan
dengan rukun, damai, harmoni dan toleran terhadap keberagaman yang ada.
![]() |
Rumah Ibadah |
B. Membangun Solidaritas Sosial bagi Semua Orang
Manusia adalah makluk sosial, oleh karena itu hidup bersama orang lain adalah suatu realita yang tidak dapat dipungkiri atau dihindarkan. Perbedaan yang ada dalam masyarakat harus disadari sebagai anugerah Tuhan yang perlu dihadapi dengan bijaksana dan diterima dengan bersyukur. Karena dalam perbedaan itulah, manusia menjadi diperkaya akan pemahaman dan pengenalan akan berbagai hal yang timbul dalam masyarakat.
Dalam perbedaan kita bisa saling menolong dan saling melengkapi, karena setiap manusia atau setiap suku sudah pasti memiliki kekurangan dan juga kelebihannya masing-masing. Dalam pembelajaran ini, remaja Kristen akan memahami bahwa setiap orang itu memiliki keunikannya sendiri-sendiri dan hal itu tidak mungkin bisa disatukan atau disamakan. Yang terpenting adalah setiap orang dihargai dengan keunikannya. Dapat bekerjasama dalam pelayanan bagi semua orang. Janganlah perbedaan menjadi penghalang untuk bekerjasama dalam berkarya dan menjadi berkat bagi semua orang.
Keberagaman yang dapat diamati setiap orang adalah dalam keluarga sendiri, misalnya: orang tua (ayah dan ibu), kakak dan adik, pasti memiliki sifat, perilaku, hobi dan serta kompetensi yang berbeda-beda. Di lingkungan sekolah, akan lebih beragam lagi perbedaan yang ditemukan, Misalnya: bapak ibu guru dan siswa yang datang dari berbagai suku, agama, budaya. Semuanya ini harus bisa bekerja bersama dalam pelaksanaan pendidikan, tanpa perlu membuat perbedaan yang ada. Selanjutnya di gereja, jemaat yang berbeda status sosial, pekerjaan, dan usia, semuanya bersama melakukan ibadah atau persekutuan sebagai umat Allah dan untuk memuliakan Allah. Berikutnya adalah keberagaman dalam lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu dalam bangsa dan negara yang kita cintai ini. Indonesia.
Negara Indonesia terkenal dengan tingkat keberagaman yang tinggi di dunia. Indonesia menduduki peringkat empat sebagai negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Ada 38 provinsi, terdapat 17.504 pulau yang termasuk ke wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Deputi Kedaulatan Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, 16.056 pulau telah dibakukan namanya oleh PBB hingga Juli 2017. Badan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencatat ada 718 bahasa daerah tahun 2010, 300 kelompok etnis atau suku, dan 1.340 suku bangsa di Tanah Air. Betapa kayanya bangsa kita memiliki keberagaman. Itu perlu dihargai dan dilestarikan, karena menjadi ciri khas negara kira di mata dunia Internasional. Keberagaman tetap terpelihara. Kita perlu hidup bersama, saling bergotong royang, dalam kehidupan bersama untuk menciptakan kesejahteraan bersama.
Selanjutnya keberagaman beragama dan kepercayaan, ada enam agama yang saat ini telah diakui di Indonesia, yakni agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu. Dan di Indonesia juga terdapat berbagai aliran kepercayaan.
Kemajemukan ini sering menyebabkan adanya konflik dari pihak-pihak yang kurang bertanggungjawab. Namun kita orang percaya harus terus berupaya untuk meminimalkan konflik yang terjadi. Untuk mencegah konflik, perlu diadakan dialog antar umat beragama, dan mematuhi aturan yang sudah ada di negara ini. Negara telah menyatakan bahwa semua warga negara diberi kebebasan untuk memilih agama, beribadah sesuai agamanya, serta dilindungi oleh undang-undang yang berlaku. Semua pihak-pihak yang berbeda perlu menyadari, betapa kemajemukan itu merupakan anugerah Tuhan yang harus kita syukuri. Bila semua pihak menyadari bahwa keberagaman itu juga adalah asalnya dari Tuhan, maka hal ini akan mengurangi terjadinya konflik yang terjadi akibat perbedaan yang ada. Kehadiran orang percaya, para tokoh agama, pemimpin agama, sangat berpengaruh untuk menyatakan bahwa keberagaman itu adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri di negara ini.
Demikian juga dengan kehadiran remaja Kristen, perlu untuk menyatukan tujuan dalam membanguan kemajemukan. Baik guru maupun peserta didik, bahkan para pengambil kebijakan di bidang pendidikan, perlu memahami betapa pentingnya pendidikan yang berwawasan kemajemukan. Mereka ini diharapkan, menjadi agen yang dapat mengubah lingkungan keluarga, sekolah, lembaga keagamaan, dan masyarakat, sehingga kelak menjadi pembawa perubahan dilingkungannya, memiliki karakter demokratis, menghargai kemajemukan, toleran dan berperikemanusiaan.
Kemajemukan suatu masyarakat patut dilihat dari dua variable, yaitu kemajemukan budaya dan kemajemukan sosial. Kemajemukan budaya ditentukan oleh indikator-indikator genetik-sosial (ras, etnis, suku), budaya (kultur, nilai, kebiasaan), bahasa, agama, ataupun wilayah. Hampir di seluruh wilayah Indonesia ditempati oleh orang yang berbeda-beda. Hal ini sebenarnya akan menjadi kesempatan bagi kita untuk menunjukkan pelayanan yang beragam, dan menjadi kesempatan untuk mengenal berbagai budaya yang ada pada setiap suku atau etnis. Orang percaya perlu mengenal budaya pada daerah tertentu untuk dapat menyampaikan Injil sesuai konteks daerah pelayanan yang dilakukan, sehingga semua daerah dapat dijangkau oleh Injil Kristus.
Kemajemukan sosial ditentukan indikator-indikator seperti kelas, status, lembaga, ataupun power. John Sydenham Furnivall adalah orang yang pertama kali menyebut Indonesia masuk ke dalam kategori masyarakat majemuk (plural society).
Masyarakat majemuk adalah suatu masyarakat dengan sistem nilai yang dianut oleh berbagai kesatuan sosial. Masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai kesatuan sosial, menjadikan bagian-bagian kesatuan sosial kurang memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai keseluruhan, kurang memiliki homogenitas kebudayaan, bahkan kurang memiliki dasar-dasar untuk saling memahami satu sama lain.
Dalam pengamatannya atas Burma yang ia samakan dengan Jawa, Furnivall menyatakan masyarakat majemuk terpisah menurut garis budaya yang spesifik. Kelompok-kelompok di dalam unit politik menganut budaya yang berbeda. Kelompok yang satu berbaur dengan kelompok lainnya, tetapi masing-masing tidak saling mengkombinasikan budayanya.
Kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda tersebut saling bertemu dalam kegiatan sehari-hari, misal di pasar, tetapi kelompok-kelompok mempraktekkan budayanya masing-masing. Di pasar-pasar tradisional, para pedagang berasal dari etnis berbeda, sehingga kerap memperdengarkan percakapan dalam aneka bahasa: Jawa, Batak, Padang, Madura, Sunda, dan lain-lain. Pedagangpun terkotak berdasarkan komoditas yang didagangkan, misalnya pedagang Minang di bagian pakaian, pedagang Batak di kelontong/grosir, pedagang Jawa di sayur-mayur dan bahan mentah, pedagang Madura di lapak ikan, pedagang Banten di los daging, dan seterusnya. Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, Parsudi Suparlan mengakui bahwa masyarakat Indonesia adalah sebuah masyarakat majemuk.
Yang mencolok dari ciri kemajemukan masyarakat Indonesia adalah penekanan pada pentingnya kesukubangsaan yang terwujud dalam bentuk komuniti-komuniti suku bangsa, dan digunakannya kesukubangsaan sebagai acuan utama bagi jati diri.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa ada perbedaan dalam sosial kemasyarakatan,
namun alangkah baiknya jika hal itu menjadi kekayaan bagi kita untuk mengenal
dan memahami berbagai suku yang ada, sehingga kita
menjadi kaya dalam berkomunikasi, meskipun memang tidak sebaik yang dilakukan oleh suku asli yang mempergunakan budaya atau bahasa tersebut. Membangun solidaritas sosial bagi semua orang tidaklah mudah untuk dilakukan. Akan tetapi hal itu tidak dapat diterima menjadi alasan bagi orang percaya untuk tidak melakukannya.
Demikian juga dengan remaja Kristen, tetap berperan aktif membangun kebersamaan dalam perbedaan yang ada. Dalam kitab Yohanes 6:1-15, dijelaskan bahwa mereka yang hadir sudah pasti dari berbagai suku, budaya, dan latar belakang yang beragam, akan tetapi Yesus tetap melayani mereka dan memberikan apa yang sedang dibutuhkan orang banyak itu. Meskipun satu dari murid-Nya (Filipus) bersikap pesimis, bahwa mereka tidak ada biaya untuk memberi orang banyak itu makan, akan tetapi Yesus tetap menunjukkan kepedulian-Nya dan menyatakan kuasa-Nya akan kebutuhan jasmani manusia. Sehingga mereka menerima yang sedang mereka butuhkan, bahkan berkelebihan. Akhirnya mereka mengakui bahwa Yesus adalah seorang Nabi yang akan datang ke dalam dunia (Yohanes 6:14), meskipun pengakuan mereka ini belum sepenuhnya benar tentang siapa Yesus yang sesungguhnya.
Akan tetapi mereka telah melihat dan mengalami bagaimana Yesus
peduli terhadap semua orang dan kepedulian-Nya datang tepat pada waktu yang
dibutuhkan. Hal ini harus menjadi penuntun bagi orang percaya dalam menunjukkan
solidaritasnya terhadap sesama pada waktu yang tepat dan tidak membiarkan orang
dalam kesusahannya.
C. Mengasihi Semua Orang Tanpa Perbedaan
Kata “Kasih” bukan kata yang asing terdengar oleh banyak orang. Hampir setiap pelayanan orang percaya dikenal dengan dasar kasih. Tapi, apakah semudah mengucapkan untuk melakukannya? Mengasihi berarti memperlakukan orang lain sama seperti Tuhan memperlakukannya, memandang sama seperti Tuhan memandangnya.
Kasih adalah salah satu kebutuhan dasar manusia, kasih merupakan perasaan yang sanggup membangkitkan daya tarik. Kekristenan selalu identik dengan kasih. Setiap orang yang menyebut dirinya pengikut Kristus, ia harus hidup dalam kasih. Kitab 1 Korintus 13:1-13, secara khusus membahas tentang Kasih, demikian: ”Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain....”.
Kata “murah hati dan tidak mencari keuntungan diri sendiri” menjelaskan bahwa orang percaya harus suka memberi dan tidak egois untuk semua orang tanpa perbedaan, sebagaimana Yesus telah mengasihi tanpa syarat, demikian juga kiranya orang percaya dalam pelayannan terhadap sesama tanpa persyaratan apapun dan berlaku untuk semua orang.
Selanjutnya Yesus berkata dalam kitab Yohanes 13:34-35, demikian:
”Aku memberikan perintah baru kepadamu,yaitu
supaya kalian saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kalian
demikian pula kalian harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan
tahu, bahwa kalian adalah murid-murid-Ku, yaitu
jikalau kalian saling mengasihi”. Wujud nyata kita sebagai murid Yesus adalah ketika dalam
pelayanan orang percaya memperlakukan semua orang sama harkat dan martabatnya. Serta
memberi pertolongan untuk semua orang tanpa melihat perbedaan agama, suku,
etnis, hingga orang akan melihat dan tahu bahwa kita adalah pengikut Kristus.
Mari wujudkan kasih dalam bentuk tindakan nyata yang bisa dibaca orang lain,
tidak sekadar dalam tutur kata, akan tetap dalam perbuatan nyata dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Menerapkan Nilai-nilai Kristiani dalam Masyarakat Majemuk
Kemajemukan adalah anugerah Tuhan yang harus disyukuri. Yang perlu dipahami lebih dalam lagi adalah hidup saling melayani di tengah masyarakat majemuk. Orang percaya, termasuk remaja Kristen perlu berperan aktif dalam menyikapi perbedaan yang ada di lingkungannya.
Landasan untuk melayani di lingkungan masyarakat majemuk atau plural
ialah:
1. Remaja
Kristen sebagai bagian dari bangsa yang kelak menjadi generasi penerus,
memiliki tanggungjawab dalam pembangunan bangsa, menciptakan kehidupan yang
rukun, damai dan harmonis. Tidak membiarkan adanya sekelompok orang yang tidak
bertanggungjawab.
2. Remaja
Kristen diharapkan menjadi motivator khususnya di kalangan remaja dalam
mengembangkan kemajemukan dan menghargai sikap toleransi terhadap agama lain.
Hal ini sangat penting untuk dibiasakan sejak masih remaja.
3. Remaja
Kristen perlu mengelola pertumbuhan dan perkembangan diri maupun kelompoknya ke
arah sikap yang semakin terbuka namun tetap tidak meninggalkan identitasnya
sebagai pengikut Kristus, justru menunjukkan sikap sebagai orang yang menerima
semua orang tanpa membuat perbedaan.
4. Remaja
Kristen perlu mengembangkan pemahaman bahwa setiap agama memiliki doktrin
masing-masing yang berlaku bagi pemeluknya, namum juga memiliki aspek yang
berlaku juga bagi agama lainnya, misalnya memperjuangkan hak azasi manusia,
keadilan, kejujuran, cinta kasih, kesetaraan dan menciptakan perdamaian.
Yesus tinggal di tengah-tengah masyarakat majemuk. Kita dapat belajar dari caraNya menghadapi kemajemukan. Cara Yesus berhubungan dengan Perempuan Samaria adalah suatu ilustrasi yang baik dari arti berhubungan dengan orang lain. Kaum perempuan pada jaman Yesus mewakili perbedaan dalam kemajemukan. Mereka mewakili orang-orang yang tidak dikenal, tidak penting, tidak masuk hitungan. Hidup dan eksistensi perempuan bergantung pada figur laki-laki dalam kehidupan mereka. Para perempuan tergantung kepada ayah ketika ia masih muda, kepada suami ketika ia menikah, dan kepada anak laki-laki ketika ia tua.
Namun, seperti yang Yesus perlihatkan, kaum perempuan adalah
orang yang sering disalahpahami. Iman dan kesetiaan kaum perempuan telah
terbukti. Kaum perempuan layak atas
pengakuan. Kaum perempuan juga sama-sama dipanggil untuk melakukan pekerjaan
seumur hidup. Cara Yesus berhubungan dengan kaum perempuan dapat memberikan beberapa
petunjuk praktis untuk berhubungan dan belajar dari orang lain.
E. Belajar dari Yesus untuk berhubungan dengan orang lain
1. Kesetiaan Yesus tertuju kepada Allah
Kita dapat belajar bahwa kesetiaan Yesus selalu tertuju kepada Allah, bukan pada institusi dan praktik mapan dari komunitas iman-Nya. Dia memperlihatkan kesetiaan pada Allah dengan mengasihi orang lebih dari pada mengikuti hukum dan tradisi agama-Nya.
Dikonfrontasi oleh para ahli Taurat dan orang Farisi mengenai apa yang harus dilakukan terhadap seorang pelacur yang kedapatan berbuat zinah (Yohanes 8:1-11), Yesus membuat mereka menyadari keberdosaan dan ketidakpantasan mereka sendiri. Dengan membungkuk dan menulis dengan jari-Nya di atas tanah, Yesus telah membuat para ahli Taurat dan orang Farisi bergumul, sehingga hukum bisa bermanfaat untuk melindungi seorang perempuan malang dan tertekan itu.
Terhadap persoalan mengenai apa yang dianggap tidak sah pada hari Sabat, Yesus berkata bahwa Hari Sabat dibuat untuk manusia, dan bukan manusia untuk hari Sabat (Markus 2:27). Alkitab penuh dengan kisah tentang bagaimana Yesus dengan penuh semangat berdebat dengan ahli hukum dan guru mengenai banyak aspek dalam agama mereka. Dia menantang pandangan mereka berkaitan dengan masalah perkawinan dan perceraian, perzinahan dan pelacuran, serta pandangan yang sering dipakai untuk melawan perempuan.
Dalam kemarahan-Nya pada pemikiran mereka yang dangkal dan sempit, Yesus menyebut para pemimpin yang terhormat ini sebagai orang-orang munafik, dan ular beludak. Bagi Yesus, kesetiaan terhadap Allah seharusnya tidak dicampuradukkan dengan kesetiaan pada suatu institusi dan tradisi agama seseorang. Kesetiaan kepada Allah berarti mengetahui, melakukan, dan menghayati kehendak Allah bagi keadilan, kebenaran, kesejahteraan (shalom).
2. Perwujudan komunitas baru di bawah Pemerintahan Allah
Kita dapat mempelajari visi Yesus mengenai suatu komunitas baru di bawah pemerintahan Allah. Ini adalah visi yang melampaui komunitas Kristen. Di dalam komunitas yang memiliki hubungan-hubungan yang baru ini, perempuan dan laki-laki, muda dan tua, mereka yang “ada di antara kita” dan mereka yang “berbeda dari kita”, semuanya akan memiliki tempat yang sangat penting.
Di masyarakat yang sangat patriarki, para perempuan tidak dihargai sebagai manusia yang sama-sama diciptakan serupa dan segambar dengan Allah. Mengapa Yesus menggunakan perumpamaan mengenai perempuan yang menemukan harta Kerajaan Sorga?
Dalam Matius 13:33, tertulis: “Kerajaan Sorga seperti ragi yang dicampurkan oleh seorang perempuan ke dalam tepung terigu sampai khamir seluruhnya”. Dalam Lukas 15:8-10 tertulis: “Kerajaan Sorga seperti perempuan mencari dirham yang hilang, yang kemudian mengadakan suatu pesta untuk bersukacita bersama para tetangga setelah ia menemukan dirhamnya”. Perwujudan komunitas baru di bawah pemerintahan Allah melibatkan orang biasa, yang diabaikan, orang yang tidak diakui, dan orang lain di antara kita.
![]() |
Kebaktian Padang |
3. Menunjukkan Identitas Keluarga Allah
Dari Yesus kita juga belajar bahwa identitas merupakan kenyataan sosiologis. Dalam suatu konteks yang sangat majemuk, identitas merupakan hal yang sangat penting. Yesus telah memperlihatkan kepada kita melalui banyak contoh, betapa kuatnya identitas diri-Nya sebagai seorang Yahudi dan Israel. Namun, Dia juga secara jelas menunjukkan bahwa masih ada identitas lain yang tidak dibatasi pada keluarga biologis dan sosiologis-Nya. “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya“, kata Yesus di Lukas 8:21.
Garis keturunan atau keanggotaan dalam suatu kelompok agama
tertentu bukanlah suatu bukti atau jaminan dari sebuah kesetiaan. Namun, banyak
orang menggunakan garis keturunan dan juga keanggotaan di gereja-gereja sebagai
“lencana kesetiaan‟. Bagi Yesus, identitas sebagai anak-anak
Allah adalah karunia Allah (1 Yohanes 3:1a). Bagi Yesus, identitas sebagai
bagian dari keluarga Allah, benar-benar didasarkan pada karya-karya kesetiaan
pada kehendak Allah untuk keadilan dan kebenaran.
![]() |
Pertemuan Yesus dengan perempuan Samaria |
4. Keterbukaan terhadap Pihak Lain
Kita dapat belajar dari Yesus bagaimana Dia belajar dari orang lain dan mengizinkan identitas dan nasionalisme-Nya ditantang oleh orang lain yang Dia jumpai dalam pelayanan-Nya. Pertemuan Yesus dengan perempuan Samaria (Yohanes 4) memperlihatkan bagaimana Dia menjadi seorang Yahudi yang patriotik, yang secara teguh menghargai arti penting Yerusalem bagi komunitas Yahudi. Namun, Dia menolak membatasi kehadiran Allah Yang Mahakuasa pada Bait Allah Yahudi.
Pertemuan Dia dengan seorang perempuan Kanaan (Siro Fenisia) juga memperlihatkan bagaimana identitas dan kepedulian-Nya pada komunitas-Nya sendiri ditantang oleh perempuan lain yang tidak berasal dari komunitas-Nya, yang hasratnya untuk memperoleh kesembuhan bagi anak perempuannya membuat ia mau “makan remah-remah‟ kemurahan hati yang jatuh dari meja orang Yahudi. Dalam perjumpaan ini, Yesus mempelajari bahwa keselamatan Allah tidak terbatas hanya pada orang Yahudi atau pada kelompok orang tertentu.
Dua perempuan ini, perempuan Samaria dan perempuan Kanaan, benar-benar berasal dari dua kelompok yang dianggap sebagai “pihak lain‟ dari komunitas Yahudi. Namun, Yesus memperlihatkan keterbukaan yang jujur kepada mereka ketika berdialog dengan mereka mengenai masalah iman dan kehidupan. Yesus bahkan mengizinkan mereka menantang iman-Nya, identitas-Nya, dan nasionalisme-Nya untuk solider dengan mereka.
Akhirnya dari Yesus kita dapat belajar bahwa melakukan kehendak Allah mencakup suatu kemitraan dengan orang lain, karena tidak satu orang pun dapat melakukan semuanya sendiri.
Dalam Injil Markus 9:38-40 tertulis: Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi nama-Mu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorang pun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”
Ada cerita menarik dari Injil Markus 9:38-40, mengenai murid-murid Yesus berhubungan dengan “pihak lain”. Ini terjadi selama pelayanan Yesus, ketika murid-muridNya meminta Yesus untuk menghentikan seseorang yang mengusir setan dalam nama Yesus, karena orang itu bukan salah satu dari mereka. “Keberlainan” dalam masalah ini terkait dengan status orang tersebut, tidak termasuk dalam 12 orang rasul Yesus. Kata Yesus, “Jangan kalian cegah dia, sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku”.
Kisah tersebut memperlihatkan bahwa murid-murid Yesus yang laki-laki
tidak hanya ingin menyimpan nama atau semangat Yesus bagi mereka sendiri,
melainkan mereka juga ingin agar karya mukjizat pengusiran setan
sebagai hak milik dan monopoli tunggal mereka. Bagaimana seseorang di luar kelompok mereka dapat melakukan hal itu? Namun, jawaban sederhana Yesus adalah, “Barangsiapa tidak melawan kita, dia ada di pihak kita.” Ini berarti, siapapun yang dapat melakukan karya pembebasan kuasa setan, datang dari Allah.
Dalam kitab Lukas 6:27-36, Yesus berkata, “Kasihilah musuhmu”, dasar Firman Tuhan cukup jelas disampaikan Yesus bagi kita untuk melayani semua orang sebagai bukti kasih kita terhadap semua orang, bahkan berlaku bagi orang jahat sekalipun. Yesus mengajarkan untuk tetap mendoakan bahkan memberkati bagi orang jahat. Yesus menegaskan pengajaran-Nya, jika kita sama dengan apa yang dilakukan manusia pada umumnya, tidak ada bedanya dengan orang yang tidak mengenal Tuhan.
Memberi, menolong, dan melayani kebutuhan orang lain tanpa
mengharapkan balasan, inilah wujud kasih yang harus dilakukan pengikut Kristus.
Hendaklah kalian murah hati, sama seperti Bapa adalah murah hati! Inilah ciri
khas pelayanan orang Kristen di tengah-tengah dunia yang serba menguntungkan
bagi dirinya sendiri. Mari lakukan dengan segenap hati, maka upahmu besar di
sorga!
F. Refleksi
Keberagaman adalah anugerah Allah yang perlu kita syukuri sebagai orang beriman, yang hidup di tengah-tengan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan budya. Orang percaya termasuk remaja Kristen perlu memahami bahwa setiap orang itu memiliki keunikannya sendiri-sendiri dan hal itu tidak mungkin bisa disatukan atau disamakan. Yang terpenting adalah bagaimana setiap orang dihargai dengan keunikannya, dan dapat bekerjasama dalam pelayanan bagi semua orang tanpa membuat perbedaan.
Keberagaman itu diawali dalam keluarga dan dapat diamati setiap orang dalam keluarganya sendiri, misalnya: orang tua (ayah dan ibu), kakak dan adik, pasti memiliki sifat, perilaku, hobby dan serta kompetensi yang berbada-beda. Di lingkungan sekolah, akan lebih beragam lagi perbedaan yang ditemukan, Misalnya: bapak ibu guru dan siswa yang datang dari berbagai suku, agama, budaya. Semuanya ini harus bisa bekerja bersama dalam pelaksanaan pendidikan tanpa perlu membuat perbedaan yang ada. Selanjutnaya di gereja, jemaat yang dari status sosial yang berbeda, pekerjaannya, dan usianya, semuanya ini melakukan ibadah atau persekutuan sebagai umat Allah dan untuk memuliakan Allah.
Betapa kayanya bangsa kita memiliki keberagaman yang perlu dihargai dan dilestarikan. Keberagaman menjadi ciri khas negara kira di mata dunia Internasional. Kita berharap keberagaman tetap terpelihara, dapat hidup bersama, dan saling bergotong royang dalam kehidupan bersama untuk menciptakan kesejahteraan bersama. Dalam hal seperti inilah nyata, betapa indahnya keberagaman itu, ketika kita bisa hidup berdampingan, saling membantu, dan saling menghargai, sehingga Tuhan dipermuliakan.
Referensi:
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri untuk SMP Kelas VII. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jakarta Pusat. 2021. Alkitab Elektronik 2.00 – Alkitab Terjemahan Baru ©1974 Lembaga Alkitab Indonesia. Gambar dari Buku PAK dan Bing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar