Bahan Alkitab:
1 Petrus 5:5b Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang
terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi
mengasihani orang yang rendah hati."
Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya sebagai simbol pelayanan dan kerendahan hati. |
A. Pengantar
Bab 8 membahas tentang kerendahan hati, ciri-cirinya, dan mengapa kerendahan hati penting bagi remaja. Mempelajari kerendahan hati dapat memotivasi peserta didik untuk sadar akan dirinya sebagai ciptaan Allah yang memiliki keterbatasan. Kesadaran itu menuntunnya untuk menghargai diri sendiri dan sesama serta memuliakan Tuhan.
Hati nurani biasanya dikenal dengan
suara hati. Ada dua unsur dalam hati nurani manusia, yaitu:
- Kesadaran akan yang benar dan yang salah; dan
- Kemampuan secara mentalitas untuk mengaplikasikan hukum-hukum, norma-norma dan aturan pada situasi konkret.
Hati nurani akan membimbing kita mengambil keputusan yang baik dan benar tetapi hal ini terjadi jika hati nurani kita diterangi oleh Firman Allah. Jadi, kepekaan hati nurani juga perlu terus diasah melalui kesetiaan kita berdoa dan membaca Alkitab serta mengaplikasikannya dalam hidup. Ketika hati nurani kita tidak diterangi oleh Firman Allah, maka hati itu menjadi keras dan tidak terbuka terhadap kebaikan dan pengampunan. Hati nurani merupakan suara kebaikan yang akan menyalahkan ataupun membenarkan tindakan kita. Ketika kita marah pada seseorang ataupun membenci dan tidak mau memaafkan, hati nurani akan memperingatkan kita namun sering kita mengingkari suara hati untuk berhenti membenci dan memusuhi seseorang.
B.
Makna Kerendahan Hati
Kerendahan hati erat kaitannya dengan pemahaman tentang siapakah manusia. Manusia yang rendah hati adalah manusia yang sadar bahwa dirinya tidak sempurna. Kalau seseorang mampu melakukan sesuatu dengan baik, maka pasti ada orang lain juga yang mampu melakukannya sama baiknya dengan dirinya bahkan dapat melebihi dirinya.
Kerendahan hati atau humility berasal dari kata humus (Latin), artinya tanah atau bumi. Jadi, kerendahan hati maksudnya adalah menempatkan diri ‘membumi’ ke tanah. Secara khusus pada Kejadian 3:19 dikatakan, “Ingatlah bahwa kamu adalah debu, dan kamu akan kembali menjadi debu.” Mengacu pada bagian Alkitab ini, nyata bahwa manusia itu bukan siapa-siapa, manusia hanyalah makhluk ciptaan Allah, bahkan pemazmur mengatakan hidup manusia seperti bunga yang sesaat saja dapat layu dan mati. Sebagai makhluk ciptaan, maka manusia harus mengakui keterbatasan dan ketakberdayaannya dibandingkan dengan Allah sang Pencipta. Jadi, kerendahan hati dalam pemahaman iman Kristen adalah rasa takjub dan hormat manusia pada Allah Pencipta.
Kerendahan hati juga mengantar kita untuk mengakui bahwa kita dan segala ciptaan di dunia ini bukan apa-apa di hadapan Tuhan, dan kerendahan hati mengarahkan kita untuk hidup sesuai dengan pemahaman ini. Kita melihat diri kita yang sesungguhnya, tidak melebih-lebihkan hal positif yang ada pada kita, namun juga tidak mengingkari bahwa segalanya itu adalah pemberian Tuhan. Dalam hal ini kerendahan hati berhubungan dengan kebenaran dan keadilan. Kebenaran ini memberikan kepada kita pengetahuan akan diri sendiri, dengan kesadaran bahwa segala yang baik yang ada pada kita adalah karunia Tuhan, dan sudah selayaknya sesuai dengan keadilan, kita mempergunakan karunia itu untuk kemuliaan Tuhan (1Timotius 1:17). Misalnya, kamu pintar matematika maka kamu dapat memanfaatkan kelebihanmu untuk membantu teman-teman yang kurang dalam matematika. Kamu mahir bermain musik, kamu dapat menjadi pemusik di gerejamu.
Kerendahan hati lahir dari pengenalan akan diri sendiri dan Tuhan. Pengenalan akan diri sendiri mengacu pada kesadaran bahwa segala yang baik pada kita datang dari Allah dan milik Allah. Kesadaran akan hal ini membawa kita pada kebenaran: yaitu bahwa kita ini bukan apa-apa, dan Allah adalah segalanya. Di mata Tuhan kita ini pendosa, tetapi sangat dikasihi oleh-Nya. Keseimbangan antara kesadaran akan dosa kita dan kesadaran akan kasih Allah ini membawa kita pada pemahaman akan diri kita yang sesungguhnya.
Kerendahan hati juga lahir dari sikap yang sepenuhnya bergantung pada Allah. Sebagai makhluk ciptaan yang berdosa dan memiliki banyak keterbatasan, manusia beriman hendaknya menggantungkan diri pada rahmat dan pengasihan Allah. Kerendahan hati adalah penyerahan diri kepada Tuhan sehingga kita berusaha untuk menyenangkan hati Tuhan.
C. Ciri-ciri Kerendahan Hati
Ciri-ciri kerendahan hati adalah
seperti berikut.
- Takut akan Tuhan dan menggantungkan hidup pada-Nya.
- Taat kepada Tuhan dan melakukan perintah/ajaran-Nya.
- Menghindari pemegahan diri sendiri tidak menyombongkan diri.
- Menghargai kelebihan orang lain.
- Menyadari kelemahan diri.
- Menghargai talenta yang Tuhan berikan dan dipakai untuk menolong orang lain dan berpartisipasi dalam komunitas gereja.
- Bersedia menolong orang lain dengan tulus dan tanpa pamrih.
Apakah rendah hati sama dengan rendah diri? Tentu saja berbeda, rendah hati adalah sikap yang dapat ditunjukkan melalui kesadaran bahwa manusia adalah makhluk fana yang penuh keterbatasan, karena itu manusia bergantung sepenuhnya pada Allah. Implikasinya adalah menuruti perintahNya serta tekun berdoa dan membaca Alkitab. Menghargai teman dan sesama, mengakui kelebihan orang lain dan kelemahan diri sendiri, tidak membanggakan diri. Adapun rendah diri adalah perasaan inferior di mana seseorang selalu merasa dirinya tidak berarti dibandingkan dengan orang lain. Akibatnya seseorang menarik diri dari pergaulan, dan cenderung menyendiri dan menghindar dari berbagai aktivitas bersama orang lain. Orang yang rendah diri cenderung ragu dan tidak mau mengikuti kompetisi atau pertandingan apapun karena dia sudah menyerah sebelum bertanding melalui sikap yang menganggap dirinya lemah dan tidak mampu.
Sikap ini kurang sehat karena dalam diri manusia ada potensi yang diberikan Allah. Tiap orang memiliki kekurangan tetapi juga kelebihan dalam dirinya. Rendah diri adalah sikap yang perlu diperbaiki dan dihilangkan. Jika kamu bersikap rendah diri maka kamu telah merendahkan diri sendiri dan tidak menghargai diri sendiri. Kamu hanya dapat menghargai orang lain jika kamu menghargai dirimu sendiri.
Yesus Kristus tidak hanya berbicara tentang rendah hati tetapi Ia mempraktikkannya dalam hidup dan pelayanan. Berulang kali Yesus menegaskan bahwa orang yang rendah hatilah yang akan masuk ke dalam kerajaan Surga. Ia juga mengecam murid-murid-Nya yang masih bertengkar tentang siapa yang terbesar di antara mereka. Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya sebagai simbol atau tanda pelayanan dan kerendahan hati. Ia mengatakan: “Aku datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani”.
Ayo, belajar kerendahan hati berdasarkan cerita Alkitab: Lukas 18:9-14; Yohanes 13: 1-7; Lukas 14:7-11. Selanjutnya menyimpulkan contoh apa yang diberikan melalui cerita Alkitab tersebut dalam kaitannya dengan kerendahan hati.
Doa Orang Farisi dan Pemungut Cukai |
Perumpamaan tentang Orang Farisi
dan Pemungut Cukai
Bacaan:
Lukas 18:9-14
Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Yesus Membasuh Kaki
Murid-muridnya
Bacaan:
Yohanes 13: 1-7
Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia. Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.
Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu. Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak."
Tempat yang paling utama dan yang
paling rendah
Bacaan:
Lukas 14:7-11
Karena Yesus melihat, bahwa
tamu-tamu berusaha menduduki tempat-tempat kehormatan, Ia mengatakan
perumpamaan ini kepada mereka: "Kalau seorang mengundang engkau ke
pesta perkawinan, janganlah duduk di tempat kehormatan, sebab mungkin orang itu
telah mengundang seorang yang lebih terhormat dari padamu, supaya orang
itu, yang mengundang engkau dan dia, jangan datang dan berkata kepadamu:
Berilah tempat ini kepada orang itu. Lalu engkau dengan malu harus pergi duduk
di tempat yang paling rendah.
Tetapi, apabila engkau diundang, pergilah duduk di tempat yang paling rendah. Mungkin tuan rumah akan datang dan berkata kepadamu: Sahabat, silakan duduk di depan. Dan dengan demikian engkau akan menerima hormat di depan mata semua tamu yang lain. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
D.
Penutup
Kerendahan hati memperoleh penekanan utama dalam ajaran Yesus. Ia tidak hanya mengajarkan prinsip-prinsip kerendahan hati namun Ia mempraktikannya. Ia mengajar sekaligus menjadi panutan dalam hal kerendahan hati. Yesus selalu mengakui “kebesaran Allah Bapa-Nya”. Ia melayani murid-murid-Nya dan memanggil mereka sahabat. Manusia rendah hati adalah manusia yang tahu kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri serta tidak pernah meremehkan orang lain. Sebaliknya, mereka merendahkan diri di hadapan Allah.
Referensi:
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Baca juga:
PAK Kelas 7 Semester 2 | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar