Kamis, 19 Januari 2023

Bab 6 Belajar dari Keteladanan Para Tokoh

Paulus
Bahan Alkitab

Kitab 1 Korintus 1:11, Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus”.

 

A. Pendahuluan 

Ada banyak kisah tokoh yang menginspirasi dan memberi teladan bagi kalian dalam menjalani hidup serta mencapai kesuksesan dan kebahagiaan. Siapa sajakah tokoh yang menjadi teladan hidupmu? Mengapa kalian terinspirasi pada mereka? 

Ketika kalian diperhadapkan pada suatu pilihan, maka kalian akan memilih yang terbaik bagi diri kalian seperti lebih pintar, lebih sukses, lebih bijaksana, lebih…, lebih…, dan seterusnya. Oleh sebab itu, kalian memerlukan orang-orang yang lebih baik dari diri kalian sendiri. Dalam pembahasan materi kali ini, kalian akan belajar keteladanan hidup dari para tokoh gereja dan tokoh masyarakat. 

Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus (1 Korintus 11:1). Dalam suratnya kepada Titus, Paulus mendorong Titus menolong jemaat agar bertumbuh dalam iman dan menekankan nilai penting meneladankan iman Kristen kepada sesama (Titus 2:1-10). Pelajaran apa yang kalian terima dari orang-orang yang telah mengajarkan dan memberikan teladan hidup Kristus kepada kalian, baik melalui perkataan ataupun perbuatan?

 

B. Arti Keteladanan 

Menurut KBBI, teladan adalah sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh (tentang perbuatan, kelakuan, sifat, dan sebagainya), sedangkan keteladanan adalah hal yang dapat ditiru atau dicontoh. Keteladanan merupakan sejumlah metode yang dapat mempersiapkan dan membentuk seorang anak secara moral, spiritual, dan sosial.

 

C. Mengenal Tokoh-tokoh Gereja 

Martin Luther
1. Martin Luther 

Martin Luther adalah seorang tokoh reformasi gereja di Jerman. Ia dilahirkan pada 10 November 1483 di Eisleben, Thuringen, Jerman. Luther dibesarkan dari keluarga golongan petani yang saleh, dimana ayahnya bernama Hans Luther dan ibunya bernama Margaretta. Ciri-ciri anak petani itu tidak pernah lepas dari dirinya, baik secara lahiriah maupun rohani. 

Pada tahun 1501, Luther memasuki Universitas Erfurt, suatu universitas terbaik di Jerman. Adapun harapan orang tuanya menyekolahkan Luther pada sekolah ini, mereka menginginkan agar anak mereka menjadi seorang ahli hukum. Namun hal itu tidak berlangsung lama, pada tanggal 2 Juni 1505, Luther memutuskan studinya untuk menjadi biarawan. 

Pada 16 Juli 1505 Luther mulai memasuki biara di Erfurt dengan didukung oleh sahabat-sahabatnya. Dalam biara ia berusaha mematuhi setiap aturan-aturan yang ada. Ia juga banyak berpuasa dan berdoa, sehingga ia terlihat paling saleh dan rajin di antara semua biarawan. Mengaku dosa di hadapan imam sekali seminggu, mengucapkan 27 kali Doa Bapa Kami dan Ave Maria, membaca Alkitab dengan rajin dan teliti merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Luther untuk mencapai kepastian tentang keselamatannya. 

Sebenarnya Luther mempunyai pergumulan yang berat, yaitu bagaimana memperoleh seorang Allah yang berbelas kasih. Gereja mengajarkan bahwa Allah adalah seorang hakim yang akan menghukum orang yang tidak benar dan melepaskan orang yang benar. Luther merasa bahwa dirinya tidak mungkin menjadi orang yang benar dan pasti mendapat hukuman dari Allah. 

Luther membaca Roma 1:16-17 demikian: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani. Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman’." 

Ketika Luther menyelidiki Roma 1:16-17, ia menemukan bahwa kebenaran Allah itu tidak lain adalah mau menerima orang-orang berdosa serta yang menyesali dosanya, tetapi Allah akan menolak orang-orang yang menganggap dirinya benar. Melalui penemuannya ini akhirnya Luther menulis: “Aku mulai sadar bahwa kebenaran Allah tidak lain daripada pemberian yang dianugerahkan Allah kepada manusia untuk memberi hidup kekal kepadanya; dan pemberian kebenaran itu harus disambut dengan iman. Inilah yang menyatakan kebenaran Allah itu, yakni kebenaran yang diterima oleh manusia, bukan kebenaran yang harus dikerjakannya sendiri.  Dengan demikian, Tuhan yang penuh belas kasih itu membenarkan kita oleh anugerah dan iman saja. Aku seakan-akan diperanakkan kembali dan pintu firdaus terbuka bagiku. Pandanganku terhadap seluruh Alkitab berubah sama sekali karena mataku sudah celik sekarang.” Luther menyampaikan penemuannya itu di dalam kuliah-kuliahnya.

Hudson Taylor

2. Hudson Taylor

Hudson Taylor dilahirkan pada tahun 1832 di Yorkshire, Inggris. Sejak masih kecil, ayahnya James Taylor, telah menanamkan hati misi kepadanya. Setiap hari ayahnya selalu membacakan dan menjelaskan ayat-ayat Alkitab kepada anaknya, bahkan ia menginginkan agar anaknya kelak menjadi seorang utusan Injil. Usaha ini ternyata tidaklah sia-sia, sebelum berumur 5 tahun, Hudson kecil sudah berkata, “Kalau saya dewasa, saya akan menjadi seorang utusan Injil dan pergi ke Tiongkok.” 

Keinginannya untuk melakukan misi penginjilan ke Tiongkok baru terwujud secara tidak sengaja, ketika Hong Xiuquan yang juga seorang Kristen mengajak Hudson Tailor berlayar ke Tiongkok. Taylor mulai berlayar ke Tiongkok pada bulan September 1853 dan tiba di Shanghai pada awal musim semi tahun 1854. Bagi Taylor, Tiongkok dengan berbagai adat-istiadat masyarakatnya dan berbagai keunikan lainnya merupakan tantangan tersendiri bagi Taylor. 

Usaha untuk menyesuaikan diri dengan bahasa setempat sempat membuatnya sangat tertekan, tetapi dengan iman dan kepercayaannya yang kuat kepada Tuhan ia berhasil mengatasinya. Setahun setelah Taylor tiba di Tiongkok, ia segera melakukan perjalanan penginjilan menelusuri pedalaman Tiongkok. Namun setibanya di pedalaman, keadaannya justru berbeda. Mereka justru lebih tertarik pada cara berpakaian dan cara hidupnya, daripada kabar yang ia bawakan. Keadaan ini membuat Taylor menyadari bahwa hanya ada satu cara untuk bisa melakukan penginjilan di daerah ini, yaitu dengan mengikuti cara berpakaian serta kebudayaan mereka. 

Meskipun tidak mudah bagi Taylor untuk mengikuti tradisi orang Tiongkok, ia tetap melakukannya juga. Ia rela mengucir rambutnya dan memotong rambut di bagian depan kepalanya, ia juga rela mengubah cara berpakaiannya. Walaupun perubahan penampilan itu sangat menyiksa dirinya, bahkan ia dijadikan bahan lelucon oleh para misionaris lainnya, tetapi perubahan itu justru menjadi ciri khususnya. Usaha ini ternyata tidaklah sia- sia karena dengan penampilannya yang baru ini ia menjadi semakin mudah melakukan perjalanan penginjilan ke seluruh Tiongkok. Perjalanan yang harus ditempuhnya bukanlah perjalanan mudah karena selain menginjili, Taylor juga melakukan praktik pengobatan dan ia pun harus bersaing dengan tabib-tabib lokal.

 

Bunda Theresa

3. Bunda Theresa 

Bunda Teresa adalah seorang yang memiliki hati melayani di antara orang miskin di India. Bunda Theresa lahir di Skopje, Albania pada 26 Agustus 1910, Bunda Teresa adalah anak bungsu dari Nikola dan Drane Bojaxhiu. Ia memiliki dua saudara perempuan dan seorang saudara lelaki. 

Sebagai seorang remaja, Gonxha bergabung dengan kelompok pemuda jemaat setempat yang disebut Sodalitas. Melalui partisipasinya dalam berbagai kegiatan, Gonxha menjadi tertarik pada hal-hal misionaris. Pada tanggal 28 November 1928, ia bergabung dengan Institute of the Blessed Virgin Mary, yang juga dikenal sebagai Sisters of Loretto dan ia mengikrarkan komitmennya kepada Tuhan. Namun kesehatannya memburuk dan ia menderita TBC, sehingga ia tidak bisa lagi mengajar.

Untuk memulihkan kesehatannya, ia dikirim ke Darjeeling. Dalam kereta api yang tengah melaju menuju Darjeeling, Suster Teresa menerima panggilan dari Tuhan; sebuah panggilan di antara banyak panggilan lain. Pada saat itu, ia merasakan belas kasih bagi banyak jiwa, seperti halnya Kristus sendiri. Selama berbulan-bulan ia mendapat penglihatan tentang bagaimana Kristus mengungkapkan kepedihan pada kaum miskin yang ditolak. 

Pada 21 Desember 1948, Ia memulai pelayanannya dengan membuka sekolah di lingkungan yang kumuh. Karena keterbatasan dana, ia membuka sekolah terbuka, di sebuah taman. Di sana, ia mengajarkan pentingnya mengenalkan hidup sehat dan mengajarkan membaca dan menulis pada anak-anak yang miskin. Selain itu, berbekal ilmu kedokteran, ia juga membawa anak-anak yang sakit ke rumahnya dan merawat mereka. Tuhan tidak pernah membiarkan anak-anak-Nya berjuang sendirian. Inilah yang dirasakan oleh Bunda Teresa tatkala perjuangannya mulai mendapat perhatian, tidak hanya individu-individu, melainkan juga dari berbagai organisasi gereja.

 

D. Mengenal Tokoh-tokoh Masyarakat

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya

1. Y.B. Mangunwijaya

Yusuf Bilyarta Mangunwijaya dilahirkan pada tanggal 6 Maret 1929 di Ambarawa, Jawa Tengah. Ia dikenal memiliki jiwa humanisme yang begitu kental dengan membela kemanusiaan dan keadilan serta memperjuangkan orang-orang yang terpinggirkan. Adapun sosok lain dari Romo Mangun ialah seorang rohaniawan, arsitek, dan penulis. 

Sebagai pejuang kemanusiaan, Romo Mangun memperjuangkan keadilan bagi warga kali Code yang akan digusur. Melalui pelayanan yang ia lakukan, pemukiman di pinggaran kali Code telah menjadi tempat hunian yang nyaman, bersih, dan sesuai dengan tata ruang wilayah. Dalam aksi yang telah dilakukannya, ia pun memperoleh penghargaan internasional. 

Sebagai penulis sekaligus pendidik, tulisan-tulisan yang dihasilkan Romo Mangun bukanlah karya tulis sembarangan. Hal ini diwujudkan dalam kalimat yang panjang dan seringkali sulit dipahami. Ia mengatakan bahwa “tulisan saya adalah realitas.” 

Dalam bidang sastra, salah satu karyanya ada Burung-Burung Manyar (1981) yang meraih penghargaan dari Ratu Thailand Sirikit lewat ajang The South East Asia Write Award 1983. Ia juga menjadi orang Indonesia kedua setelah Goenawan Mohammad yang mendapat penghargaan The Professor Teeuw Award di Leiden, Belanda, untuk bidang susastra dan kepedulian terhadap masyarakat. 

Tidak hanya dibidang arsitektur dan penulisan, Romo Mangun juga memiliki kepedulian terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Salah satu wujud dari keprihatinan Romo Mangun, ia mendirikan Yayasan Dinamika Edukasi Dasar. 

Catherine Mills, dalam tesis mengenai Romo Mangun, ia mengutip perkataan Romo, “When I die, let me die as a primary school teacher (kalau saya meninggal, biarkan saya meninggal sebagai guru sekolah dasar).” Bagi Romo Mangun, pendidikan dasar jauh lebih penting daripada pendidikan tinggi.

Johannes Leimena

2. Johannes Leimena 

Dr. Johannes Leimena, lahir di Ambon, Maluku 6 Maret 1905. Leimena atau lebih dikenal sebagai Om Jo merupakan salah satu tokoh pahlawan Indonesia. Pemikiran dan tindakan beliau selama hidup telah mencatatkan beberapa hal penting. Satu hal yang bersejarah dari seorang Johannes Leimena adalah ketika ia menjadi inisiator deklarasi Sumpah Pemuda tahun 1928. Arti peristiwa itu memperlihatkan bahwa ia lekat dan kental dengan pemikiran kemudaaan dan kebangsaan. 

Kesejatian seorang pejabat pemerintahan suatu negara dilihat dari perilaku dan kebijakan yang ditempuhnya semasa menjabat suatu posisi dalam negara dan pemerintah. Sejauh mana penerimaan masyarakat luas terhadap perilaku dan kebijakannya memimpin menentukan kualitas kenegarawanan seseorang. Leimena dianugerahi predikat negarawan sejati, bukan saja karena ia tahu seluk beluk memimpin satu negara melainkan didukung juga oleh karakter individu yang bersangkutan sewaktu ia menjabat posisi pemimpin negara. Kenegarawanan Leimena dapat ditelusuri dari gaya kepemimpinannya, perilaku hidup sehari-sehari, dan kepeduliannya dengan lingkungannya. 

Kenegarawanan seorang Leimena bisa ditelusuri dari keikutsertaannya pada seluruh kabinet masa pimpinan Presiden Soekarno. Johannes Leimena masuk ke dalam 18 kabinet yang berbeda sejak Kabinet Sjahrir II tahun 1946. Mengenai keikutsertaannya pada berbagai kabinet tersebut, Dr. Kyaw Than, seorang dosen dan teolog dari Myanmar, sebagai orang Burma di perantauan, mengatakan, “DR. J. Leimena about whom in those days people say, goverments may go, but Leimena stays on forever.” 

Selain mendapat pujian dari berbagai kalangan, Leimena tak lepas dari cemoohan orang yang tak senang dengan keberhasilannya. Ada anggapan Om Jo adalah “bunglon” politik yang selalu ganti warna atau seperti kata bersayap, “ke mana angin bertiup, ke sana condongnya”. Anggapan itu dengan sendirinya pupus karena Leimena sungguh punya kualitas dan kemampuan. Leimena tidak menampik bahwa Soekarno adalah sahabatnya. Oleh karena kedekatan dengan Bung Karno dan didukung oleh kemampuan intelektual yang mantap serta pendukung lainnya, membuat Leimena memimpin bangsa ini. 

Satu hal yang menopang diri Leimena sehingga terbentuk menjadi negarawan sejati adalah karakternya yang tenang. Kata rustig, rustig, dan rustig sering ia sebutkan. “Tenang, tenang, dan tenang!” Ia berbicara bagai air

sungai mengalir. Ia disegani para perunding, baik dari pihak Belanda maupun Jepang pada saat perjuangan kemerdekaan Indonesia. Leimena pada masa muda tak menyangka telah terjun begitu jauh di bidang politik. “Politik itu etika untuk melayani, bukan teknik untuk berkuasa,” begitu sering ia ucapkan. Maksud kalimat itu adalah menekankan pemahaman bahwa berpolitik adalah untuk melayani sesama, bukan sebaliknya menguasai sesamanya. 

Bidang politik sudah ditekuninya semasa muda. Pendidikan politik yang dia jalani berbeda dari jalur yang biasa dijalani oleh orang muda sekarang dan kaum muda masa orde baru. Walaupun ia politisi Kristen, Leimena tetaplah menjadi seorang yang mampu memposisikan dirinya dalam dinamika politik saat itu yang beragam macamnya. Ideologi Kristen dapat dipertemukan dengan ideologi Pancasila yang menjadi pandangan hidup bangsa. Karya dan pengaruh Leimena sungguh terasa bagi orang Kristen. Ia juga yang mempertemukan nilai-nilai Pancasila dan iman Kristen.

 

E. Kisah Para Martir yang Mengispirasi

Kisah-kisah di bawah ini adalah kisah mengenai orang-orang yang menganggap bahwa Tuhan Yesus begitu berharga buat dirinya sehingga mati demi Tuhan Yesus pun mereka rela. Arti kata martir menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) ialah (1) Orang yang rela menderita atau mati daripada menyerah karena mempertahankan agama atau kepercayaan. (2) Orang yang mati dalam memperjuangkan kebenaran agama.

Polycarpus

1. POLIKARPUS

Polikarpus adalah murid Yohanes (termasuk 12 Rasul Yesus) yang melayani di kota Smirna (sekarang  Izmir, Turki) sebagai seorang uskup. Dia hidup di zaman kaisar  Romawi Marcus Aurelius Antonius (162-180 M). Walaupun Marcus Aurelius dikenal sebagai kaisar yang baik, tetapi sejarah mencatat bahwa di masa pemerintahannya terjadi penganiayaan  terhadap orang-orang Kristen.

Pada zaman itu, banyak orang Kristen yang dibunuh oleh pemerintah Romawi karena menolak untuk menyembah kaisar dan dewa-dewa Romawi. Orang-orang Kristen yang memilih untuk menyembah Tuhan Yesus dikejar-kejar dan dianiaya secara kejam karena mereka dianggap sebagai orang-orang kafir.  Salah satu korban dari penganiyaan tersebut adalah Polikarpus.

Polikarpus adalah uskup yang disegani dan dihormati pada saat itu.  Oleh sebab itu, banyak dari temannya yang meminta dia bersembunyi. Tetapi, pada akhirnya Polikarpus pun ditangkap.  Ada kejadian menarik ketika Polikarpus ditangkap. Dia tidak memberontak atau melawan melainkan menyambut para prajurit bak tamu yang agung. Dia menjamu para prajurit yang akan menangkapnya dengan makanan dan meminta diri agar diizinkan berdoa terlebih dahulu.  Perlakuan Polikarpus kepada prajurit Romawi tersebut membuat mereka meminta maaf kepadanya karena mereka harus menangkapnya. Bahkan sang kepala prajurit sempat mengatakan  “Apa salahnya menyebut Tuhan Kaisar dan mempersembahkan bakaran kemenyan?” Maksudnya, agar Polikarpus diselamatkan dari penganiayaan.

Setelah Polikarpus ditangkap dan diserahkan kepada Gubernur Romawi, beberapa kali dia ditantang agar meninggalkan imannya. “Celalah Kristus dan aku akan melepaskanmu?” “Hormatilah usiamu, Pak Tua,” seru gubernur Romawi itu. “Bersumpahlah demi berkat Kaisar. Ubahlah pendirianmu serta berserulah, “Enyahkan orang-orang kafir!” “Angkatlah sumpah dan saya akan membebaskanmu. Hujatlah Kristus!”

Pada saat itu Polikarpus bisa saja menyangkal Kristus tetapi dia tidak mau melakukannya, dan dia berkata: “Delapan puluh enam tahun saya telah mengabdi dan melayani Kristus; Dia tidak pernah berbuat salah dan menyakitiku. Bagaimana mungkin saya mengkhianati Raja yang telah menyelamatkan saya?” Akhirnya, Polikarpus pun dibakar hidup-hidup di tengah pasar.  Dia tewas sebagai seorang martir bagi Kristus pada usia 87 tahun.

John Wycliffe 

2. JOHN WYCLIFFE

John Wycliffe lahir di sebuah desa kecil di Yorkshire Inggris tahun 1325 dan menempuh studi teologinya di Universitas Oxford. Dia melayani dan berjuang demi Kristus, tetapi ironisnya dia ditolak dan dianiaya oleh gereja dan bukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Kristus.

John Wycliffe berjuang melawan pengajaran-pengajaran yang salah dalam gereja. Dia melihat begitu banyak orang yang sedang mengalami kebutaan rohani. Mereka melakukan berbagai upacara keagamaan tetapi tidak memiliki hubungan dengan Kristus. Dan bagi Wycliffe hal ini disebabkan karena banyak orang Kristen tidak dapat memahami Alkitab secara langsung. 

Pada saat itu, semua Alkitab memakai bahasa Latin yang hanya dapat digunakan oleh para imam. Sedangkan banyak orang Kristen di Inggris tidak memahami bahasa Latin, sehingga mereka hanya mendapatkan pengajaran dari para imam yang justru mengajarkan hal-hal yang tidak sesuai dengan Alkitab.

Perjuangan Wycliffe dilakukan dengan cara menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris. Bagi wycliffe setiap orang harus diberi keleluasaan membaca Alkitab dalam bahasanya sendiri. Kemudian dia pun mengajarkan doktrin-doktrin yang sesuai dengan pengajaran Alkitab.

Apa yang John Wycliffe lakukan ternyata tidak disukai oleh gereja.  Pihak gereja meminta Wycliffe untuk tidak mengajarkan doktrin-doktrinnya. Kedudukannya sebagai pengajar di Oxford dicopot. Bahkan Wycliffe sempat diasingkan oleh gereja. Tetapi semuanya tidak meruntuhkan semangat Wycliffe. Dia tetap teguh untuk menyatakan kebenaran Firman Tuhan sampai pada akhirnya dia meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1384 dalam usia 56 tahun. 

Tiga puluh satu tahun setelah  Wycliffe meninggal dunia, gereja mengadakan rapat yang disebut sebagai konsili Constance dan memutuskan bahwa John Wycliffe adalah seorang yang sesat sehingga jenazahnya harus dilemparkan jauh dari gereja.  Melalui keputusan konsili tersebut maka jenasah Wycliffe diangkat dari kubur, dibakar, dan abunya dibuang ke sungai Rhine.

William Tyndale
3. WILLIAM TYNDALE  

William Tyndale lahir pada tahun 1494 di dekat perbatasan Wales. Tyndale adalah orang yang berpendidikan tinggi dan memiliki kemampuan berbahasa asing selain bahasa Inggris seperti Ibrani, Yunani, Jerman, Latin, dan Spanyol.   Dia pernah bersekolah di Oxford dan Cambridge. Dengan kepintarannya tersebut, Tyndale akhirnya menyerahkan hidupnya untuk mempelajari Alkitab dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris. Dia dicatat sebagai orang pertama yang menerjemahkan Alkitab dari bahasa aslinya (Ibrani dan Yunani) ke dalam bahasa Inggris.

Alasan William Tyndale menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Inggris adalah  keyakinannya bahwa kebobrokan gereja terjadi karena Firman Allah tidak diajarkan secara benar kepada rakyat.  Alkitab di “sembunyikan” sehingga rakyat tidak dapat membacanya. Akibatnya banyak ajaran-ajaran yang salah diterima oleh rakyat.

Gereja pada saat itu tidak menyukai apa yang dilakukan oleh William Tyndale, sehingga terjemahannya dianggap sebagai terjemahan yang salah dan menyesatkan. Tetapi di sisi lain, terjemahan Tyndale membawa kebangkitan rohani bagi rakyat. Bagi beberapa imam, Alkitab tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa umum karena akan membuat rakyat tersesat. Padahal tujuan mereka adalah supaya rakyat tidak mengenal kebenaran sehingga hati mereka dapat dimanipulasi dengan doktrin yang salah yang berujung pada kepuasan, ambisi dan ketamakan para imam. Bila rakyat tidak mengenal kebenaran, maka para imam dan kaisar dapat dihormati melebihi Kristus.

Gereja mulai bergerak untuk membatasi pengaruh William Tyndale dan terjemahannya. Tyndale ditangkap dan dipenjarakan di puri Vilvorde, Brussel, atas perintah Raja Henry VIII pada tahun 1535. Penjara tidak membuat semangat dan imam Tyndale runtuh. Dia berkhotbah di dalam penjara kepada sipir penjara dan membuat orang-orang di sana bertobat. Pada tanggal 6 Oktober 1536, keputusan hukuman mati dijatuhkan kepada William Tyndale.  Dia dihukum gantung dan dibakar di kota Vilvorde.  Di tengah penghukumannya tersebut Tyndale berseru “Tuhan, buka mata raja Inggris!”.  Ironis memang, William Tyndale dihukum mati oleh gereja karena melakukan pekerjaan Tuhan.

John Bunyan
4. JOHN BUNYAN

John Bunyan lahir pada tanggal 30 November 1628 di Harrowden-Elstow, Inggris. Dia adalah seorang sastrawan jenius. Salah satu karyanya yang terkenal adalah The Pilgrim’s Progress (Perjalanan Seorang Musafir) yang diterbitkan pada tahun 1678.

Di masa mudanya, Bunyan adalah seorang pemabuk dan sering melakukan pelanggaran seksual. Dia pun mengaku sering mengutuk, menyumpah, berbohong, dan menghujat Tuhan. hingga akhirnya, dia sendiri bertobat dan dipakai Tuhan untuk berkhotbah di desa-desa sekitar Bedford.

Pada tahun 1660, di saat Raja Charless II memerintah Inggris terjadilah penganiayaan terhadap orang-orang Kristen non-konformis (orang-orang Kristen yang tidak sepaham dengan gereja Inggris). Salah seorang yang ditangkap adalah John Bunyan.   John Bunyan dipenjarakan di Bedford selama 12 tahun.  Kondisi penjara yang buruk tidak membuat semangat dan iman John Bunyan runtuh.  Dia tetap berkarya lewat tulisan-tulisannya. 

Sampai pada tahun 1672, Raja Charles II membatalkan semua hukuman dan Bunyan dibebaskan. Dan dia terus berkarya sampai pada akhirnya dia meninggal dunia pada tanggal 31 Agustus 1688 di London.

Dietrich Bonhoeffer

5. DIETRICH BONHOEFFER

Pada abad modern, tepatnya pada masa Nazi berkuasa di Jerman dan wilayah Eropa, seorang pendeta di sebuah gereja Jerman bernama Dietrich Bonhoeffer menolak kebijakan Hitler (pemimpin Nazi) untuk melenyapkan orang-orang Yahudi atau memperbudak mereka.

Pada waktu itu gereja di Jerman terpecah dua, ada gereja yang mendukung Hitler yang disebut Gereja Negara karena mereka percaya pada propaganda Hitler, bahwa orang-orang Yahudi pantas dipersalahkan atas kematian Yesus, dan ada juga gereja yang menolak kebijakan Hitler yang disebut Gereja yang Mengaku.

Bonhoeffer adalah pendeta Gereja yang Mengaku, dan baginya menolak kebijakan Hitler sekalipun diancam akan dihukum adalah caranya mempertahankan anugerah keselamatan yang mahal harganya tersebut. Anugerah itu tidak bisa dipakai untuk tunduk kepada penguasa yang berbuat jahat, tidak adil, dan menindas. Pada akhirnya Bonhoeffer ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Hitler. Namun, ia berhasil memberi teladan kepada umat Kristen di Jerman untuk tidak tunduk kepada ketidakbenaran. Ia mengajarkan umat untuk menyuarakan kebenaran meskipun harus menghadapi kesulitan dan bahkan kematian.

Apa yang membuat para martir mau berkorban demi imannya kepada Tuhan Yesus? Bagi mereka sosok dan pengajaran Yesus begitu berharga untuk dipertahankan dalam hidup ini. Mengapa Tuhan Yesus sangat berharga? Bukan hanya Yesus adalah Tuhan tetapi juga sumber kehidupan.  Bagi mereka hidup tanpa Yesus jauh lebih menyedihkan dibandingkan dengan hidup tanpa harta sekalipun.  Ada berbagai tantangan yang harus dihadapi para martir, tetapi mereka tetap bertahan dengan keyakinan akan kebenaran. Tentu saja itu bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan, sebaliknya sangat sulit. Namun dengan begitu kita dapat memahami bahwa anugerah keselamatan yang kita peroleh dari Kristus sangat berharga untuk dipertahankan. Anugerah itu sangat mahal harganya, sehingga penderitaan pun tidak dapat mengambilnya dari tangan kita.

 

F. Refleksi 

Bagi para tokoh gereja dan masyarakat, Kristus merupakan satu-satunya teladan yang sempurna. Oleh karenanya para tokoh gereja dan masyarakat berjuang untuk menjadi teladan bagi sesama. Sebagai remaja Kristen marilah menunjukkan bagaimana sikap hidup sebagai murid Kristus dan menjadi teladan bagi sesama.

 

Referensi: 

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekeri untuk SMP Kelas VII. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Jakarta Pusat. 2021. Alkitab Elektronik 2.00 – Alkitab Terjemahan Baru ©1974 Lembaga Alkitab Indonesia. Gambar dari Bing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar