Tuhan Yesus Memberkati Gereja |
Bahan Alkitab
1 Petrus 2:9–12;
Tetapi
kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat
kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang
besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada
terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang
telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah
beroleh belas kasihan. Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu,
supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari
keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa. Milikilah cara hidup
yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka
memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari
perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat
mereka.
Matius 5:3–12;
"Berbahagialah
orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan
Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah
orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang
yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena
mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena
mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena
mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh
sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah
kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala
yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab
demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."
Matius 5:46–48;
Apabila
kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut
cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada
saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain?
Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu
haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah
sempurna."
Matius 21:28–31;
"Tetapi
apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi
kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini
dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu
orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu
menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah
di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka:
"Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal
akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Filipi 3:17–21;
Saudara-saudara,
ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang
menjadi teladanmu. Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan
yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai
seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah
perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata
tertuju kepada perkara duniawi. Karena
kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan
Yesus Kristus sebagai Juruselamat, yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini,
sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat
menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
A. Pendahuluan
Adakah di antara teman-temanmu di kelas ini yang bukan warga negara Indonesia? Bagaimana dengan kamu sendiri? Apakah kewarganegaraan kamu? Menurut kamu, apakah artinya menjadi warga negara Indonesia? Apakah tanggung jawab yang kamu miliki sebagai warga negara Indonesia? Tuliskan jawaban kamu di buku tulis.
Kalau
kamu seorang Kristen, seharusnya kamu mempunyai sebuah kewarganegaraan lain,
yaitu warga negara Kerajaan Sorga. Pernahkah kamu mendengar ungkapan tersebut?
Apakah artinya? Diskusikanlah pertanyaan ini dengan temanmu, dan tuliskan
jawaban kamu di buku tulis.
B. Kerajaan Sorga
dalam Pemberitaan Yesus
”Kerajaan Sorga”,
yang sering pula disebut sebagai ”Kerajaan
Allah”, adalah inti pemberitaan Tuhan Yesus dalam pelayanan-Nya di muka
bumi. Dalam Matius 9:35 dikatakan, ”Demikianlah
Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat
dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan.” Istilah ”Kerajaan Sorga” sebetulnya sama saja dengan istilah
”Kerajaan Allah” yang lebih banyak digunakan oleh Markus dan Lukas dalam Injil
mereka dibandingkan dengan Matius.
Nah,
apakah arti ”Kerajaan Sorga” atau ”Kerajaan Allah” itu sebenarnya? Apakah
ini suatu tempat di sorga kelak yang disediakan untuk para pengikut Yesus?
Apakah ini sama dengan suatu pemerintahan tertentu di dunia? Atau dengan gereja
tertentu? Dalam Lukas 17:21, Tuhan Yesus mengatakan bahwa ”… sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara
kamu.” Apakah maksudnya ini? Graeme
Goldsworthy, seorang teolog Australia, secara sederhana mendefinisikan
Kerajaan Sorga sebagai ”umat Allah yang
ada di tempat Allah, dan dipimpin oleh pemerintahan Allah.”
Dengan
kata lain, Kerajaan Sorga itu bukan suatu tempat yang ada di sorga. Bukan pula
suatu wilayah tertentu di muka bumi, melainkan suatu keadaan ketika sekelompok
orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah dan bertindak sesuai dengan apa
yang Allah kehendaki. Hal ini menjadi jelas ketika kita membaca dalam Matius
7:21 yang memuat kata-kata Tuhan Yesus, ”Bukan
setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan
Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.”
Jadi,
sekelompok orang Kristen dalam sebuah gereja dapat saja tidak mencerminkan
hidupnya sebagai warga Kerajaan Sorga apabila mereka tidak menjalankan kehendak
Bapa yang di sorga. Misalnya, mereka bertengkar melulu, saling membenci, saling
melontarkan fitnah, bahkan saling berkelahi dan membunuh. Jelas semua ini
bertentangan dengan kehendak Bapa di sorga. Tuhan Yesus sendiri mengajarkan, ”Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar
dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya
kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.” (Matius 5:20).
Sebaliknya,
mungkin pula ada orang yang kata-katanya menolak apa yang diinginkan oleh
Tuhan, namun dalam hidupnya ternyata mencerminkan kehendak Tuhan. Tuhan Yesus
menceritakan sebuah perumpamaan demikian: ”Seorang
mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata:
Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik,
bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan
berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia
menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan
kehendak ayahnya?” Jawab mereka: ”Yang terakhir.” Kata Yesus kepada mereka:
”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan
sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah (Matius 21:28–31).
Perumpamaan
ini menceritakan kepada kita kisah dua orang kakak-beradik. Yang pertama
menyatakan bersedia membantu ayahnya di ladang, namun ternyata ia tidak pergi.
Anak yang kedua menolak pergi, namun kemudian ia menyesal dan pergi juga. Anak
yang sulung seringkali diartikan sebagai orang-orang Farisi dan para ahli
Taurat. Mereka mengaku mau melaksanakan kehendak Allah di sorga, namun pada
praktik hidup mereka sehari-hari mereka tidak melakukannya. Anak yang kedua,
seperti dalam kisah perumpamaan ”Anak
yang Hilang” (Lukas 15:11–32), adalah orang-orang bukan Yahudi yang menolak
melaksanakan kehendak Allah di sorga, namun kemudian menyesal dan bertobat
serta melaksanakannya di dalam hidupnya.
Dari
perumpaaan ini kita dapat menyimpulkan bahwa sekadar berkata ”ya” kepada Tuhan, namun tidak
menjalankan kehendak-Nya tidaklah cukup. Sekadar mengaku percaya namun tidak
melaksanakan perintah-perintah Tuhan.
C. Ciri-Ciri
Kehidupan Warga Kerajaan Sorga
Bagaimanakah
ciri-ciri kehidupan seorang warga Kerajaan Sorga? Apa yang seharusnya menjadi
cara hidup gereja sebagai kumpulan orang percaya? Diatas telah disinggung
beberapa perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Sorga. Apakah
itu berarti menjadi warga Kerajaan Sorga sama dengan berbuat baik seperti yang
dilakukan banyak orang lain? Dalam ”Khotbah
di Bukit”, kita menemukan bahwa menjadi warga Kerajaan Sorga bukanlah
sekadar berbuat baik saja. Tuhan Yesus menyebutkan ciri-ciri kehidupan warga
Kerajaan Sorga itu dalam Matius 5:3–12. Bacalah bagian Alkitab ini!
Ucapan-ucapan
Tuhan Yesus ini menunjukkan nilai-nilai Kerajaan Sorga yang seringkali
berlawanan dengan apa yang diajarkan oleh dunia. Dunia mengajarkan bahwa yang
berbahagia adalah mereka yang kaya, yang dapat membeli apa saja yang mereka
inginkan.
Belakangan
ini kita dikejutkan oleh kasus korupsi besar-besaran yang dilakukan oleh
sejumlah pejabat negara dan tokoh nasional. Ketua partai, gubernur, bupati,
bahkan sejumlah menteripun dinyatakan terlibat dalam kasus korupsi dalam jumlah
yang sangat luar biasa. Mereka umumnya berhasil memperkaya diri dengan memiliki
sejumlah mobil mewah dan apartemen mewah, rekening-rekening gendut di bank-bank
dalam dan luar negeri. Banyak dari mereka yang kemudian menghambur-hamburkan
uang haram dengan pesiar ke luar negeri, berfoya-foya dengan membeli
barang-barang mewah, menyewa pelacur, dan lain-lain. Bahagiakah mereka? Mungkin
dahulu iya, tetapi sekarang sebagian dari mereka sudah mendekam di tahanan.
Sebagian lagi sedang menunggu proses pengadilan yang kemungkinan besar akan
menjebloskan mereka ke penjara untuk jangka waktu yang cukup lama. Kebahagiaan
tidak diperoleh lewat kekayaan, apalagi kekayaan yang didapat secara tidak
wajar dan tidak halal.
Rangkaian
”Ucapan Berbahagia” yang disampaikan
oleh Tuhan Yesus masing-masing menunjukkan siapa yang diberkati, dan pada
bagian yang kedua, hubungan orang-orang ini dengan Allah. Yang mengejutkan,
begitu kata Patricia Farris, seorang
pendeta Methodis di Santa Monica, California, AS, ialah bahwa ucapan-ucapan ini
menjungkirbalikkan dunia ”dengan
janji-janji yang mengejutkan bagi mereka yang tidak berpengharapan, penghiburan
bagi mereka yang berduka cita, kekuatan bagi mereka yang tidak berdaya.”
Ini adalah sebuah penangkal yang dahsyat ”bagi
kebahagiaan semu yang ditawarkan oleh konsumerisme, hiburan yang sia-sia di
masa kini, kabar sukacita bagi umat Allah, mereka yang rendah hati di muka
bumi, yang kuat hatinya, mereka yang hanya berlindung kepada Allah.”
”Ucapan Berbahagia” yang disampaikan
Tuhan Yesus memang ucapan-ucapan yang sangat radikal. Kita menemukan bagaimana
nilai-nilai Kerajaan Sorga itu berlawanan dengan nilai-nilai yang ditawarkan
oleh dunia. Yang berbahagia adalah orang yang berduka cita. Yang memiliki bumi
adalah yang lemah lembut. Yang akan dipuaskan adalah orang-orang yang lapar dan
haus akan kebenaran. Dalam kehidupan sehari-hari, yang jagoanlah yang menang.
Yang memiliki bumi adalah mereka yang dapat menyogok penguasa. Seringkali
rakyat kecil akhirnya hanya dapat pasrah, menyerah terhadap keadaan.
Namun
demikian, kata-kata Yesus justru menunjukkan bahwa Allah memihak kepada mereka
yang lemah dan tidak berdaya. Allah berada di pihak mereka yang berani menolak
arus dan nilai-nilai yang ditawarkan oleh dunia, yang hanya memberikan
kebahagiaan semu.
Perhatikanlah,
berapa banyak selebritis, bintang film, tokoh-tokoh ternama yang hidupnya tidak
bahagia. Michael Jackson dan Whitney
Houston adalah penyanyi kelas dunia yang tidak ada tandingannya di masa
hidup mereka. Jackson dilaporkan oleh Los Angeles Times meninggal dengan darah,
urin, dan organ-organ di dalam tubuhnya menunjukkan obat-obat penenang seperti
Valium dan Lorazepam. Mereka semua meninggal dunia karena obat penenang dan ke
canduan narkoba. Mengapa mereka menggunakan semua itu? Jelas bahwa hidup mereka
penuh dengan kegelisahan yang tidak dapat mereka hadapi sendiri. Mereka tidak
mempunyai orang-orang dekat yang dapat menolong, mendampingi, menguatkan, dan
memberikan mereka cinta kasih yang nyata sehingga akhirnya mereka melarikan
diri ke obat-obat penenang dan narkoba.
Bagaimana
caranya mengatasi berbagai persoalan hidup kita? Ada sebuah ungkapan dalam
bahasa Inggris yang mengatakan, ”The best
things in life are not things.” Artinya, “hal-hal terbaik di dalam hidup kita bukanlah benda”. Kata-kata ini
tidak mudah diterjemahkan, sebab inti pesannya akan lenyap. Namun ungkapan ini
mengingatkan kita bahwa sia-sialah apabila kita mencari kebahagiaan dalam
benda-benda yang kita miliki: uang, emas dan permata, mobil-mobil mewah, kapal
pesiar, vila-vila mahal di tempat-tempat yang paling mahal di dunia, liburan ke
luar negeri, dan lain-lain. Hal-hal terbaik di dalam hidup kita mestinya adalah
keluarga kita, cinta kasih, sahabat-sahabat kita yang sejati, dan sukacita yang
sungguh-sungguh. Semua itu tidak dapat kita nilai dan beli dengan uang kita.
Semuanya tidak dapat kita bandingkan dengan harta dan uang kita.
Namun
apa yang terjadi dalam hidup kita sehari-hari? Pesan-pesan yang kita dengar
dalam kehidupan kita lewat media massa dan iklan-iklan justru yang sebaliknya.
Berbagai iklan mengatakan bahwa kita akan disayangi kekasih apabila kita
mengenakan pakaian merek tertentu. Kita akan mempunyai banyak teman apabila
kita mengendarai mobil tertentu, atau bila kita mengenakan parfum tertentu, dan
lain-lain. Semua itu jelas adalah pesan-pesan palsu yang harus kita hindari dan
tolak.
Ketika
kita berani menolak tawaran kebahagiaan semu yang diberikan oleh dunia, maka
kita akan melihat bahwa hidup kita mempunyai makna yang jauh lebih mendalam
daripada pengejaran terhadap kekayaan materi. Dalam lagu pembukaan, kita
diingatkan akan pengharapan kita akan kedatangan Kerajaan Allah seperti yang
selalu kita ungkapkan dalam doa kita ketika kita mengucapkan Doa Bapa Kami, ’’datanglah Kerajaan-Mu, jadilah KehendakMu
di bumi seperti di sorga.’’
Rasa
khawatir akan hari esok seringkali membuat kita enggan menyaksikan kehadiran
Kerajaan Allah atau Kerajaan Sorga dan mengutamakan kehendak Allah di dalam
hidup kita. Kita lebih suka mencari selamat sendiri dan akhirnya bersedia
berkompromi dengan apa yang ditawarkan dunia.
Bagaimana pendapatmu tentang pepatah di atas? Menurut kamu, sejauh mana kebenaran pepatah tersebut?
D. Mordechai Vanunu
– Berani Bertahan dengan Keyakinannya
Mordechai
Vanunu, lahir di Marokko pada 1954, adalah seorang mantan teknisi nuklir
Israel. Ia menentang program pengembangan senjata nuklir Israel, negaranya.
Karena itulah Vanunu kemudian membocorkan rencana-rencana program senjata
nuklir Israel kepada pers Inggris pada tahun 1986. Vanunu dijebak oleh seorang
agen Mossad, badan intelijen Israel, dan ditangkap di Italia. Ia dibawa ke
Israel, lalu dijatuhi hukuman dalam sebuah pengadilan tertutup. Vanunu
dipenjarakan selama 18 tahun, 11 tahun di sel terisolasi sendirian. Pada tahun
2004, Vanunu dibebaskan. Ia dibatasi dalam bicara dan gerak-geriknya. Sejak itu
ia sudah beberapa kali ditangkap karena dianggap melanggar batasan-batasan itu,
termasuk ketika ia memberikan wawancara kepada wartawan-wartawan asing dan
berusaha meninggalkan Israel.
Vanunu
adalah seorang Kristen. Saat duduk di kelas X ia mengalami krisis pribadi yang
mendorongnya untuk meninggalkan agamanya, Yudaisme. Namun ia tidak segera
menjadi Kristen karena ia tidak ingin berurusan dengan orang tuanya, sementara
pada saat yang sama ia pun ingin menyelesaikan studinya. Setelah selesai SMA,
orang tua Vanunu ingin agar ia masuk ke sekolah teologi dan menjadi rabi. Namun
Vanunu hanya seminggu di sekolah itu, lalu keluar. Ia kemudian masuk wajib
militer Israel.
Pada
tahun 1976, Vanunu melamar pekerjaan di Pusat Penelitian Nuklir di Negev.
Banyak badan intelijen di dunia percaya bahwa Israel telah mengembangkan
senjata nuklir sejak tahun 1960-an, namun Israel tidak berterus terang tentang
hal ini. Di lembaga ini Vanunu bekerja sebagai teknisi tenaga nuklir. Sebuah
surat kabar Israel, Ha’aretz, pada 2008 menggambarkan Vanunu sebagai orang yang
”sulit dan kompleks. Ia tetap keras kepala, luar biasa teguh berpegang pada
prinsip-prinsipnya, dan rela membayar harganya.”
Sejak
dilepaskan dari penjara, Vanunu tinggal di Katedral St. George di Yerusalem. Ia
tetap menerima pengunjung dan pendukungnya, dan berulang kali melawan
syarat-syarat pembebasannya dengan memberikan wawancara kepada
wartawan-wartawan asing.
Apa
yang menarik dari kehidupan Mordechai
Vanunu? Ia seorang warga negara Israel yang beragama Kristen, dan ia yakin
bahwa senjata nuklir yang dikembangkan oleh Israel hanya akan membahayakan
negara itu, bukan melindunginya. Vanunu yakin bahwa ia tidak akan dihukum
sedemikian berat apabila ia tetap bertahan dalam agamanya yang lama, agama
Yahudi atau Yudaisme.
Dalam
keputusannya untuk melawan pemerintah Israel, Vanunu menunjukkan bagaimana
kata-kata Tuhan Yesus ia wujudkan di dalam hidupnya: Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka
akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan
disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab
kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga (Matius 5:6–10).
Dengan nilai-nilai Kerajaan Sorga yang dipegangnya, Vanunu menjadi orang asing
di negaranya sendiri. Ia bahkan sering sekali dituduh sebagai pengkhianat
bangsanya sendiri.
E. Hidup sebagai
Orang Asing
Di
atas kita sudah membahas konsep tentang kewarganegaraan kita sebagai warga
Kerajaan Sorga. Di dalam Filipi 3:20 dikatakan ”Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita
menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat…” Sebagai warga Kerajaan
Sorga kita hidup sebagai ”orang asing”
di muka bumi ini. Dalam 1 Petrus 2:11 dikatakan, ”Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai
pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging
yang berjuang melawan jiwa.” Sebagai warga negara Indonesia kita belajar
banyak tentang sejarah Indonesia, geografi
Indonesia, perjuangan bangsa Indonesia, tetapi berapa banyak kita
belajar tentang Kerajaan Sorga dan nilai-nilainya? Bukankah seringkali kita
justru berusaha menyesuaikan diri dengan nilai-nilai dunia, supaya kita tidak
dianggap manusia aneh?
Di
pihak lain, ada orang-orang Kristen yang menentang segala-galanya yang ada di
dunia. Misalnya, melarang orang Kristen membaca koran, menonton televisi dan
film, bermain band, menggunakan kartu kredit, menggunakan KTP nasional dengan
chip komputer, dan lain-lain. Di Amerika Serikat ada orang-orang Kristen
seperti itu. Mereka disebut ”orang Amish”.
Mereka hidup dengan cara hidup orang-orang pada abad XVI. Mereka menolak
mengendarai mobil, menggunakan telepon, membatasi penggunaan listrik, melarang
menonton televisi, dan lain-lain. Mereka menganggap kehidupan modern seperti
itu dapat mengganggu dan memperlemah ikatan-ikatan kebersamaan mereka. Pakaian
mereka pun sangat sederhana.
Dr. T.B. Simatupang,
seorang teolog awam Indonesia, yang pernah menjabat sebagai kepala staf
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan juga Ketua Dewan Gereja-gereja di
Indonesia (sekarang PGI), ketua Dewan Gereja-gereja Asia, dan ketua Dewan
Gereja-gereja se-Dunia, mencetuskan gagasannya tentang bagaimana orang Kristen
seharusnya hidup di dunia dengan kewarganegaraan ganda – dunia dan sorga.
Simatupang mengatakan bahwa orang Kristen harus hidup dengan ”sikap positif, kritis, kreatif, dan
realistis”. Maksudnya, orang Kristen harus berani berbeda pendapat dengan
masyarakat di sekitarnya. Namun itu tidak berarti sekadar berbeda pendapat,
sebab kita pun harus dapat bersikap positif apabila memang apa yang kita hadapi
itu baik dan benar. Kita harus dapat bersikap kreatif dalam menghadapi
situasi-situasi yang sulit, namun kita juga harus realistis dalam arti
menyadari keterbatasan-keterbatasan yang ada pada kita.
Hal
ini cocok dengan apa yang dikatakan Reinhold
Niebuhr, seorang teolog Amerika Serikat, dalam doanya: Tuhan, berikan aku keteduhan hati untuk menerima hal-hal yang tidak
dapat kuubah, Keberanian untuk mengubah hal-hal yang dapat kuubah, dan hikmat
untuk mengetahui perbedaannya. Menjalani kehidupan dari hari ke hari, Menikmati
satu saat pada setiap waktu, Menerima penderitaan sebagai jalan menuju
perdamaian, Menerima, seperti yang Kristus lakukan, dunia yang penuh dosa ini,
sebagaimana adanya, bukan seperti yang kuharapkan, Percaya bahwa Ia akan
membuat segala sesuatunya beres bila aku berserah kepada kehendak-Nya, Agar aku
cukup berbahagia di dalam hidup ini dan teramat bahagia bersama-Nya
selama-lamanya, dalam kehidupan yang akan datang. Amin.
F. Gereja yang
Bergumul di Dunia
Melalui
uraian di atas kita sudah melihat bagaimana orang Kristen hidup dan menghadapi
berbagai tantangan di dunia. Dalam 1 Petrus 2:9–12, kita sudah diingatkan bahwa
”… sebagai pendatang dan perantau, [kita
harus] menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan
jiwa.” Keinginan-keinginan daging yang dimaksudkan di sini adalah hal-hal
yang membuat kita keliru menempatkan prioritas kita. Kita lebih menghargai
benda-benda di dalam hidup kita daripada hal-hal yang lebih berharga dan
berarti seperti keluarga kita, cinta kasih, sahabat-sahabat kita yang sejati,
sukacita yang sungguh-sungguh. Akibatnya hidup kita menjadi dangkal dan hampa.
Sebagai gereja Tuhan di muka bumi, kita dipanggil untuk memiliki ”…cara hidup yang baik di tengah-tengah
bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang
durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan
memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka” (1 Petrus 2:12).
Masalahnya,
seringkali gereja lupa akan tugas dan pergumulannya. Gereja lupa bahwa ia
dipanggil untuk mewujudkan perbuatan-perbuatan baik di dunia. Sebaliknya, ada
gereja-gereja yang sibuk bertengkar di dalam. Terjadi saling berebut kekuasaan
karena orang-orang di dalamnya ingin menjadi pemimpin dan penguasa. Gereja
terpecah-belah, akibatnya muncullah gereja-gereja baru hasil perpecahan.
Orang
lupa bahwa Tuhan Yesus sendiri tidak suka bila orang saling memperebutkan
kedudukan dan berusaha menonjolkan diri. Ia pernah mengatakan, ”Demikianlah orang yang terakhir akan
menjadi yang terdahulu dan yang terdahulu akan menjadi yang terakhir” (Matius
20:16).
Ada
pula gereja-gereja yang tidak peduli terhadap masyarakat di lingkungannya
karena mereka ternyata tidak memeluk agama yang sama, atau bahkan memusuhinya.
Terhadap keadaan ini, Tuhan Yesus justru mengajarkan: “Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu?
Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi
salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya daripada perbuatan orang
lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu
haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna”
(Matius 5:46–48).
Kent M. Keith,
seorang aktivis mahasiswa, pada 1968 menulis ”Perintah yang Paradoks” isinya sebagai berikut. Orang seringkali tidak
logis, tidak masuk akal, dan egois. Tetaplah kasihi mereka. Bila engkau berbuat
baik, orang menuduhmu egois atau mempunyai motif tersembunyi. Tetaplah berbuat
baik. Bila berhasil, engkau akan mendapatkan teman-teman palsu dan musuh
sejati. Tetaplah mencapai keberhasilan. Kebaikan yang kamu lakukan hari ini,
akan dilupakan besok. Tetaplah lakukan kebaikan. Kejujuran dan keterbukaan
membuat engkau rentan. Tetaplah bertindak jujur dan terbuka. Orang-orang paling
besar dengan gagasan paling besar dapat dihancurkan oleh orang-orang paling kecil
dengan pikiran yang paling kecil. Tetaplah berpikir yang besar. Orang membela
para pecundang, namun hanya mengikuti para pemenang. Tetaplah bela para
pecundang. Apa
yang engkau bangun bertahun-tahun dapat dihancurkan dalam semalam. Tetaplah
membangun. Orang membutuhkan pertolongan, namun mungkin akan menyerangmu bila
kau tolong. Tetaplah menolong mereka. Berikan yang terbaik padamu kepada dunia,
dan engkau akan ditendang sebagai balasannya. Tetaplah berikan yang terbaik
yang engkau miliki.
”Perintah
yang Paradoks” ini benar-benar menunjukkan cara hidup yang asing di dunia.
Mungkin dapat dikatakan bahwa ”Perintah yang Paradoks” ini merupakan versi
modern dari ”Ucapan Berbahagia” yang Tuhan Yesus sampaikan dalam Khotbahnya di
Bukit. Mestinya inilah yang menjadi pergumulan gereja dan orang Kristen untuk
melakukannya di dalam hidupnya di dunia. Setujukah kamu?
Mari,
bersama-sama mengucapkan doa untuk dunia oleh John Birch, seorang penulis doa
dari Wales, Inggris, demikian: “Berkatilah
tangan-tangan yang menghadirkan keutuhan bagi kehidupan yang didera oleh
penyakit. Berkatilah orang-orang kudus yang ada di tempat-tempat yang
menyedihkan dan kehilangan pengharapan yang menghadirkan pengharapan.
Berkatilah orang-orang Kristen yang setiap hari menghadapi perlawanan dalam
menghadirkan kesaksian yang setia. Berkatilah kemurahan hati mereka yang kaya
dan berkuasa karena mereka mau mengingat orang lain. Berkatilah para pembawa
damai yang bekerja di tempat-tempat yang seringkali berbahaya. Berkatilah para
politikus yang baik maupun yang buruk untuk semua keputusan yang mempengaruhi
kami semua. Berkatilah kata-kata dan tindakan kami sementara kami menghadirkan
terang-Mu di tempat-tempat yang diliputi kegelapan. Berkatilah anak-anak-Mu
siapapun juga mereka dengan kehangatan kasih dan anugerah-Mu. Dalam nama Yesus
Kristus, Tuhan kami, Amin”.
H. Penutup
Sebagai
orang Kristen kita hidup dengan dua kewarganegaraan – warga negara di tempat
kita tinggal dan warga negara Kerajaan Sorga. Dengan demikian kita terpanggil
untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Sorga di dalam hidup kita sehari-hari,
baik secara pribadi maupun bersama-sama sebagai gereja. Tuhan Yesus mengajarkan
banyak sekali hal yang berkaitan dengan nilai-nilai Kerajaan Sorga yang
seringkali bertabrakan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang ditawarkan oleh
dunia. Dalam pelajaran ini kita belajar bahwa tidak semua yang ditawarkan oleh
dunia itu buruk dan tidak selamanya kehidupan gereja sendiri telah menjadi
teladan dan berkat bagi orang lain. Sebagai gereja Tuhan di muka bumi, kita
perlu bekerja keras dalam membedakan apa yang menjadi kehendak Allah dan apa
yang menjadi keinginan dunia, yang berlawanan dengan nilai-nilai Kerajaan Sorga.
Referensi:
Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti Untuk SMP Kelas IX / Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.-- Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2018.
Gambar
Yesus Memberkati Gereja dari https://sinodegmit.or.id
Baca juga:
PAK Kelas 9 Semester 1 | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar