Minggu, 27 Februari 2022

Gereja yang Memperbarui Diri

 

Ilustrasi Tuhan Memelihara Kehidupan Gereja
Ilustrasi Tuhan Memelihara Kehidupan Gereja

Bahan Alkitab

2 Korintus 5:17

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

Mazmur 104:30

Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.

Yesaya 43:19–20

Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara.  Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku;

Yosua 24

Kemudian Yosua mengumpulkan semua suku orang Israel di Sikhem. Dipanggilnya para tua-tua orang Israel, para kepalanya, para hakimnya dan para pengatur pasukannya, lalu mereka berdiri di hadapan Allah. Berkatalah Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Dahulu kala di seberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. Tetapi Aku mengambil Abraham, bapamu itu, dari seberang sungai Efrat, dan menyuruh dia menjelajahi seluruh tanah Kanaan. Aku membuat banyak keturunannya dan memberikan Ishak kepadanya. Kepada Ishak Kuberikan Yakub dan Esau. Kepada Esau Kuberikan pegunungan Seir menjadi miliknya, sedang Yakub serta anak-anaknya pergi ke Mesir. Lalu Aku mengutus Musa serta Harun dan menulahi Mesir, seperti yang Kulakukan di tengah-tengah mereka, kemudian Aku membawa kamu keluar. Setelah Aku membawa nenek moyangmu keluar dari Mesir dan kamu sampai ke laut, lalu orang Mesir mengejar nenek moyangmu dengan kereta dan orang berkuda ke Laut Teberau. Sebab itu berteriak-teriaklah mereka kepada TUHAN, maka diadakan-Nya gelap antara kamu dan orang Mesir itu dan didatangkan-Nya air laut atas mereka, sehingga mereka diliputi. Dan matamu sendiri telah melihat, apa yang Kulakukan terhadap Mesir. Sesudah itu lama kamu diam di padang gurun. Aku membawa kamu ke negeri orang Amori yang diam di seberang sungai Yordan, dan ketika mereka berperang melawan kamu, mereka Kuserahkan ke dalam tanganmu, sehingga kamu menduduki negerinya, sedang mereka Kupunahkan dari depan kamu. Ketika itu Balak bin Zipor, raja Moab, bangkit berperang melawan orang Israel. Disuruhnya memanggil Bileam bin Beor untuk mengutuki kamu. Tetapi Aku tidak mau mendengarkan Bileam, sehingga ia pun memberkati kamu. Demikianlah Aku melepaskan kamu dari tangannya. Setelah kamu menyeberangi sungai Yordan dan sampai ke Yerikho, berperanglah melawan kamu warga-warga kota Yerikho, orang Amori, orang Feris, orang Kanaan, orang Het, orang Girgasi, orang Hewi dan orang Yebus, tetapi mereka itu Kuserahkan ke dalam tanganmu. Kemudian Aku melepaskan tabuhan mendahului kamu dan binatang-binatang ini menghalau mereka dari depanmu, seperti kedua raja orang Amori itu. Sesungguhnya, bukan oleh pedangmu dan bukan pula oleh panahmu. Demikianlah Kuberikan kepadamu negeri yang kamu peroleh tanpa bersusah-susah dan kota-kota yang tidak kamu dirikan, tetapi kamulah yang diam di dalamnya; juga kebun-kebun anggur dan kebun-kebun zaitun yang tidak kamu tanami, kamulah yang makan hasilnya.

Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir, dan beribadahlah kepada TUHAN.  Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"

Lalu bangsa itu menjawab: "Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! Sebab TUHAN, Allah kita, Dialah yang telah menuntun kita dan nenek moyang kita dari tanah Mesir, dari rumah perbudakan, dan yang telah melakukan tanda-tanda mujizat yang besar ini di depan mata kita sendiri, dan yang telah melindungi kita sepanjang jalan yang kita tempuh, dan di antara semua bangsa yang kita lalui, TUHAN menghalau semua bangsa dan orang Amori, penduduk negeri ini, dari depan kita. Kami pun akan beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah kita."

Tetapi Yosua berkata kepada bangsa itu: "Tidaklah kamu sanggup beribadah kepada TUHAN, sebab Dialah Allah yang kudus, Dialah Allah yang cemburu. Ia tidak akan mengampuni kesalahan dan dosamu. Apabila kamu meninggalkan TUHAN dan beribadah kepada allah asing, maka Ia akan berbalik dari padamu dan melakukan yang tidak baik kepada kamu serta membinasakan kamu, setelah Ia melakukan yang baik kepada kamu dahulu."

Tetapi bangsa itu berkata kepada Yosua: "Tidak, hanya kepada TUHAN saja kami akan beribadah. "Kemudian berkatalah Yosua kepada bangsa itu: "Kamulah saksi terhadap kamu sendiri, bahwa kamu telah memilih TUHAN untuk beribadah kepada-Nya." Jawab mereka: "Kamilah saksi!"

Ia berkata: "Maka sekarang, jauhkanlah allah asing yang ada di tengah-tengah kamu dan condongkanlah hatimu kepada TUHAN, Allah Israel." Lalu jawab bangsa itu kepada Yosua: "Kepada TUHAN, Allah kita, kami akan beribadah, dan firman-Nya akan kami dengarkan." Pada hari itu juga Yosua mengikat perjanjian dengan bangsa itu dan membuat ketetapan dan peraturan bagi mereka di Sikhem. Yosua menuliskan semuanya itu dalam kitab hukum Allah, lalu ia mengambil batu yang besar dan mendirikannya di sana, di bawah pohon besar, di tempat kudus TUHAN. Kata Yosua kepada seluruh bangsa itu: "Sesungguhnya batu inilah akan menjadi saksi terhadap kita, sebab telah didengarnya segala firman TUHAN yang diucapkan-Nya kepada kita. Sebab itu batu ini akan menjadi saksi terhadap kamu, supaya kamu jangan menyangkal Allahmu."

Sesudah itu Yosua melepas bangsa itu pergi, masing-masing ke milik pusakanya. Dan sesudah peristiwa-peristiwa ini, maka matilah Yosua bin Nun, hamba TUHAN itu, ketika berumur seratus sepuluh tahun. Lalu ia dikuburkan di daerah milik pusakanya, di Timnat-Serah yang di pegunungan Efraim, di sebelah utara gunung Gaas. Orang Israel beribadah kepada TUHAN sepanjang zaman Yosua dan sepanjang zaman para tua-tua yang hidup lebih lama dari pada Yosua, dan yang mengenal segenap perbuatan yang dilakukan TUHAN bagi orang Israel. Tulang-tulang Yusuf, yang dibawa orang Israel dari Mesir, dikuburkan mereka di Sikhem, di tanah milik yang dibeli Yakub dengan harga seratus kesita dari anak-anak Hemor, bapa Sikhem, dan yang ditentukan bagi bani Yusuf menjadi milik pusaka mereka. Juga Eleazar bin Harun mati, dan dia dikuburkan di bukit yang diberikan kepada Pinehas, anaknya itu, di pegunungan Efraim.


A. Pendahuluan

Marilah kita memuji Tuhan dengan menyanyikan lagu PKJ 239 ”Perubahan Besar”. Do = A; 4/4.

PKJ 239 ”Perubahan Besar”. Do = A; 4/4.


B. Cerita ”Kucing di Biara”

Setiap malam kepala biara dan murid-muridnya mengadakan doa malam, dan setiap kali kucing di biara itu selalu datang mengganggu mereka. Oleh karena itu, kepala biara menyuruh mereka mengikat kucing itu setiap kali waktu doa tiba. Setelah kepala biara meninggal dunia, kucing itu terus diikat setiap kali waktu doa tiba. Ketika kucing itu mati, para murid mencari seekor kucing yang lain dan dibawa ke dalam asrama dan diikat untuk memastikan bahwa perintah-perintah kepala biara ditaati pada setiap kali waktu berdoa tiba. Berabad-abad kemudian berlalu dan murid-murid kepala biara menulis tulisan-tulisan ilmiah tentang makna keagamaan dalam mengikat seekor kucing pada saat berdoa. (Zen Buddhist Stories).


C. Gereja dan Tradisi

Cerita tentang ”Kucing di Biara” mengingatkan kita akan suatu kebiasaan yang muncul tanpa disengaja dan kemudian dijadikan suatu kebiasaan. Aktivitas yang menjadi kebiasaan diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya disebut ”tradisi”. Kata ”tradisi” berasal dari bahasa Latin, yaitu traditio yang artinya ”sesuatu yang diwariskan”, ”sesuatu yang diturunkan kepada pihak penerus”, atau ”kebiasaan”. Kebiasaan ini adalah suatu praktik yang sudah diterima sebagai sesuatu yang sudah seharusnya ada. Orang tidak lagi mempertanyakannya karena hal itu dianggap sebagai suatu kebenaran yang mutlak.

Kebiasaan-kebiasaan apakah yang ada di dalam gereja? Apa yang ada di gereja kita tidak selamanya demikian. Di masa lampau ada kebiasaan untuk menahbiskan hanya laki-laki untuk menjadi pendeta. Perempuan dilarang menjadi pendeta karena dianggap tidak layak atau tidak cocok. Urusan perempuan hanya di dalam rumah tangga saja. Sedangkan urusan di luar rumah tangga dan kehidupan keluarga menjadi urusan laki-laki. Oleh karena itu, hanya laki-laki yang boleh menjadi pendeta. Padahal, seperti yang sudah kita bahas dalam Bab 1, gereja perdana adalah gereja yang terbuka, gereja yang merangkul semua pihak yang tersingkirkan. Gereja ternyata adalah sebuah komunitas yang revolusioner dan mengakui kepemimpinan perempuan di gereja.


1. Kepemimpinan Perempuan

Kini sudah banyak gereja yang mengakui perempuan sebagai pemimpinnya. Baru-baru ini, Gereja Anglikan di Inggris mengambil keputusan untuk membolehkan perempuan menjadi uskup mereka. Namun demikian, masih ada gereja-gereja yang belum dapat menerima perempuan sebagai pendeta mereka. Untuk mendukung pernyataan bahwa perempuan tidak layak menjadi pemimpin gereja, beberapa pemimpin Kristen mencoba mencari alasan teologisnya. Ada yang mengatakan perempuan tidak boleh menjadi pendeta karena Yesus hanya memanggil laki-laki sebagai murid-murid-Nya. Sebagai pemimpin ibadah, pendeta berdiri sebagai wakil Yesus. Oleh karena Yesus laki-laki, maka hanya laki-laki sajalah yang paling tepat berdiri sebagai wakil Yesus di dalam kebaktian. Ada juga yang mengutip kata-kata Paulus dalam 1 Korintus 14:34; Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.

Ayat lain yang juga sering digunakan untuk menolak perempuan menjadi pendeta adalah 1 Timotius 2:11–12: ”Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.”


2. Peribadahan

Masalah lain yang berkaitan dengan tradisi adalah penggunaan alat-alat musik dalam kebaktian. Alat musik apakah yang layak dan tidak layak dipergunakan? Dari warisan tradisi kebaktian yang diturunkan oleh para misionaris Belanda, banyak gereja di Indonesia hanya menggunakan piano dan organ untuk mengiringi nyanyian jemaat. Alat-alat musik yang lain dianggap tabu. Misalnya, gitar dianggap tidak layak dipergunakan dalam kebaktian. Begitu pula alat-alat musik tradisional seperti gamelan atau gondang Batak dianggap tidak boleh dimainkan dalam kebaktian-kebaktian di gereja karena dianggap sebagai musik orang kafir. Akan tetapi, sekarang pandangan itu sudah berubah. Oleh karena itu, sekarang kita melihat banyak sekali gereja yang mengembangkan musik kreatif dengan alat-alat musik yang diangkat dari tradisi setempat. Semua ini membuat ibadah menjadi semakin kaya. Orang dapat merasakan bagaimana menyembah Tuhan dengan musik setempat, dengan alat-alat musik yang akrab di telinga mereka selama ini. Hal ini sejiwa dengan apa yang dikatakan dalam Mazmur 150:1–6; Haleluya! Pujilah Allah dalam tempat kudus-Nya! Pujilah Dia dalam cakrawala-Nya yang kuat! Pujilah Dia karena segala keperkasaan-Nya, pujilah Dia sesuai dengan kebesaran-Nya yang hebat! Pujilah Dia dengan tiupan sangkakala, pujilah Dia dengan gambus dan kecapi! Pujilah Dia dengan rebana dan tari-tarian, pujilah Dia dengan permainan kecapi dan seruling! Pujilah Dia dengan ceracap yang berdenting, pujilah Dia dengan ceracap yang berdentang!  Biarlah segala yang bernafas memuji TUHAN! Haleluya!

Dalam Mazmur yang singkat ini kita dapat menemukan seruan agar manusia memuji Tuhan Allah dengan berbagai alat musik. Dalam enam ayat ini kita menemukan tujuh alat musik yang disebutkan. Tampaknya semuanya mewakili berbagai alat musik yang digunakan dalam ibadah orang Israel dahulu.


3. Pemikiran teologis

Perubahan berikutnya yang perlu kita pahami adalah perubahan dalam perkembangan teologinya. Banyak orang yang keliru memahami dan menganggap bahwa teologi datang sebagai wahyu dari Allah kepada manusia. Banyak orang tidak paham bahwa teologi atau ilmu tentang ketuhanan adalah hasil refleksi dan pergumulan iman manusia dengan konteksnya sehari-hari.

Galileo Galilei (1564-1642)
 

Salah satu contoh tentang perubahan dalam pemikiran teologis adalah pemahaman mengenai bumi dan matahari. Manusia di masa lampau percaya bahwa matahari berputar mengelilingi bumi. Pendapat ini disanggah oleh Galileo Galilei (1564-1642), seorang ahli astronomi. Pada tahun 1610, Galileo menerbitkan bukunya ”Sidereus Nuncius” yang memuat hasil pengamatannya dengan menggunakan teleskop yang baru terhadap bagian-bagian bulan, bulan-bulan yang mengorbit di sekitar Yupiter, bagian-bagian Venus, dan lain-lain. Dari pengamatannya itu ia menyimpulkan bahwa bumilah yang beredar mengelilingi matahari, bukan sebaliknya.

Tulisan Galileo ini menimbulkan persoalan bagi para teolog pada waktu itu karena menganut pandangan Aristoteles dan Ptolemeus yang berpandangan geosentris, yaitu bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi.

Secara khusus Galileo mengatakan bahwa Venus berputar mengelilingi matahari. Begitu pula dengan bulan-bulan yang mengorbit Yupiter. Para astronom Yesuit, pakar ajaran gereja, ilmu pengetahuan, dan filsafat pengetahuan alam, mula-mula menentang kesimpulan Galileo. Namun dalam satu atau dua tahun kemudian, ketika teleskop yang lebih baik ditemukan, mereka pun dapat melakukan pengamatan yang sama sehingga mereka memahami pendapat Galileo.

Pada tahun 1632, Galileo menerbitkan bukunya yang berjudul ”Dialog Mengenai Dua Sistem Utama Dunia” yang secara tersirat membela pemahamannya tentang heliosentrisme bahwa benda-benda di langit, planet-planet dan bumi berputar mengedari matahari sebagai pusatnya. Pada 1633 Dewan Inkuisisi Gereja yang bertugas memeriksa ajaran-ajaran sesat menyatakan bahwa Galileo bersalah karena ”dicurigai mengajarkan ajaran yang sesat”. Galileo dijatuhi hukuman penjara tanpa batas, sampai ia meninggal pada tahun 1642. Baru pada tahun 1992, Paus Yohanes Paulus II menyatakan Gereja menyesal karena telah menyatakan Galileo sebagai penyesat.

Sebuah pemikiran teologis lain yang mengalami perubahan adalah pandangan orang Kristen terhadap orang-orang kulit hitam dan orang kulit berwarna lainnya. Pada masa lampau di dunia barat, termasuk di Afrika Selatan, orang Kristen kulit putih menganggap orang kulit hitam dan kulit berwarna lainnya lebih rendah derajatnya daripada orang kulit putih. Oleh karena itu mereka layak dijadikan budak. Mereka mengajukan dasar-dasar teologis yang mengatakan bahwa orang-orang kulit putih adalah keturunan Yafet, anak Nuh. Sementara itu orang-orang kulit hitam adalah keturunan Ham, anak Nuh yang dikutuk setelah melihat Nuh tidur telanjang karena mabuk dan malah menceritakannya kepada saudara-saudaranya (lihat Kejadian 9:22, 25–27). Untunglah sekarang orang sudah lebih cerdas dan bijaksana sehingga pemikiran ini sudah ditinggalkan.


D. Perubahan sebagai Hukum Kehidupan

Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, pernah mengatakan, ”Waktu dan dunia tidak diam saja. Perubahan adalah hukum kehidupan. Mereka yang hanya memandang ke belakang atau ke masa kini pasti akan kehilangan masa depan.” Kata-kata Kennedy ini sangat penting.

Dalam dunia binatang kita dapat menemukan bagaimana kemampuan berubah itu sangat dibutuhkan sebagian binatang untuk menyelamatkan diri. Misalnya, bunglon, terkenal karena dapat dengan cepat mengubah warna kulitnya sehingga sesuai dengan warna lingkungan di sekitarnya. Apabila ia berada di sekitar dedaunan, warnanya akan berubah menjadi hijau. Begitu juga kalau ia berada di atas sebatang kayu, warnanya akan berubah menjadi kecoklatan. Perubahan inilah yang dapat membuat bunglon menyelamatkan diri dari binatang pemangsanya. Inilah cara bertahan yang disebut oleh para ahli biologi sebagai mimikri.


1. Mimikri sebagai Mekanisme Perlindungan Diri

Gambar Bunglon

Mimikri pertama kali ditemukan oleh Henry Walter Bates, sahabat Charles Darwin yang datang dari Inggris ke Brasil pada tahun 1832 untuk melakukan penelitian alam. Di sana ia bertemu dengan seorang pakar ilmu alam dari Jerman yang bernama Fritz Müller. Bates dan Müller menemukan beberapa jenis kupu-kupu yang pola sayapnya terang mirip sekali dengan kupu-kupu dari jenis lain di daerah itu. Setelah berpikir keras mengapa kupu-kupu itu meniru jenis kupu-kupu yang lain, Bates dan Müller tiba pada kesimpulan bahwa kupu-kupu itu meniru jenis kupu-kupu lain yang beracun yang tidak dapat dimakan oleh burung-burung dan kadal, sehingga mereka tidak akan diserang oleh binatang-binatang pemangsa itu.

Mimikri adalah mekanisme perlindungan diri yang dikaruniakan Tuhan kepada jenis-jenis makhluk tertentu, binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Dengan mekanisme ini, mereka dapat mempertahankan diri dari serangan-serangan musuh yang berbahaya serta menjaga kelangsungan hidup mereka dan keturunannya. Luar biasa, bukan?

Apa yang dilakukan oleh binatang atau tanaman tertentu dalam alam untuk menyelamatkan dirinya, diadopsi di dunia kemiliteran. Di masa lampau tentara berperang dengan mengenakan pakaian yang mencolok. Mereka berdiri berbaris berhadap-hadapan lalu saling menembak. Namun sejak Perang Dunia II cara berperang berubah karena cara yang lama dianggap bodoh dan memakan terlalu banyak korban. Kini tentara bersembunyi menyerang musuhnya dari tempat-tempat tersebut. Untuk menolong persembunyian mereka, seragam militer pun diubah. Mereka tidak lagi menggunakan pakaian berwarna mencolok, tetapi seragam hijau atau loreng-loreng. Mengapa warna-warna itu yang dipilih? Kembali kita melihat bahwa semua itu dilakukan untuk menyelamatkan diri dari musuh. Warna hijau akan membuat seorang anggota pasukan menghilang di antara pepohonan atau di tengah hutan. Begitu pula warna loreng-loreng akan membuatnya dengan mudah bersembunyi di antara pepohonan dan tanah.


2. Manusia Berubah

Di antara sekian banyak makhluk hidup, manusialah yang tampaknya paling mampu berubah dan mengikuti perubahan. Oleh karena itu, manusia mampu bertahan sampai sekarang. Dahulu manusia hidup dengan berburu dan mencari makanannya di hutan. Sekarang ia telah belajar bagaimana beternak dan bercocok tanam sehingga ia harus belajar merencanakan kehidupannya dengan baik.

Ia juga menyesuaikan diri dengan perubahan iklim. Ia belajar membaca tanda-tanda perubahan iklim dan membuat pakaian yang sesuai dengan iklimnya. Di musim dingin ia mengenakan pakaian yang tebal dan menutupi badannya dengan selimut, namun di musim panas ia mengenakan pakaian yang lebih tipis dan tidak mengurung badannya rapat-rapat.

Manusia belajar dari makhluk lain. Ia belajar mengenali jenis-jenis tanaman yang dapat dimakan dan dapat dijadikan obat-obatan. Manusia belajar dari katak bagaimana caranya berenang. Ia belajar dari burung bagaimana caranya menciptakan pesawat terbang. Ketika simpanse diserang parasit, diare atau malaria, mereka menggunakan khasiat tumbuhan Aspilia dari keluarga Asteraceae. Daun kasar tumbuhan Aspilia dapat merangsang pencernaan dan membantu simpanse untuk menyingkirkan cacing tambang dan cacing perut lainnya. Pengetahuan ini dimanfaatkan orang-orang di Tanzania untuk mengobati diri mereka.

Manusia modern belajar mengolah minyak bumi dan batu bara menjadi bahan bakar yang sangat dibutuhkan dalam hidupnya. Kini dengan semakin menipisnya minyak bumi dan batu bara, ia dipaksa untuk mengerahkan pikirannya untuk mencari sumber-sumber energi alternatif. Demikianlah cara manusia berubah dan menyesuaikan dirinya dengan alam di sekitarnya supaya ia mampu bertahan hidup.


E. Umat Allah yang Berubah

Umat Allah juga selalu berubah. Tuhan tidak ingin umat-Nya tetap hidup sama seperti dahulu. Zaman terus berubah, keadaan selalu berubah, maka gereja dan umat Allah pun harus ikut berubah pula agar mampu menghadapi dan bertahan dalam perubahan-perubahan tersebut. Perubahan ini juga dikerjakan oleh Allah sendiri. Dalam Kitab Yesaya Tuhan Allah berkata demikian: Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara. Binatang hutan akan memuliakan Aku, serigala dan burung unta, sebab Aku telah membuat air memancar di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara, untuk memberi minum umat pilihan-Ku (Yesaya 43:19–20).

Kata-kata ini disampaikan Tuhan Allah kepada bangsa Israel yang hidup di pembuangan di Babel. Mereka hidup merana dan menderita karena tinggal di negeri asing. Apa yang tampak di hadapan mereka seolah-olah padang gurun dan belantara saja. Tidak ada kehidupan! Namun Israel tidak akan lebih lama lagi menderita. Tuhan akan membebaskan mereka. Tuhan akan menciptakan pembaruan. Israel yang dibebaskan akan menjadi Israel yang baru, umat Allah yang taat.


1. Pembaruan Umat Allah

Pembaruan selalu menjadi tema penting dalam pesan-pesan Tuhan Allah kepada umat Israel. Dalam Yosua pasal 24 dikisahkan bahwa Yosua mengumpulkan bangsa Israel di Sikhem. Yosua sudah lanjut usia dan ia tahu bahwa sebentar lagi ia harus meninggalkan bangsa itu. Yosua khawatir karena bangsa Israel adalah bangsa yang keras kepala dan mudah sekali berpaling dari Tuhan. Oleh karena itu, Yosua mengisahkan kembali perjalanan bangsa itu sejak pertama kali Tuhan memanggil Abraham dan merencanakan pembentukan bangsa Israel.

Pada akhir pidatonya yang panjang, Yosua meminta bangsa Israel untuk memilih: ”Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan!” … Apabila kamu meninggalkan Tuhan dan beribadah kepada allah asing, maka Ia akan berbalik dari padamu dan melakukan yang tidak baik kepada kamu serta membinasakan kamu, setelah Ia melakukan yang baik kepada kamu dahulu” (Yosua 24:15–20).

Mendengar kata-kata Yosua, seluruh bangsa Israel menjawab, Tidak, hanya kepada Tuhan saja kami akan beribadah.” Apa yang dilakukan oleh Yosua adalah mengajak Israel untuk melakukan pembaruan perjanjian mereka bersama Tuhan. Pembaruan perjanjian dan ikatan dengan Allah juga kita lakukan di dalam kehidupan kita sebagai umat Kristen. Dalam kebaktian Minggu, di banyak gereja, jemaat diajak untuk mengikrarkan Pengakuan Imannya, entah dengan mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli atau Pengakuan Iman Nicea. Ini adalah suatu bentuk pembaruan perjanjian kita dengan Tuhan.


2. Gereja sebagai Umat Allah yang Baru

Pada hari Pentakosta di Yerusalem, para murid mendapatkan pencurahan Roh Kudus. Dengan pencurahan ini mereka menjadi umat Allah yang baru. Inilah gereja yang terbentuk sebagai penggenapan nubuat Allah dalam Kitab Yoel: Akan terjadi pada hari-hari terakhir -- demikianlah firman Allah -- bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku lakil-aki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat. Dan Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap (Kisah Para Rasul 2:17–19).

Siapakah yang mendapatkan pencurahan Roh Kudus itu? Siapakah yang mendapatkan penglihatan dan mimpi-mimpi? Pengalaman istimewa ini tidak lagi terbatas kepada nabi-nabi dan para pelihat. Kini semua orang mendapatkannya. Roh Allah dicurahkan kepada anak-anak, laki-laki maupun perempuan, teruna-teruna, orang-orang tua, bahkan juga para hamba laki-laki dan perempuan. Sungguh suatu peristiwa yang luar biasa, ketika Roh Allah turun dan tinggal di dalam hati setiap orang, tanpa memandang kelas dan batas usia, tanpa membedakan laki-laki dan perempuan.


3. Gereja yang Diperbarui

Gereja sebagai umat Allah juga terus-menerus mengalami pembaruan. Pada tanggal 31 Oktober 1517, Martin Luther memakukan 95 dalilnya di pintu gereja di Wittenberg, Jerman. Dalam ke-95 dalilnya itu Luther menuliskan hal-hal yang dianggapnya telah menyimpang yang terjadi di dalam gereja, antara lain penyalahgunaan kekuasaan kepausan, nepotisme, penjualan jabatan, penjualan surat-surat pengampunan dosa, dan lain-lain. Luther menentang kata-kata Johann Tetzel, seorang imam Dominikan yang mengatakan bahwa ”Begitu uang jatuh berdenting di kotak persembahan, pada saat yang sama pula jiwa di api penyucian terbang ke surga.”

Kritik Luther mendapatkan sambutan luas di Eropa. Namun Gereja Katolik Roma tidak diam saja menghadapi kritik-kritik Luther tersebut. Walaupun di satu pihak gereja berusaha menekan Luther, di pihak lain Gereja Katolik Roma pun melakukan kritik diri yang disebut sebagai ”Reformasi Katolik”. Dalam ”Reformasi Katolik” ini terjadi beberapa pembaruan yang menolong Gereja Katolik berubah dan memperbaiki diri. Dalam ”Reformasi Katolik” ini yang dilakukan antara lain pembentukan ordo-ordo baru seperti Kapusin, Ursulin, dan Yesuit. Kelompok Yesuit ini menjadi salah satu yang paling aktif dan efektif. Mereka bekerja keras dalam dunia pendidikan, membantu dalam pemberitaan, serta menjadi penasihat bagi raja-raja dan para pangeran. Muncul sejumlah tokoh yang memimpin pembaruan rohani umat, seperti Ignatius dari Loyola, Teresa dari Avila, Yohanes Salib, dan lain-lain. yang mengembangkan spiritualitas umat, mengajarkan pertobatan batin kepada Kristus, pendalaman kehidupan doa, dan komitmen kepada kehendak Allah.


4. Pembaruan melalui Gerakan Pentakostal

Gerakan pentakostal yang melahirkan gereja-gereja Pentakosta dan Karismatik muncul di Amerika Serikat pada tahun 1901 ketika Agnes Ozman menerima karunia berbahasa roh di Topeka, Kansas. Gerakan ini muncul dari kelompok Methodis ketika sejumlah orang merindukan kegairahan dan kesederhaan dalam beribadah karena ibadah gereja pada waktu itu menjadi sangat formal dan kaku. Sama seperti apa yang terjadi pada hari Pentakosta ketika gereja perdana terbentuk, gereja ini juga menekankan karunia-karunia roh yang dapat dimiliki oleh siapa saja. Orang tidak perlu mendapatkan pendidikan teologi untuk dapat menjadi pendeta dan pengkhotbah di gereja. Oleh karena itu, banyak pemimpin gereja pentakostal yang tidak mendapatkan pendidikan teologi secara formal. Kalaupun ada biasanya hanya sedikit saja. Keadaan ini sudah semakin berubah sekarang, khususnya ketika kesadaran akan pentingnya pendidikan teologi sudah semakin berkembang dan dirasakan sangat dibutuhkan.

Gerakan pentakostal kini menjadi sebuah kekuatan pembaruan yang luar biasa di dunia. Jumlah anggota mereka sangat banyak. Sebagian dari gereja-gereja pentakostal ini bergabung ke dalam Dewan Gereja-Gereja se-Dunia. DGD mengakui gerakan pentakostal sebagai gerakan gereja yang keempat setelah Gereja Ortodoks Timur, Gereja Katolik Roma, dan Gereja Protestan. Kehadiran gerakan ini sempat menimbulkan permasalahan karena banyak gereja yang menganggap bahwa klaim-klaim mereka dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus itu tidak benar.

Pada Juli 2014 Paus Fransiskus berkunjung ke sebuah gereja Pentakosta di Italia dan di sana beliau meminta maaf atas diskriminasi yang pernah dilakukan oleh Gereja Katolik Roma terhadap orang-orang pentakostal. Paus berkata: Orang-orang Katolik telah menindas dan menolak orang-orang pentakostal, seolah-olah mereka orang-orang gila. Saya adalah gembala orang-orang Katolik dan saya meminta Anda semua memaafkan semua saudara-saudari Katolik saya yang tidak paham dan yang tergoda oleh iblis.”

Gambar Pdt. Dr. Geoff Tunnicliffe, Sekretaris Jenderal Aliansi Injili se-Dunia

Hal yang sama juga diungkapkan oleh para pemimpin gereja Injili yang menyambut kedatangan Paus. Pdt. Dr. Geoff Tunnicliffe, Sekretaris Jenderal Aliansi Injili se-Dunia, juga meminta maaf karena orang-orang pentakostal juga pernah menganiaya orang-orang Katolik Roma. “Sungguh alkitabiah dan mencerminkan pesan Yesus... sehingga harapan saya adalah bahwa tindakan Paus Fransiskus ini akan mengirimkan pesan yang kuat ke seluruh dunia, khususnya ke negara-negara di mana terjadi ketegangan yang kuat antara orang-orang Katolik dan injili.”


5. Gereja yang Terus Memperbarui Diri

Ada sebuah semboyan yang terkenal di kalangan gereja-gereja Reformasi yang berbunyi, Ecclesia reformata, ecclesia semper reformanda, atau yang biasa disingkat menjadi Semper reformanda saja. Artinya, Gereja yang diperbarui adalah gereja yang terus-menerus memperbarui dirinya.” Kita sudah melihat bagaimana pembaruan terus-menerus terjadi di dalam gereja, karena gereja terus-menerus menghadapi tantangan-tantangan yang baru.

Berubah adalah hukum alam. Apabila gereja tidak berubah, maka gereja itu akan mati digilas zaman, seperti halnya dinosaurus yang tidak dapat mengubah dirinya menjadi lebih kecil ketika bumi sudah menjadi semakin penuh oleh berbagai makhluk hidup dan sumber makanannya pun semakin habis.

Perubahan seperti apakah yang harus dilakukan oleh gereja? Sebagian orang Kristen yakin bahwa mereka harus meniru gereja perdana karena itulah gereja yang ”paling murni”. Mereka meniru cara berpakaian, aturan-aturan gereja, tata ibadah dan gaya hidup yang mereka yakini dijalankan oleh orang-orang Kristen perdana. Inilah gereja-gereja yang menyebut dirinya ”restorasionis”, artinya gerakan untuk memulihkan gereja kembali kepada keadaannya di abad pertama.

Pada kenyataannya gereja perdana pun berbeda-beda. Jemaat di Korintus tidak sama dengan jemaat di Efesus, Kolose, Roma, Galatia, dan lain-lain. Masalah-masalah mereka tidak sama sehingga cara mereka menghadapi dan menjawab persoalan mereka pun tidak sama. Hal yang harus dilakukan oleh gereja bukanlah sekadar kembali ke abad pertama, melainkan menatap ke depan dan menghadapi masalah-masalah yang menantang kita dengan sungguh-sungguh, sambil memohon berkat dan pimpinan Tuhan. Sambil mengutip kata-kata Presiden Kennedy, ”Dan mereka yang hanya memandang ke belakang atau ke masa kini pasti akan kehilangan masa depan,” kita diperingatkan untuk tidak memandang ke belakang saja atau masa kini saja, melainkan menatap ke masa depan yang penuh dengan tantangan.

Tantangan perubahan yang harus dihadapi gereja pada masa kini adalah bagaimana mengajarkan manusia untuk hidup lebih sederhana sehingga beban terhadap bumi dapat dikurangi. Dengan jumlah umat manusia yang mencapai 7 miliar lebih, bumi harus menanggung beban yang sangat besar. Gaya hidup manusia modern yang terlalu banyak menguras sumber-sumber alam tentu akan mengancam kelangsungan hidup bumi ini sendiri. Padahal bumi dan segala isinya ini adalah ciptaan Allah dan Allah sendiri ”melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik” (Kejadian 1:31). Buatan Allah yang baik tentu tidak boleh kita biarkan hancur begitu saja.


G. Penutup

Pembaruan adalah kemampuan yang dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup, termasuk gereja. Tanpa pembaruan pasti akan terjadi kemusnahan, seperti yang dialami oleh dinosaurus yang gagal menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan alam di sekitarnya.

Dalam sejarahnya, gereja telah berulang kali diperhadapkan dengan tantangan-tantangan yang berat. Gereja yang berhasil berubah dan mengubah dirinya, mengoreksi kesalahan-kesalahannya, memperbaiki sikapnya terhadap perubahan dan lingkungan sekitarnya, akan mampu bertahan.

Namun perubahan harus dilakukan dengan hati-hati dan dengan prinsip yang jelas, supaya perubahan itu tidak terjadi hanya sekadar ikut-ikutan saja. Perubahan yang sama juga perlu terjadi di dalam kehidupan kita semua sebagai pribadi-pribadi Kristen, agar kita dapat ikut berjuang melestarikan kehidupan kita bersama di muka bumi ini.

Nyanyian Penutup

KJ 405 ”Kaulah, Ya Tuhan, Surya Hidupku”

Referensi:

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti  Untuk SMP Kelas IX / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.

Ilustrasi Tuhan Memelihara Kehidupan Gereja dari https://gbibumianggrek.com/ 

Baca juga:

PAK Kelas 9 Semester 1

01

Gereja Sebagai Umat Allah yang Baru

02

Mengenal Gerejaku

03

Gereja yang Hidup di Dunia

04

Gereja yang Bersaksi dan Melayani di Dunia

05

Gereja yang Bergumul di Dunia

06

Gereja dan Orang Muda

07

Gereja yang Memperbarui Diri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar