Ilustrasi Tuhan Memelihara Kehidupan Gereja |
Bahan Alkitab
2 Korintus 5:17;
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah
berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.
Mazmur 104:30;
Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka
bumi.
Yesaya 43:19–20;
Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh,
belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan
sungai-sungai di padang belantara.
Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku
telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang
belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku;
Yosua 24;
Kemudian Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Dipanggilnya
para tua-tua orang Israel, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur
pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah. Berkatalah Yosua kepada
seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di
seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah
Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi Aku
mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia
menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan
memberikan Ishak kepadanya. Kepada Ishak Kuberikan Yakub dan Esau. Kepada Esau
Kuberikan pegunungan Seir menjadi miliknya, sedang Yakub serta anak-anaknya
pergi ke Mesir. Lalu Aku mengutus Musa serta Harun dan menulahi Mesir, seperti
yang Kulakukan di tengah-tengah mereka, kemudian Aku membawa kamu keluar. Setelah
Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir dan kamu sampai ke laut, lalu
orang Mesir mengejar nenek moyangmu dengan kereta dan orang berkuda ke Laut
Teberau. Sebab itu berteriak-teriaklah mereka kepada TUHAN, maka diadakan-Nya
gelap antara kamu dan orang Mesir itu dan didatangkan-Nya air laut atas mereka,
sehingga mereka diliputi. Dan matamu sendiri telah melihat, apa yang Kulakukan
terhadap Mesir. Sesudah itu lama kamu diam di padang gurun. Aku membawa kamu ke
negeri orang Amori yang diam di seberang sungai Yordan, dan ketika mereka
berperang melawan kamu, mereka Kuserahkan ke dalam tanganmu, sehingga kamu
menduduki negerinya, sedang mereka Kupunahkan dari depan kamu. Ketika itu Balak
bin Zipor, raja Moab, bangkit berperang melawan orang Israel. Disuruhnya
memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki kamu. Tetapi Aku tidak mau
mendengarkan Bileam, sehingga ia pun memberkati kamu. Demikianlah Aku
melepaskan kamu dari tangannya. Setelah kamu menyeberangi sungai Yordan dan
sampai ke Yerikho, berperanglah melawan kamu warga-warga kota Yerikho, orang
Amori, orang Feris, orang Kanaan, orang Het, orang Girgasi, orang Hewi dan
orang Yebus, tetapi mereka itu Kuserahkan ke dalam tanganmu. Kemudian Aku melepaskan
tabuhan mendahului kamu dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari
depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu
dan bukan pula oleh panahmu. Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu
peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi
kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun
yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya.
Oleh
sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas
dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di
seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk
beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan
beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai
Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan
seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
Lalu
bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk
beribadah kepada allah lain! Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah
menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan,
dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita
sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan
di antara semua bangsa yang kita lalui, TUHAN menghalau semua bangsa dan orang
Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kami pun akan beribadah kepada
TUHAN, sebab Dialah Allah kita."
Tetapi
Yosua berkata kepada bangsa itu: "Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada
TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan
mengampuni kesalahan dan dosamu. Apabila kamu meninggalkan TUHAN dan beribadah
kepada allah asing, maka Ia akan berbalik dari padamu dan melakukan yang tidak
baik kepada kamu serta membinasakan kamu, setelah Ia melakukan yang baik kepada
kamu dahulu."
Tetapi
bangsa itu berkata kepada Yosua: "Tidak, hanya kepada TUHAN saja kami akan
beribadah. "Kemudian berkatalah Yosua kepada bangsa itu: "Kamulah
saksi terhadap kamu sendiri, bahwa kamu telah memilih TUHAN untuk beribadah
kepada-Nya." Jawab mereka: "Kamilah saksi!"
Ia
berkata: "Maka sekarang, jauhkanlah allah asing yang ada di tengah-tengah
kamu dan condongkanlah hatimu kepada TUHAN, Allah Israel." Lalu jawab
bangsa itu kepada Yosua: "Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah,
dan firman-Nya akan kami dengarkan." Pada hari itu juga Yosua mengikat
perjanjian dengan bangsa itu dan membuat ketetapan dan peraturan bagi mereka di
Sikhem. Yosua menuliskan semuanya itu dalam kitab hukum Allah, lalu ia
mengambil batu yang besar dan mendirikannya di sana, di bawah pohon besar, di
tempat kudus TUHAN. Kata Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Sesungguhnya
batu inilah akan menjadi saksi terhadap kita, sebab telah didengarnya segala
firman TUHAN yang diucapkan-Nya kepada kita. Sebab itu batu ini akan menjadi
saksi terhadap kamu, supaya kamu jangan menyangkal Allahmu."
Sesudah
itu Yosua melepas bangsa itu pergi, masing-masing ke milik pusakanya. Dan
sesudah peristiwa-peristiwa ini, maka matilah Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu,
ketika berumur seratus sepuluh tahun. Lalu ia dikuburkan di daerah milik
pusakanya, di Timnat-Serah yang di pegunungan Efraim, di sebelah utara gunung
Gaas. Orang Israel beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua dan sepanjang
zaman para tua-tua yang hidup lebih lama dari pada Yosua, dan yang mengenal
segenap perbuatan yang dilakukan TUHAN bagi orang Israel. Tulang-tulang Yusuf,
yang dibawa orang Israel dari Mesir, dikuburkan mereka di Sikhem, di tanah
milik yang dibeli Yakub dengan harga seratus kesita dari anak-anak Hemor, bapa
Sikhem, dan yang ditentukan bagi bani Yusuf menjadi milik pusaka mereka. Juga
Eleazar bin Harun mati, dan dia dikuburkan di bukit yang diberikan kepada
Pinehas, anaknya itu, di pegunungan Efraim.
A. Pendahuluan
Marilah
kita memuji Tuhan dengan menyanyikan lagu PKJ 239 ”Perubahan Besar”. Do = A; 4/4.
B. Cerita ”Kucing
di Biara”
Setiap
malam kepala biara dan murid-muridnya mengadakan doa malam, dan setiap kali
kucing di biara itu selalu datang mengganggu mereka. Oleh karena itu, kepala
biara menyuruh mereka mengikat kucing itu setiap kali waktu doa tiba. Setelah
kepala biara meninggal dunia, kucing itu terus diikat setiap kali waktu doa
tiba. Ketika kucing itu mati, para murid mencari seekor kucing yang lain dan
dibawa ke dalam asrama dan diikat untuk memastikan bahwa perintah-perintah
kepala biara ditaati pada setiap kali waktu berdoa tiba. Berabad-abad kemudian
berlalu dan murid-murid kepala biara menulis tulisan-tulisan ilmiah tentang
makna keagamaan dalam mengikat seekor kucing pada saat berdoa. (Zen Buddhist
Stories).
C. Gereja dan
Tradisi
Cerita
tentang ”Kucing di Biara” mengingatkan kita akan suatu kebiasaan yang muncul
tanpa disengaja dan kemudian dijadikan suatu kebiasaan. Aktivitas yang menjadi
kebiasaan diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya disebut ”tradisi”. Kata ”tradisi” berasal dari
bahasa Latin, yaitu traditio yang artinya ”sesuatu
yang diwariskan”, ”sesuatu yang
diturunkan kepada pihak penerus”, atau ”kebiasaan”.
Kebiasaan ini adalah suatu praktik yang sudah diterima sebagai sesuatu yang
sudah seharusnya ada. Orang tidak lagi mempertanyakannya karena hal itu
dianggap sebagai suatu kebenaran yang mutlak.
Kebiasaan-kebiasaan
apakah yang ada di dalam gereja? Apa yang ada di gereja kita tidak selamanya
demikian. Di masa lampau ada kebiasaan untuk menahbiskan hanya laki-laki untuk
menjadi pendeta. Perempuan dilarang menjadi pendeta karena dianggap tidak layak
atau tidak cocok. Urusan perempuan hanya di dalam rumah tangga saja. Sedangkan
urusan di luar rumah tangga dan kehidupan keluarga menjadi urusan laki-laki.
Oleh karena itu, hanya laki-laki yang boleh menjadi pendeta. Padahal, seperti
yang sudah kita bahas dalam Bab 1, gereja perdana adalah gereja yang terbuka,
gereja yang merangkul semua pihak yang tersingkirkan. Gereja ternyata adalah
sebuah komunitas yang revolusioner dan mengakui kepemimpinan perempuan di
gereja.
1. Kepemimpinan Perempuan
Kini
sudah banyak gereja yang mengakui perempuan sebagai pemimpinnya. Baru-baru ini,
Gereja Anglikan di Inggris mengambil keputusan untuk membolehkan perempuan
menjadi uskup mereka. Namun demikian, masih ada gereja-gereja yang belum dapat
menerima perempuan sebagai pendeta mereka. Untuk mendukung pernyataan bahwa
perempuan tidak layak menjadi pemimpin gereja, beberapa pemimpin Kristen
mencoba mencari alasan teologisnya. Ada yang mengatakan perempuan tidak boleh
menjadi pendeta karena Yesus hanya memanggil laki-laki sebagai murid-murid-Nya.
Sebagai pemimpin ibadah, pendeta berdiri sebagai wakil Yesus. Oleh karena Yesus
laki-laki, maka hanya laki-laki sajalah yang paling tepat berdiri sebagai wakil
Yesus di dalam kebaktian. Ada juga yang mengutip kata-kata Paulus dalam 1
Korintus 14:34; Sama seperti dalam semua
Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam
pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara.
Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.
Ayat
lain yang juga sering digunakan untuk menolak perempuan menjadi pendeta adalah
1 Timotius 2:11–12: ”Seharusnyalah
perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan
perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki;
hendaklah ia berdiam diri.”
2. Peribadahan
Masalah
lain yang berkaitan dengan tradisi adalah penggunaan alat-alat musik dalam
kebaktian. Alat musik apakah yang layak dan tidak layak dipergunakan? Dari
warisan tradisi kebaktian yang diturunkan oleh para misionaris Belanda, banyak
gereja di Indonesia hanya menggunakan piano dan organ untuk mengiringi nyanyian
jemaat. Alat-alat musik yang lain dianggap tabu. Misalnya, gitar dianggap tidak
layak dipergunakan dalam kebaktian. Begitu pula alat-alat musik tradisional
seperti gamelan atau gondang Batak dianggap tidak boleh dimainkan dalam
kebaktian-kebaktian di gereja karena dianggap sebagai musik orang kafir. Akan
tetapi, sekarang pandangan itu sudah berubah. Oleh karena itu, sekarang kita
melihat banyak sekali gereja yang mengembangkan musik kreatif dengan alat-alat
musik yang diangkat dari tradisi setempat. Semua ini membuat ibadah menjadi
semakin kaya. Orang dapat merasakan bagaimana menyembah Tuhan dengan musik
setempat, dengan alat-alat musik yang akrab di telinga mereka selama ini. Hal
ini sejiwa dengan apa yang dikatakan dalam Mazmur 150:1–6; Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat
kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat! Pujilah Dia karena segala
keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat! Pujilah
Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! Pujilah Dia
dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan
seruling! Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan
ceracap yang berdentang! Biarlah segala
yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!
Dalam
Mazmur yang singkat ini kita dapat menemukan seruan agar manusia memuji Tuhan
Allah dengan berbagai alat musik. Dalam enam ayat ini kita menemukan tujuh alat
musik yang disebutkan. Tampaknya semuanya mewakili berbagai alat musik yang
digunakan dalam ibadah orang Israel dahulu.
3. Pemikiran
teologis
Perubahan
berikutnya yang perlu kita pahami adalah perubahan dalam perkembangan
teologinya. Banyak orang yang keliru memahami dan menganggap bahwa teologi
datang sebagai wahyu dari Allah kepada manusia. Banyak orang tidak paham bahwa
teologi atau ilmu tentang ketuhanan adalah hasil refleksi dan pergumulan iman
manusia dengan konteksnya sehari-hari.
Salah
satu contoh tentang perubahan dalam pemikiran teologis adalah pemahaman
mengenai bumi dan matahari. Manusia di masa lampau percaya bahwa matahari
berputar mengelilingi bumi. Pendapat ini disanggah oleh Galileo Galilei (1564-1642), seorang ahli astronomi. Pada tahun
1610, Galileo menerbitkan bukunya ”Sidereus
Nuncius” yang memuat hasil pengamatannya dengan menggunakan teleskop yang
baru terhadap bagian-bagian bulan, bulan-bulan yang mengorbit di sekitar Yupiter,
bagian-bagian Venus, dan lain-lain. Dari pengamatannya itu ia menyimpulkan
bahwa bumilah yang beredar mengelilingi matahari, bukan sebaliknya.
Tulisan
Galileo ini menimbulkan persoalan bagi para teolog pada waktu itu karena
menganut pandangan Aristoteles dan Ptolemeus yang berpandangan geosentris, yaitu bahwa mataharilah yang
berputar mengelilingi bumi.
Secara
khusus Galileo mengatakan bahwa Venus berputar mengelilingi matahari. Begitu
pula dengan bulan-bulan yang mengorbit Yupiter. Para astronom Yesuit, pakar
ajaran gereja, ilmu pengetahuan, dan filsafat pengetahuan alam, mula-mula
menentang kesimpulan Galileo. Namun dalam satu atau dua tahun kemudian, ketika
teleskop yang lebih baik ditemukan, mereka pun dapat melakukan pengamatan yang
sama sehingga mereka memahami pendapat Galileo.
Pada
tahun 1632, Galileo menerbitkan bukunya yang berjudul ”Dialog Mengenai Dua Sistem Utama Dunia” yang secara tersirat
membela pemahamannya tentang heliosentrisme
bahwa benda-benda di langit, planet-planet dan bumi berputar mengedari matahari
sebagai pusatnya. Pada 1633 Dewan Inkuisisi Gereja yang bertugas memeriksa
ajaran-ajaran sesat menyatakan bahwa Galileo bersalah karena ”dicurigai mengajarkan ajaran yang sesat”.
Galileo dijatuhi hukuman penjara tanpa batas, sampai ia meninggal pada tahun
1642. Baru pada tahun 1992, Paus Yohanes
Paulus II menyatakan Gereja menyesal
karena telah menyatakan Galileo sebagai penyesat.
Sebuah
pemikiran teologis lain yang mengalami perubahan adalah pandangan orang Kristen
terhadap orang-orang kulit hitam dan orang kulit berwarna lainnya. Pada masa
lampau di dunia barat, termasuk di Afrika Selatan, orang Kristen kulit putih
menganggap orang kulit hitam dan kulit berwarna lainnya lebih rendah derajatnya
daripada orang kulit putih. Oleh karena itu mereka layak dijadikan budak.
Mereka mengajukan dasar-dasar teologis yang mengatakan bahwa orang-orang kulit
putih adalah keturunan Yafet, anak Nuh. Sementara itu orang-orang kulit hitam
adalah keturunan Ham, anak Nuh yang dikutuk setelah melihat Nuh tidur telanjang
karena mabuk dan malah menceritakannya kepada saudara-saudaranya (lihat Kejadian
9:22, 25–27). Untunglah sekarang orang sudah lebih cerdas dan bijaksana
sehingga pemikiran ini sudah ditinggalkan.
D. Perubahan
sebagai Hukum Kehidupan
Presiden
Amerika Serikat, John F. Kennedy, pernah mengatakan, ”Waktu dan dunia tidak diam saja. Perubahan adalah hukum kehidupan.
Mereka yang hanya memandang ke belakang atau ke masa kini pasti akan kehilangan
masa depan.” Kata-kata Kennedy ini sangat penting.
Dalam
dunia binatang kita dapat menemukan bagaimana kemampuan berubah itu sangat
dibutuhkan sebagian binatang untuk menyelamatkan diri. Misalnya, bunglon, terkenal karena dapat dengan
cepat mengubah warna kulitnya sehingga sesuai dengan warna lingkungan di
sekitarnya. Apabila ia berada di sekitar dedaunan, warnanya akan berubah
menjadi hijau. Begitu juga kalau ia berada di atas sebatang kayu, warnanya akan
berubah menjadi kecoklatan. Perubahan inilah yang dapat membuat bunglon
menyelamatkan diri dari binatang pemangsanya. Inilah cara bertahan yang disebut
oleh para ahli biologi sebagai mimikri.
1. Mimikri sebagai Mekanisme Perlindungan Diri
Mimikri
pertama kali ditemukan oleh Henry Walter
Bates, sahabat Charles Darwin yang datang dari Inggris ke Brasil pada tahun
1832 untuk melakukan penelitian alam. Di sana ia bertemu dengan seorang pakar
ilmu alam dari Jerman yang bernama Fritz
Müller. Bates dan Müller menemukan beberapa jenis kupu-kupu yang pola
sayapnya terang mirip sekali dengan kupu-kupu dari jenis lain di daerah itu.
Setelah berpikir keras mengapa kupu-kupu itu meniru jenis kupu-kupu yang lain,
Bates dan Müller tiba pada kesimpulan bahwa kupu-kupu itu meniru jenis
kupu-kupu lain yang beracun yang tidak dapat dimakan oleh burung-burung dan
kadal, sehingga mereka tidak akan diserang oleh binatang-binatang pemangsa itu.
Mimikri
adalah mekanisme perlindungan diri yang dikaruniakan Tuhan kepada jenis-jenis
makhluk tertentu, binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Dengan mekanisme ini, mereka
dapat mempertahankan diri dari serangan-serangan musuh yang berbahaya serta
menjaga kelangsungan hidup mereka dan keturunannya. Luar biasa, bukan?
Apa
yang dilakukan oleh binatang atau tanaman tertentu dalam alam untuk
menyelamatkan dirinya, diadopsi di dunia kemiliteran. Di masa lampau tentara
berperang dengan mengenakan pakaian yang mencolok. Mereka berdiri berbaris
berhadap-hadapan lalu saling menembak. Namun sejak Perang Dunia II cara
berperang berubah karena cara yang lama dianggap bodoh dan memakan terlalu
banyak korban. Kini tentara bersembunyi menyerang musuhnya dari tempat-tempat
tersebut. Untuk menolong persembunyian mereka, seragam militer pun diubah.
Mereka tidak lagi menggunakan pakaian berwarna mencolok, tetapi seragam hijau
atau loreng-loreng. Mengapa warna-warna itu yang dipilih? Kembali kita melihat
bahwa semua itu dilakukan untuk menyelamatkan diri dari musuh. Warna hijau akan
membuat seorang anggota pasukan menghilang di antara pepohonan atau di tengah
hutan. Begitu pula warna loreng-loreng akan membuatnya dengan mudah bersembunyi
di antara pepohonan dan tanah.
2. Manusia Berubah
Di
antara sekian banyak makhluk hidup, manusialah yang tampaknya paling mampu
berubah dan mengikuti perubahan. Oleh karena itu, manusia mampu bertahan sampai
sekarang. Dahulu manusia hidup dengan berburu dan mencari makanannya di hutan.
Sekarang ia telah belajar bagaimana beternak dan bercocok tanam sehingga ia
harus belajar merencanakan kehidupannya dengan baik.
Ia
juga menyesuaikan diri dengan perubahan iklim. Ia belajar membaca tanda-tanda
perubahan iklim dan membuat pakaian yang sesuai dengan iklimnya. Di musim
dingin ia mengenakan pakaian yang tebal dan menutupi badannya dengan selimut,
namun di musim panas ia mengenakan pakaian yang lebih tipis dan tidak mengurung
badannya rapat-rapat.
Manusia
belajar dari makhluk lain. Ia belajar mengenali jenis-jenis tanaman yang dapat
dimakan dan dapat dijadikan obat-obatan. Manusia belajar dari katak bagaimana
caranya berenang. Ia belajar dari burung bagaimana caranya menciptakan pesawat
terbang. Ketika simpanse diserang parasit, diare atau malaria, mereka
menggunakan khasiat tumbuhan Aspilia dari keluarga Asteraceae. Daun kasar
tumbuhan Aspilia dapat merangsang pencernaan dan membantu simpanse untuk
menyingkirkan cacing tambang dan cacing perut lainnya. Pengetahuan ini
dimanfaatkan orang-orang di Tanzania untuk mengobati diri mereka.
Manusia
modern belajar mengolah minyak bumi dan batu bara menjadi bahan bakar yang
sangat dibutuhkan dalam hidupnya. Kini dengan semakin menipisnya minyak bumi
dan batu bara, ia dipaksa untuk mengerahkan pikirannya untuk mencari
sumber-sumber energi alternatif. Demikianlah cara manusia berubah dan
menyesuaikan dirinya dengan alam di sekitarnya supaya ia mampu bertahan hidup.
E. Umat Allah yang
Berubah
Umat
Allah juga selalu berubah. Tuhan tidak ingin umat-Nya tetap hidup sama seperti
dahulu. Zaman terus berubah, keadaan selalu berubah, maka gereja dan umat Allah
pun harus ikut berubah pula agar mampu menghadapi dan bertahan dalam
perubahan-perubahan tersebut. Perubahan ini juga dikerjakan oleh Allah sendiri.
Dalam Kitab Yesaya Tuhan Allah berkata demikian: Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang
baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak
membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara. Binatang
hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat
air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk
memberi minum umat pilihan-Ku (Yesaya 43:19–20).
Kata-kata
ini disampaikan Tuhan Allah kepada bangsa Israel yang hidup di pembuangan di
Babel. Mereka hidup merana dan menderita karena tinggal di negeri asing. Apa
yang tampak di hadapan mereka seolah-olah padang gurun dan belantara saja.
Tidak ada kehidupan! Namun Israel tidak akan lebih lama lagi menderita. Tuhan
akan membebaskan mereka. Tuhan akan menciptakan pembaruan. Israel yang
dibebaskan akan menjadi Israel yang baru, umat Allah yang taat.
1. Pembaruan Umat Allah
Pembaruan
selalu menjadi tema penting dalam pesan-pesan Tuhan Allah kepada umat Israel.
Dalam Yosua pasal 24 dikisahkan bahwa Yosua mengumpulkan bangsa Israel di
Sikhem. Yosua sudah lanjut usia dan ia tahu bahwa sebentar lagi ia harus
meninggalkan bangsa itu. Yosua khawatir karena bangsa Israel adalah bangsa yang
keras kepala dan mudah sekali berpaling dari Tuhan. Oleh karena itu, Yosua
mengisahkan kembali perjalanan bangsa itu sejak pertama kali Tuhan memanggil
Abraham dan merencanakan pembentukan bangsa Israel.
Pada
akhir pidatonya yang panjang, Yosua meminta bangsa Israel untuk memilih: ”Tetapi jika
kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan pilihlah pada hari ini
kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah
di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini.
Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!” … Apabila kamu
meninggalkan Tuhan dan beribadah kepada allah asing, maka Ia akan berbalik dari
padamu dan melakukan yang tidak baik kepada kamu serta membinasakan kamu,
setelah Ia melakukan yang baik kepada kamu dahulu” (Yosua 24:15–20).
Mendengar
kata-kata Yosua, seluruh bangsa Israel menjawab, ”Tidak, hanya kepada Tuhan saja kami akan
beribadah.” Apa yang dilakukan oleh Yosua adalah mengajak Israel
untuk melakukan pembaruan perjanjian mereka bersama Tuhan. Pembaruan perjanjian
dan ikatan dengan Allah juga kita lakukan di dalam
kehidupan kita sebagai umat Kristen. Dalam kebaktian Minggu, di banyak gereja,
jemaat diajak untuk mengikrarkan Pengakuan Imannya, entah dengan mengucapkan Pengakuan Iman
Rasuli atau Pengakuan Iman Nicea. Ini adalah suatu bentuk
pembaruan perjanjian kita dengan Tuhan.
2. Gereja sebagai Umat Allah yang Baru
Pada
hari Pentakosta di Yerusalem, para murid mendapatkan pencurahan Roh Kudus. Dengan
pencurahan ini mereka menjadi umat Allah yang baru. Inilah gereja yang
terbentuk sebagai penggenapan nubuat Allah dalam Kitab Yoel: Akan terjadi
pada hari-hari terakhir -- demikianlah firman Allah -- bahwa Aku akan
mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan
perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat
penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. Juga
ke atas hamba-hamba-Ku lakil-aki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada
hari-hari itu dan mereka akan bernubuat. Dan Aku akan mengadakan
mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan
api dan gumpalan-gumpalan asap (Kisah Para Rasul 2:17–19).
Siapakah
yang mendapatkan pencurahan Roh Kudus itu? Siapakah yang mendapatkan
penglihatan dan mimpi-mimpi? Pengalaman istimewa ini tidak lagi terbatas kepada
nabi-nabi dan para pelihat. Kini semua orang mendapatkannya. Roh Allah
dicurahkan kepada anak-anak, laki-laki maupun perempuan, teruna-teruna,
orang-orang tua, bahkan juga para hamba laki-laki dan perempuan. Sungguh suatu
peristiwa yang luar biasa, ketika Roh Allah turun dan tinggal di dalam hati
setiap orang, tanpa memandang kelas dan batas usia, tanpa membedakan laki-laki
dan perempuan.
3. Gereja yang Diperbarui
Gereja
sebagai umat Allah juga terus-menerus mengalami pembaruan. Pada tanggal 31
Oktober 1517, Martin Luther memakukan
95 dalilnya di pintu gereja di Wittenberg, Jerman. Dalam ke-95 dalilnya itu
Luther menuliskan hal-hal yang dianggapnya telah menyimpang yang terjadi di
dalam gereja, antara lain penyalahgunaan kekuasaan kepausan, nepotisme,
penjualan jabatan, penjualan surat-surat pengampunan dosa, dan lain-lain.
Luther menentang kata-kata Johann Tetzel,
seorang imam Dominikan yang mengatakan bahwa ”Begitu uang jatuh berdenting di kotak persembahan, pada saat yang sama
pula jiwa di api penyucian terbang ke surga.”
Kritik
Luther mendapatkan sambutan luas di Eropa. Namun Gereja Katolik Roma tidak diam
saja menghadapi kritik-kritik Luther tersebut. Walaupun di satu pihak gereja
berusaha menekan Luther, di pihak lain Gereja Katolik Roma
pun melakukan kritik diri yang disebut sebagai ”Reformasi Katolik”. Dalam ”Reformasi Katolik” ini terjadi beberapa
pembaruan yang menolong Gereja Katolik berubah dan memperbaiki diri. Dalam
”Reformasi Katolik” ini yang dilakukan antara lain pembentukan ordo-ordo baru
seperti Kapusin, Ursulin, dan Yesuit. Kelompok Yesuit ini menjadi salah satu
yang paling aktif dan efektif. Mereka bekerja keras dalam dunia pendidikan,
membantu dalam pemberitaan, serta menjadi penasihat bagi raja-raja dan para
pangeran. Muncul sejumlah tokoh yang memimpin pembaruan rohani umat, seperti Ignatius dari Loyola, Teresa dari Avila, Yohanes Salib, dan
lain-lain. yang mengembangkan spiritualitas umat, mengajarkan pertobatan batin
kepada Kristus, pendalaman kehidupan doa, dan komitmen kepada kehendak Allah.
4. Pembaruan melalui Gerakan Pentakostal
Gerakan
pentakostal yang melahirkan gereja-gereja Pentakosta dan Karismatik muncul di
Amerika Serikat pada tahun 1901 ketika Agnes
Ozman menerima karunia berbahasa roh di Topeka, Kansas. Gerakan ini muncul
dari kelompok Methodis ketika
sejumlah orang merindukan kegairahan dan kesederhaan dalam beribadah karena
ibadah gereja pada waktu itu menjadi sangat formal dan kaku. Sama seperti apa
yang terjadi pada hari Pentakosta ketika gereja perdana terbentuk, gereja ini
juga menekankan karunia-karunia roh yang dapat dimiliki oleh siapa saja. Orang
tidak perlu mendapatkan pendidikan teologi untuk dapat menjadi pendeta dan
pengkhotbah di gereja. Oleh karena itu, banyak pemimpin gereja pentakostal yang
tidak mendapatkan pendidikan teologi secara formal. Kalaupun ada biasanya hanya
sedikit saja. Keadaan ini sudah semakin berubah sekarang, khususnya ketika
kesadaran akan pentingnya pendidikan teologi sudah semakin berkembang dan
dirasakan sangat dibutuhkan.
Gerakan
pentakostal kini menjadi sebuah kekuatan pembaruan yang luar biasa di dunia.
Jumlah anggota mereka sangat banyak. Sebagian dari gereja-gereja pentakostal
ini bergabung ke dalam Dewan Gereja-Gereja se-Dunia. DGD mengakui gerakan pentakostal sebagai
gerakan gereja yang keempat setelah Gereja Ortodoks Timur, Gereja Katolik Roma,
dan Gereja Protestan. Kehadiran gerakan ini sempat menimbulkan
permasalahan karena banyak gereja yang menganggap bahwa klaim-klaim mereka
dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus itu tidak benar.
Pada
Juli 2014 Paus
Fransiskus berkunjung ke sebuah gereja Pentakosta di Italia dan di
sana beliau meminta maaf atas diskriminasi yang pernah dilakukan oleh Gereja
Katolik Roma terhadap orang-orang pentakostal. Paus berkata: ”Orang-orang
Katolik telah menindas dan menolak orang-orang pentakostal, seolah-olah mereka
orang-orang gila. Saya adalah gembala orang-orang Katolik dan saya meminta Anda
semua memaafkan semua saudara-saudari Katolik saya yang tidak paham dan yang tergoda
oleh iblis.”
Hal
yang sama juga diungkapkan oleh para pemimpin gereja Injili yang menyambut
kedatangan Paus. Pdt.
Dr. Geoff Tunnicliffe, Sekretaris Jenderal Aliansi Injili se-Dunia,
juga meminta maaf karena orang-orang pentakostal juga pernah menganiaya
orang-orang Katolik Roma. “Sungguh alkitabiah dan mencerminkan pesan Yesus...
sehingga harapan saya adalah bahwa tindakan Paus Fransiskus ini akan
mengirimkan pesan yang kuat ke seluruh dunia, khususnya ke negara-negara di
mana terjadi ketegangan yang kuat antara orang-orang Katolik dan injili.”
5. Gereja yang Terus Memperbarui Diri
Ada
sebuah semboyan yang terkenal di kalangan gereja-gereja Reformasi yang
berbunyi, Ecclesia
reformata, ecclesia semper reformanda, atau yang biasa disingkat
menjadi Semper
reformanda saja. Artinya, ”Gereja yang diperbarui adalah gereja yang terus-menerus
memperbarui dirinya.” Kita sudah melihat bagaimana pembaruan
terus-menerus terjadi di dalam gereja, karena gereja terus-menerus menghadapi
tantangan-tantangan yang baru.
Berubah
adalah hukum alam. Apabila gereja tidak berubah, maka gereja itu akan mati
digilas zaman, seperti halnya dinosaurus yang tidak dapat mengubah dirinya
menjadi lebih kecil ketika bumi sudah menjadi semakin penuh oleh berbagai
makhluk hidup dan sumber makanannya pun semakin habis.
Perubahan
seperti apakah yang harus dilakukan oleh gereja? Sebagian orang Kristen yakin
bahwa mereka harus meniru gereja perdana karena itulah gereja yang ”paling
murni”. Mereka meniru cara berpakaian, aturan-aturan gereja, tata ibadah
dan gaya hidup yang mereka yakini dijalankan oleh orang-orang Kristen perdana.
Inilah gereja-gereja yang menyebut dirinya ”restorasionis”,
artinya gerakan untuk memulihkan gereja kembali kepada keadaannya di abad
pertama.
Pada
kenyataannya gereja perdana pun berbeda-beda. Jemaat di Korintus tidak sama dengan
jemaat di Efesus, Kolose, Roma, Galatia, dan lain-lain. Masalah-masalah mereka
tidak sama sehingga cara mereka menghadapi dan menjawab persoalan mereka pun
tidak sama. Hal yang harus dilakukan oleh gereja bukanlah sekadar kembali ke
abad pertama, melainkan menatap ke depan dan menghadapi masalah-masalah yang
menantang kita dengan sungguh-sungguh, sambil memohon berkat dan pimpinan
Tuhan. Sambil mengutip kata-kata Presiden Kennedy, ”Dan mereka yang hanya memandang ke belakang
atau ke masa kini pasti akan kehilangan masa depan,” kita
diperingatkan untuk tidak memandang ke belakang saja atau masa kini saja,
melainkan menatap ke masa depan yang penuh dengan tantangan.
Tantangan
perubahan yang harus dihadapi gereja pada masa kini adalah bagaimana mengajarkan
manusia untuk hidup lebih sederhana sehingga beban terhadap bumi dapat
dikurangi. Dengan jumlah umat manusia yang mencapai 7 miliar lebih, bumi harus
menanggung beban yang sangat besar. Gaya hidup manusia modern yang terlalu
banyak menguras sumber-sumber alam tentu akan mengancam kelangsungan hidup bumi
ini sendiri. Padahal bumi dan segala isinya ini adalah ciptaan Allah dan Allah
sendiri ”melihat
segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik” (Kejadian 1:31).
Buatan Allah yang baik tentu tidak boleh kita biarkan hancur begitu saja.
G. Penutup
Pembaruan
adalah kemampuan yang dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup, termasuk gereja.
Tanpa pembaruan pasti akan terjadi kemusnahan, seperti yang dialami oleh
dinosaurus yang gagal menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan alam di
sekitarnya.
Dalam
sejarahnya, gereja telah berulang kali diperhadapkan dengan tantangan-tantangan
yang berat. Gereja yang berhasil berubah dan mengubah dirinya, mengoreksi
kesalahan-kesalahannya, memperbaiki sikapnya terhadap
perubahan dan lingkungan sekitarnya, akan mampu bertahan.
Namun
perubahan harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan prinsip yang jelas,
supaya perubahan itu tidak terjadi hanya sekadar ikut-ikutan saja. Perubahan
yang sama juga perlu terjadi di dalam kehidupan kita semua sebagai
pribadi-pribadi Kristen, agar kita dapat ikut berjuang melestarikan kehidupan
kita bersama di muka bumi ini.
Nyanyian
Penutup
Referensi:
Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti Untuk SMP Kelas IX / Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.-- Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2018.
Ilustrasi Tuhan Memelihara Kehidupan Gereja dari https://gbibumianggrek.com/
Baca juga:
PAK Kelas 9 Semester 1 | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar