Sabtu, 07 Januari 2023

Bab 5 Yesus Teladanku

Yesus Teladanku

Bahan Alkitab:

Filipi 2:1-11

2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, 2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, 2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; 2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga. 2:5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, 2:6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, 2:7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 2:9 Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, 2:10 supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, 2:11 dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! 

Penjelasan Filipi 2:1-11

Dalam suratnya kepada Jemaat Filipi, Paulus menasehati para pengikut Kristus agar selalu rendah hati dan berpikir seperti Yesus Kristus. Paulus memberitahu kepada para jemaat, yang tertukis dalam Filipi 2:1-11, meskipun Yesus sebenarnya adalah Tuhan, Dia tidak menganggap keseteraan-Nya dengan Bapa sebagai sesuatu yang harus dipertahankan. Dalam hal ini Yesus membuat dirinya bukan siapa-siapa, dan ini berarti Yesus tidak menggunakan hak istimewanya untuk dirinya sendiri. Dia juga “mengambil rupa seorang hamba” (ayat 7). Nats ini hendak mengajarkan bahwa ketika kita memiliki kerendahan hati, kita bisa keluar dari perlombaan mengejar kekuasaan, kejayaan, dan kekayaan yang dunia agung-agungkan. Kita bisa mengaku bahwa kita memang terbatas, tapi ada Tuhan yang tidak terbatas. Kita dapat menundukkan diri kepada rencana Tuhan, meskipun itu tidak masuk akal bagi dunia sekitar kita.

 

A. Pendahuluan 

Pada abad ke-19 ada sekelompok pendeta asal Eropa menghadiri seminar Alkitab yang diselenggarakan oleh D.L.Moody di Massachusetts, Amerika Serikat. Adapun kebiasaan yang selalu dilakukan oleh para pendeta itu ialah melepas dan meletakkan sepatu mereka di luar sebelum tidur, dengan harapan sepatu tersebut akan dibersihkan oleh staf hotel. Saat melihat sepatu tersebut, Moody memberitahu agar sepatu tersebut dibersihkan sesuai dengan harapan para tamu, tapi tidak ada yang melakukannya. Moody kemudian mengumpulkan semua sepatu dan membersihkannya satu per satu. Seorang sahabat yang kebetulan mengunjungi kamarnya menceritakan apa yang telah dilakukan Moody. Berita ini menyebar, dan pada malam berikutnya orang bergiliran membersihkan sepatu mereka. Gaya kepemimpinan Moody yang rendah hati itu mengilhami orang lain untuk mengikuti teladannya. Setelah membaca kisah Moody, apakah kalian pernah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh Moody, menjadi teladan? Jika ya, ceritakan pengalamanmu! 

Sebagai orang percaya, Yesus merupakan sosok pribadi yang sangat dikagumi. Selama Yesus di dunia, Ia membawa dampak yang amat besar dalam sejarah kehidupan umat manusia. Dan saat ini kalian dituntut untuk meneladani atau mencontohkan sikap dan perilaku Yesus dalam keseharian. Dengan kalian meneladani Yesus, secara tidak langsung kalian sudah menghadirkan Yesus dalam kehidupan dan sekaligus memperkenalkan pribadi-Nya kepada orang yang belum mengenal Yesus.

 

B. Pengertian Teladan

Kata “keteladanan” diambil dari kata “teladan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “teladan” memiliki arti yaitu sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dan sebagainya). Sementara kata “keteladanan” mengandung arti: hal yang dapat ditiru atau dicontoh dari seseorang. Tentang hal teladan dapat kita lihat dalam kitab Yohanes, ketika Tuhan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yohanes 13:15). 

Selain itu, kita juga melihat bagaimana Paulus yang meneladani Yesus Kristus setelah ia bertobat, kemudian berpesan kepada Jemaat di kota Korintus “supaya dari teladan kami, kamu belajar” (1 Korintus 4:6) dan “turutilah teladanku” (1 Korintus 4:16). Kepada jemaat yang ada di Tesalonika ia juga berkata: “mau menjadikan kami teladan bagimu” (2 Tesalonika 3:9) dan secara khusus Paulus berpesan kepada anak rohaninya, Timotius: “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya” (1 Timotius 4:12).

 

C. Apa saja yang harus diteladani dari Yesus Kristus? 

Orang Samaria yang baik hati

1. Mengasihi terhadap Sesama 

Kisah orang Samaria yang murah hati, terdapat dalam Lukas 10:30-35, demikian: 10:30 Jawab Yesus, "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi juga memukulnya dan sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. 10:31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. 10:32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. 10:33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. 10:34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. 10:35 Keesokan harinya ia mengeluarkan dua dinar dan memberikannya kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. 

Manusia merupakan makhluk sosial, di mana selalu membutuhkan kehadiran dan bantuan orang lain. Namun, semakin berkembangnya zaman justru semakin membuat hubungan antar manusia menjadi dingin. Semakin memudarnya kepedulian, penghargaan terhadap martabat manusia, serta belas kasih. Semakin berkembangnya dunia, semakin membuat manusia menjadi makhluk yang egois dan individualis. Tidak hanya itu, perbedaan yang melingkupi bangsa Indonesia, baik dari sisi agama, suku, ras, dan budaya terkadang menjadi “tembok” dalam melakukan kasih kepada sesama. Salah satu kisah Alkitab yang sangat memperlihatkan kepedulian akan sesama adalah kisah orang Samaria yang murah hati, yang terdapat dalam Lukas 10:30-35. 

Terkadang kita enggan berbuat baik kepada sesama yang telah merendahkan dan tidak menghargai kalian sama sekali. Alkitab mengajarkan kepada kita untuk mengasihi sesama dengan sepenuh hati, bukan dengan setengah hati. Menolong orang yang mengasihi kalian adalah hal yang mudah, tetapi bagaimana jika kalian diminta untuk mengasihi orang yang telah menyakiti hati kalian? – mari refleksikan! 

2. Memiliki Sikap Rendah Hati 

Salah satu sikap yang menggambarkan pribadi Kristus adalah rendah hati. Kerendahan hati Yesus terlihat ketika Ia menaati perintah Allah untuk turun ke Bumi dan menjadi manusia. Dalam KBBI, kata “rendah hati” memiliki arti tidak sombong atau tidak angkuh. 

Dalam kisah raja Salomo ketika ia dipilih Tuhan menjadi raja atas Israel menggantikan ayahnya Daud memiliki sikap rendah hati. Terlihat dalam 1 Raja-raja 3:7 (TB) Salomo berkata: “Maka sekarang, ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman”. Meskipun Salomo merupakan anak kandung dari Daud, tetapi ia tidak menyombongkan dirinya sebagai anak raja yang hidup dengan segala kelimpahan yang dia dapatkan dari ayahnya. Ia tidak malu mengakui keterbatasan maupun kekurangan dirinya dihadapan Allah dan meminta

hikmat, karena ia menyadari bahwa tanpa kekuatan Allah ia tidak akan mampu memimpin bangsa Israel. Begitu juga dengan kehidupan keseharian, marilah belajar rendah hati dalam segala hal. 

Selain Salomo, Paulus juga memberikan suatu teladan untuk dapat kita tiru (Filipi 2:1-11). Filipi 2:5 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus. Tujuan utama dalam hidup kekristenan ialah menjadi seperti Kristus. Setiap orang Kristen harus meneladanani Kristus dalam hidupnya dan mengikuti jejak hidup-Nya sehingga serupa dengan Dia.” Filipi 2:6-7 “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dalam hal ini Yesus adalah pribadi yang rendah hati, orang yang rendah hati adalah orang yang tidak semata-mata memikirkan dirinya sendiri atau mencari pujian bagi diri sendiri, melainkan orang yang rela melayani karena menyadari bahwa dirinya adalah hamba.” 

3. Mencintai keadilan 

Orang yang mengaku Kristen wajib memiliki sikap cinta akan keadilan. Tak dapat dipungkiri banyak orang kurang menyukai hal ini, terlebih melihat banyaknya kasus korupsi yang marak di mana-mana. Pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab telah mengambil hak yang seharusnya dapat dinikmati oleh rakyat. 

Yesus mengampuni perempuan berzinah

Yesus sebagai teladan telah memperlihatkan sikap ketegasannya dalam menegakkan keadilan dalam kisah perempuan berzinah dan hendak dilempari batu oleh ahli-ahli Taurat dan orang Farisi (Yohanes 7:53-8:11). 

Kisahnya Tuhan Yesus mengampuni Perempuan Berzinah demikian: 8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. 8:3 Lalu ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berzina. 8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus, "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berzina. 8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian dengan batu. Bagaimana pendapat-Mu tentang hal itu?" 8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. 8:7 Ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka, "Siapa saja di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu." 8:8 Lalu Ia membungkuk lagi dan menulis di tanah. 8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. 8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, "Hai Ibu, di manakah mereka? Tidak adakah seorang pun yang menghukum engkau?" 8:11 Jawabnya, "Tidak ada, Tuan." Lalu kata Yesus, "Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi" (Yohanes 7:53-8:11). 

Yesus menyadarkan bahwa mereka juga adalah manusia berdosa seperti perempuan berzinah tersebut. Orang-orang tersebut ingin menghakimi perempuan itu dengan hukuman yang amat kejam, tanpa menyadari mereka juga berdosa. Yesus bersikap adil, bahkan Ia memberikan kesempatan kepada perempuan itu untuk bertobat dari perbuatannya. 

4. Dekat dengan Mereka yang Dilecehkan 

Pada suatu hari Yesus pergi ke Sikhar, sebuah kota di Samaria, yang terletak di antara Yerusalem di selatan, dengan Galilea di sebelah utara. Ini adalah sebuah tindakan yang tidak lazim bagi orang Yahudi pada masa itu karena mereka tidak akan mau masuk atau menghindari perjalanan melalui daerah tersebut. Mereka akan lebih suka pergi ke Perea, lalu ke Dekapolis, baru masuk ke Galilea (lihat peta). Di Sikhar, Yesus pergi ke sebuah sumur yang dinamai Sumur Yakub. Saat sedang kehausan, Yesus meminta minum dari perempuan Samaria yang menimba air di situ. 

Perempuan Samaria bertemu Yesus

Bacaan Yohanes 4:5-19, 40-42 demikian: 4:5 Lalu sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. 4:6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih karena perjalanan, sebab itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. 4:7 Lalu datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya, "Berilah Aku minum." 4:8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. 4:9 Kata perempuan Samaria itu kepada-Nya, "Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?" (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.) 4:10 Jawab Yesus kepadanya, "Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapa Dia yang berkata kepadamu, 'Berilah Aku minum!' niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup." 4:11 Kata perempuan itu kepada-Nya, "Tuan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? 4:12 Apakah Engkau lebih besar daripada bapak leluhur kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?" 4:13 Jawab Yesus kepadanya, "Siapa saja yang minum air ini, ia akan haus lagi, 4:14 tetapi siapa saja yang minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai pada hidup yang kekal." 4:15 Kata perempuan itu kepada-Nya, "Tuan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air." 4:16 Kata Yesus kepadanya, "Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini." 4:17 Kata perempuan itu, "Aku tidak mempunyai suami." Kata Yesus kepadanya, "Tepat katamu bahwa engkau tidak mempunyai suami, 4:18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau telah berkata benar." 4:19 Kata perempuan itu kepada-Nya, "Tuan, nyata sekarang padaku bahwa Engkau seorang nabi.

Hal-hal yang menarik dari Kisah Perempuan Samaria berjumpa Yesus (Yohanes 4:5-19, 40-42)

a. Ada seseorang perempuan yang datang ke sumur Yakub setiap pukul 12 siang, sementara perempuan lain biasanya datang pagi-pagi. Mengapa demikian? Boleh jadi perempuan itu enggan bertemu dengan perempuan-perempuan lain.

b.  Perempuan ini ternyata mempunyai sisi kehidupan yang kelam. Tidak seperti biasanya, perempuan ini ternyata mempunyai lima orang suami. Dan laki-laki yang sekarang hidup bersamanya, ternyata bukan suaminya! Wah, ini gosip hangat! `

c.  Apabila perempuan-perempuan berkumpul di tempat umum seperti di sumur Yakub, biasanya mereka akan membawa dan menceritakan gosip-gosip terbaru yang pasti akan membuat orang lain ingin mendengarnya. Apabila perempuan tadi datang pagi-pagi dan berjumpa dengan perempuan-perempuan lain yang berkumpul di sumur untuk mengambil air, bukan mustahil gosip tentang kehidupannya akan diceritakan berulang-ulang dan membuat telinganya menjadi panas! Perempuan-perempuan lain pasti menyingkir bila melihat ia datang.

d. Yesus mengetahui sisi kelam kehidupan perempuan itu, namun Ia tidak menghakiminya. Ia tidak menjauhkan diri dari perempuan itu. 

Sikap Yesus yang tidak menghakimi dan tetap membuka diri kepada perempuan yang tak dikenal ini menyebabkan perempuan itu bersuka-cita. Ia bahkan menjadi salah satu “penginjil” yang pertama, yang mengajak sanak keluarga dan teman-temannya untuk menemui Yesus. Mari kita baca Yohanes 4:28-30 dan Yohanes 4:40-42, demikian: 4:28 Perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang di situ, 4:29 "Mari, lihatlah orang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia itu Kristus?" 4:30 Mereka pun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. 4:40 Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal dengan mereka; dan Ia pun tinggal di situ dua hari lamanya. 4:41 Karena perkataan-Nya, lebih banyak lagi orang yang percaya, 4:42 dan mereka berkata kepada perempuan itu, "Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia."

Apa yang sering terjadi atas orang yang dijauhi atau diejek oleh lingkungannya? Dalam bahasa Inggris ada istilah yang digunakan untuk praktik mengejek orang lain yang membuat orang itu resah dan bahkan tertekan, yaitu bullying. 

5. Membenci Ketidakadilan 

Pada Matius 21:12-13, tertulis: Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka, "Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." 

Pada hari Paskah, Yesus pergi ke Bait Suci di Yerusalem. Ia sangat terkejut karena di sana Ia menyaksikan pemandangan yang sungguh tidak layak bagi sebuah Bait Suci. Ia melihat ada banyak pedagang binatang kurban dan penukar uang di sana. Ia menjadi marah. 

Orang Yahudi pergi ke Bait Suci pada saat masa Paskah untuk membawa kurban Paskah. Orang Yahudi wajib ke Bait Suci setiap tahunnya untuk mempersembahkan kurban. Banyak dari mereka datang dari tempat yang jauh. Mereka akan membawa-bawa sapi, lembu, kambing, burung merpati, dan lain-lain dari jauh-jauh untuk dijadikan kurban Paskah. 

Ternak yang akan dijadikan kurban harus sempurna, tidak bercacat. Bila ada ternak yang mengalami cacat dalam perjalanan, tentu usaha membawanya menjadi sia-sia. Untunglah, pihak Bait Suci berbaik hati. Mereka menyediakan para pedagang dengan berbagai jenis hewannya masing-masing, sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Namun, sudah tentu harganya jadi mahal. Itulah salah satu hal yang menyebabkan Yesus menjadi marah. 

Selain itu, yang membuat Yesus marah adalah adanya praktik penukaran uang untuk memberikan persembahan di Bait Suci. Karena tanah Bait Suci itu kudus, maka uang Romawi yang berlaku di seluruh tanah jajahan pemerintah Roma tidak berlaku di Bait Suci. Mereka harus menggunakan uang yang khusus dibuat untuk Bait Suci. Karena hal tersebut para penukar uang akan mengenakan nilai tukar yang mahal untuk mereka yang datang beribadah di Bait Suci. 

Hal-hal inilah yang membuat Yesus marah. Yesus murka menyaksikan bagaimana para peziarah dan orang-orang yang ingin membawa kurban diperas habis-habisan. Karena itulah, Tuhan Yesus menjadi marah dan berkata, Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun” (Matius 21:13). 

6. Membenci Kemunafikan 

Salah satu kelompok yang penting di masa Yesus adalah kaum Farisi. Mereka meyakini bahwa ketaatan kepada peraturan-peraturan keagamaan sangatlah penting. Pada waktu itu banyak orang Yahudi yakin bahwa ketidaktaatan dan pelanggaran-pelanggaran Taurat telah menyebabkan nenek moyang mereka dibuang ke Babel oleh Allah. Karena itulah mereka berusaha taat kepada Taurat. 

Orang-orang Farisi suka mengamati orang-orang yang melanggar hukum Taurat untuk menegur mereka. Kepada orang-orang inilah, Tuhan Yesus berkata, Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu” (Matius 7:3-5). 

Selain itu, orang-orang Farisi suka sekali memamerkan diri mereka sebagai orang-orang yang saleh. Karena itu, mereka suka berdoa di tikungan-tikungan jalan supaya orang memuji kesalehan mereka. Mereka juga suka memamerkan kepada orang lain bahwa mereka sedang berpuasa. Mengapa? Supaya orang memuji kesalehan mereka. Karena hal tersebut Tuhan Yesus berkata, “Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang” Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa” (Matius 6:5 & 16). 

Yesus tidak menyukai kemunafikan, karena orang munafik biasanya suka menghakimi orang lain yang dianggapnya tidak cukup saleh seperti mereka. Selain itu, orang munafik biasanya tidak melakukan apa yang mereka tuntut supaya orang lain lakukan. Dengan kata lain, di satu sisi mereka tampil saleh, akan tetapi di sisi lain mereka ternyata tidak saleh. Tuhan Yesus mengibaratkan orang-orang munafik dengan kuburan. Ia berkata, Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orangorang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran (Matius 23:27). 

7. Peduli dengan yang Menderita

Tertulis pada Kitab Markus 1:40-45, demikian: 1:40 Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapan-Nya ia memohon bantuan-Nya, katanya, "Kalau Engkau mau, Engkau dapat menyembuhkan aku." 1:41 Lalu tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan. Ia mengulurkan tangan-Nya, menyentuh orang itu dan berkata kepadanya, "Aku mau, jadilah engkau tahir." 1:42 Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu dan ia sembuh. 1:43 Segera Ia menyuruh orang itu pergi dengan peringatan keras, 1:44 "Ingat, jangan katakan sesuatu kepada siapa pun juga, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk upacara penyucianmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka." 1:45 Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu serta menyebarkannya ke mana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang terpencil; namun orang terus juga datang kepada-Nya dari segala penjuru. 

Pada suatu hari ada seseorang yang sakit kusta datang kepada Yesus. Di masa kini orang tahu bahwa penyakit kusta tidak menular dengan mudah. Pada masa Yesus, orang menganggap penyakit kusta sebagai kutukan dari Allah. Penderita kusta harus menjauhkan diri dari orang banyak. Orang takut menyentuh penderita kusta, karena akan ditulari penyakit itu. 

Orang kusta itu memohon kepada Tuhan, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Lalu, apa yang terjadi? Apakah Tuhan Yesus mau menyembuhkan orang itu? Markus 1:41 menggambarkan bagaimana perasaan Yesus melihat permohonan orang kusta itu. Di situ dikatakan, “Maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan, lalu Ia mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Orang kusta itu pun langsung sembuh. 

Apa yang terjadi sesudah itu sungguh mengherankan. Tuhan Yesus melarang orang itu menceritakan kesembuhannya kepada siapa pun. Ia hanya diperintahkan menghadap kepada imam untuk menunjukkan bahwa ia sudah sembuh, dan dengan demikian boleh diizinkan kembali hidup di tengah-tengah keluarganya. Yesus berkata, “Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka” (Markus 1:44). 

8. Berdoa kepada Bapa 

Kita sudah cukup banyak membahas sifat-sifat positif Yesus yang dapat diteladani dan dijadikan bagian dari kehidupan kita. Barangkali masih ada satu pertanyaan yang penting direnungkan: dari mana Tuhan Yesus memiliki kekuatan dan kemampuan untuk menjalankan hidup seperti itu, hidup berprinsip dan rela berbagi dengan orang lain? Jawabannya akan kita temukan dalam bagian ini. Dalam Markus 1:35 dikatakan: Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tuhan Yesus selalu menyisihkan waktu untuk berdoa kepada Bapa-Nya di surga. 

Menjelang kematian-Nya, ketika Tuhan Yesus tahu bahwa Ia akan menghadapi sebuah perjuangan yang mahaberat, Ia pun kembali berdoa kepada Bapa-Nya di surga. Mari kita baca Lukas 22:39-43, demikian: 22:39 Lalu pergilah Yesus ke luar kota dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia. 22:40 Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka, "Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan." 22:41 Kemudian Ia menjauhkan diri dari mereka kira-kira sejauh lemparan batu, lalu Ia berlutut dan berdoa, 22:42 "Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau berkenan, ambillah cawan ini dari hadapan-Ku; tetapi jangan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang jadi." 22:43 Lalu seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya. 

Lukas memberikan catatan yang menarik, “Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi kekuatan kepada-Nya” (Lukas 22:43). 

9. Hidup bersyukur 

Manusia seringkali tidak pernah puas dengan apa yang telah dimilikinya. Terlebih lagi perkembangan zaman yang semakin membuat manusia untuk hidup secara hedonisme (berlebihan). Kondisi seperti ini semakin membuat manusia sulit untuk mengucap syukur. Pada Kitab 1 Tesalonika 5:18, tertu;is: ‘‘Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu!’’

 

D. Refleksi 

Kata “keteladanan” diambil dari kata “teladan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “teladan” memiliki arti yaitu sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dan sebagainya). Sementara kata “keteladanan” mengandung arti: hal yang dapat ditiru atau dicontoh dari seseorang. Tentang hal teladan dapat kita lihat dalam kitab Yohanes, ketika Tuhan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yohanes 13:15). 

Kita sungguh beruntung karena memiliki teladan dalam diri Tuhan Yesus, bagaimana seharusnya menjalani hidup ini agar dapat diperkenan Allah Bapa. Ada sejumlah sifat Tuhan Yesus yang patut kita teladani, yaitu: (1) Mengasihi terhadap Sesama, (2) Memiliki Sikap Rendah Hati, (3) Mencintai keadilan, (4) Dekat dengan Mereka yang Dilecehkan, (5) Membenci Ketidakadilan, (6) Membenci Kemunafikan, (7) Peduli dengan yang Menderita, (8) Berdoa kepada Bapa, (9) Hidup bersyukur. 

Keteladanan Yesus adalah hal-hal yang dapat ditiru dan seharusnya dapat dilakukan oleh kita semua sebagai pengikut Tuhan Yesus. Apakah kita sudah meneladani Tuhan Yesus ?.

 

Referensi: 

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri untuk SMP Kelas VII. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jakarta Pusat. 2021. Alkitab Elektronik 2.00 – Alkitab Terjemahan Baru ©1974 Lembaga Alkitab Indonesia. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk SMP Kelas 8 -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017. Gambar dari Bing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar