Senin, 31 Januari 2022

Gereja yang Hidup di Dunia

 

Sabda Yesus, karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku
Sabda Yesus: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku"

Bahan Alkitab

Matius 28:16–20;

Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.  Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Kisah Para Rasul 6:1–6;

Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."Usul itu diterima baik oleh seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang penganut agama Yahudi dari Antiokhia. Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itu pun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.

Kisah Para Rasul 2:44–47;

Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.  

1 Korintus 11:20–34;

Apabila kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan. Sebab pada perjamuan itu tiap-tiap orang memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang seorang lapar dan yang lain mabuk. Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri untuk makan dan minum? Atau maukah kamu menghinakan Jemaat Allah dan memalukan orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa? Apakah yang kukatakan kepada kamu? Memuji kamu? Dalam hal ini aku tidak memuji. Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia. Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan, nantikanlah olehmu seorang akan yang lain. Kalau ada orang yang lapar, baiklah ia makan dahulu di rumahnya, supaya jangan kamu berkumpul untuk dihukum. Hal-hal yang lain akan kuatur, kalau aku datang.


A. Pendahuluan

Marilah kita berdoa, lalu menyanyikan lagu NKB 200:1–3 ”Di Jalan Hidup yang Lebar, Sempit”. Do = a; ¾

NKB 200 Di Jalan Hidup yang Lebar Sempit

Sebutkan apa saja kegiatan yang dilakukan oleh gerejamu pada hari Minggu hingga Sabtu! Selain Kebaktian Minggu Apa lagi? Pada hari-hari yang lain kemungkinan di gerejamu ada persekutuan rumah tangga atau persekutuan wilayah dan sejenisnya. Ada pula persekutuan remaja dan pemuda, di luar kebaktian remaja dan pemuda yang mungkin biasa diadakan setiap hari Minggu di gereja. Mungkin ada persekutuan anak sekolah Minggu. Adakah persekutuan warga lanjut usia di gerejamu? Apakah semua ini juga dilakukan oleh gereja perdana saat pertama kali terbentuk? Sebutkanlah kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh gerejamu, di luar semua kegiatan yang disebutkan di atas! Tuliskan jawabanmu di buku tulis.


B. Gereja yang Memberitakan

Gambar Petrus berkhotbah pada hari Pentakosta
Gambar Petrus berkhotbah pada hari Pentakosta

Dalam Kisah Para Rasul pasal 2 digambarkan bahwa pada hari Pentakosta yang pertama, tiga ribu orang mengaku percaya dan dibaptiskan. Semua ini dimulai ketika Petrus memberitakan tentang Yesus yang bangkit kepada orang banyak yang ada di Yerusalem. Dalam Kisah 2:14 dikatakan, ”Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: ‘Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini.”

Di kemudian hari kita sering sekali menemukan pemberitaan seperti ini. Bahkan kehidupan persekutuan orang Kristen selalu ditandai oleh pemberitaan (bahasa Yunani, ’kerugma’) atau khotbah yang disampaikan oleh orang-orang yang diberikan wewenang khusus untuk melakukannya, seperti pendeta, guru Injil, penginjil, dan penatua.

Kerugma sendiri sebetulnya berarti ”pengumuman”, seperti yang biasanya disampaikan oleh petugas kerajaan ketika menyampaikan berita-berita penting, karena saat itu belum ada surat kabar atau media massa lainnya. Pemberitaan apa yang disampaikan oleh gereja? Dalam Kisah 2:14 kita melihat bahwa Petrus memberitakan tentang siapa Yesus itu dan apa makna kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya.

Di dalam kebaktian-kebaktian sekarang mungkin kita mendengar berbagai pemberitaan yang lain. Misalnya, khotbah yang berisi penghiburan untuk jemaat yang sedang berduka cita, atau pengajaran tentang bagaimana menjalani kehidupan sebagai orang Kristen, atau tentang tanggung jawab orang Kristen dalam kehidupan di masyarakat dan bagaimana menjalin hubungan dengan orang-orang lain yang berbeda keyakinan. Topik-topik apa lagi yang biasanya kamu dengar dalam kerugma ketika di kebaktian-kebaktian di gereja kamu? Daftarkan topik-topik yang kamu ingat di buku tulis.

 

C. Gereja yang Bersekutu

Gambar Gereja rumahan di Tiongkok

Di atas sudah dijelaskan bahwa pemberitaan atau kerugma disampaikan dalam konteks ibadah. Itulah yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen perdana dan yang biasa kita sebut sebagai ”khotbah” sekarang. Dalam Alkitab Perjanjian Baru, kita dapat menemukan 106 kata ”memberitakan”. Hal ini menunjukkan bahwa kata kerja ini menempati posisi yang sentral dalam kehidupan orang Kristen. Dalam 1 Korintus 1:23 kita menemukan ucapan Rasul Paulus tentang apa atau siapa yang ia beritakan, yaitu, ”tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan…”

Tahukah kamu bagaimana bentuk ibadah yang dilakukan orang-orang Kristen perdana? Apakah ibadah mereka sama dengan ibadah gereja kita sekarang? Ibadah mereka sangat berbeda dengan ibadah yang kita kenal sekarang. Ibadah yang umumnya terdapat di gereja-gereja sekarang sudah berkembang jauh sehingga berbeda dengan ibadah gereja-gereja perdana. Ibadah orang-orang Kristen perdana pada awalnya sangat mirip dengan ibadah orang-orang Yahudi, karena pada saat itu, orang Kristen perdana masih menganggap diri mereka tidak berbeda dengan orang Yahudi lainnya. Dalam Kisah 3:1 diberitakan bahwa menjelang waktu sembahyang, ”…yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan Yohanes ke Bait Allah.”

Namun sejak pertama sekali, orang-orang Kristen berkumpul pada hari Minggu untuk memperingati hari kebangkitan Yesus Kristus. Bila pada awalnya mereka merayakan Sabat, lama-kelamaan pertemuan hari Minggu ini menjadi acara yang paling utama dan penting. Hari Minggu kemudian disebut sebagai ”Hari Tuhan”. Itulah sebabnya dalam bahasa Portugis, hari ini disebut ’Domingo’ (baca: ”Dominggu”), yang kemudian dialihkan menjadi bahasa Indonesia, ”Hari Minggu”.

Jemaat Kristen mula-mula menata peribadahan mereka sesuai dengan tata ibadah orang Yahudi. Tata ibadah ini disebut ”liturgi”, yang dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Yunani leitourgia. Kata leitourgia dalam bahasa aslinya mengandung banyak arti, antara lain ”pelayanan”, ”pelayanan militer”, pelayanan imam berupa ”kurban dan doa kepada Tuhan”, dan ”persembahan untuk menolong orang-orang miskin”.

Selain itu, Kisah Para Rasul melukiskan bahwa mereka hidup dalam sebuah persekutuan yang saling berbagi. Dikatakan: Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kisah Para Rasul 2:44–47).

Kehidupan yang saling berbagi ini dilakukan oleh orang-orang Kristen untuk mengenang kematian Tuhan Yesus, sebab di dalam kematian-Nya Yesus membagikan kehidupan-Nya dengan manusia. Hal ini dilambangkan lewat peristiwa perjamuan makan malam yang terakhir bersama murid-murid-Nya. Perjamuan inilah yang hingga kini dilakukan oleh orang-orang Kristen dan  membuat ibadahnya berbeda dengan ibadah orang-orang Yahudi, yaitu Perjamuan Kudus.

Inilah yang digambarkan oleh Kisah Para Rasul ketika di situ dilaporkan bahwa orang-orang Kristen perdana ini ”memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergiliran”. Perjamuan ini mengingatkan mereka akan persekutuan yang erat antara Tuhan dengan para murid. Melalui perjamuan itu, mereka pun terlibat di dalam persekutuan dengan Tuhan yang telah bangkit. Inilah yang disebut sebagai persekutuan atau koinonia di dalam bahasa Yunani.

Kata koinonia sendiri mengandung arti jauh lebih mendalam daripada sekadar ”persekutuan”. Dalam kata ini terkandung makna persekutuan, berbagi, dan hubungan yang sangat erat. Karena itu, koinonia juga dapat berarti pemberian yang dilakukan bersama-sama kepada satu sama lain, seperti digambarkan oleh kehidupan jemaat perdana dengan membagi-bagikan kepunyaan mereka.

Persekutuan ini menjadi semakin jelas ketika kita melihat selain Perjamuan Kudus, jemaat Kristen perdana juga mengadakan Perjamuan Kasih seperti yang dilaporkan dalam 1 Korintus 11:20–34. Dalam Perjamuan Kasih ini, masing-masing anggota membawa suatu makanan tertentu kemudian dimakan bersama-sama dengan warga jemaat lainnya.


Berbagi Pengalaman

Apakah di gereja kamu ada ”Perjamuan Kasih”? Kalau tidak ada, coba bicarakan dengan teman-temanmu dan pendetamu di gereja agar gerejamu juga mengadakannya. Kalau ada, coba ceritakan pengalaman kamu dalam mengikuti acara tersebut. Dalam rangka apa ”Perjamuan Kasih” itu diadakan? Bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti acara tersebut? Tuliskan jawabanmu di buku tulis.


Mengadakan Perjamuan Kasih

Perjamuan Kasih dapat diadakan sebagai bagian dari suatu kebaktian. Banyak gereja yang menyelenggarakannya sebagai bagian dari kebaktian Jumat Agung, atau kebaktian Kamis Putih, pada malam sebelum Jumat Agung. Sering kali kebaktian dilangsungkan seperti biasa, lalu setelah kebaktian selesai, seluruh jemaat ikut serta dalam Perjamuan Kasih. Setiap anggota gereja diharapkan membawa suatu jenis makanan tertentu yang biasa mereka siapkan di rumah. Jumlahnya tidak perlu banyak-banyak, cukup untuk dua atau tiga orang saja. Ketika makanan ini dikumpulkan, maka jumlahnya menjadi banyak sekali, dan semua orang dapat makan dengan cukup, bahkan juga termasuk mereka yang mungkin tidak mampu membawa apa-apa untuk dibagikan dalam Perjamuan Kasih. Perjamuan Kasih dapat diadakan dengan sederhana, sebagai satu waktu makan bersama, diawali dengan doa pengucapan syukur. Setelah itu setiap orang mengambil makanan untuk dimakan, sesuai dengan kebutuhannya, sambil mengingat orang lain yang juga akan ikut serta makan.


D. Gereja yang Tidak Membeda-bedakan

Kisah Para Rasul melukiskan kehidupan umat Kristen perdana yang indah. Mereka tidak egois melainkan membagi-bagikan harta mereka kepada semua orang dan hidup dengan secukupnya, sehingga setiap orang dapat hidup dengan kecukupan. Tidak mengherankan apabila dalam ayat 47 dikatakan bahwa ”… mereka disukai semua orang”. Orang-orang yang bukan Kristen, di sekitar mereka dan melihat kehidupan kelompok baru ini tampak senang dengan mereka. Tidak mengherankan apabila setiap hari semakin banyak orang yang bergabung dengan kelompok ini.

Dalam Perjamuan Kasih ini tergambar persekutuan yang sangat erat dan mendalam antara orang-orang Kristen perdana. Tidak ada pembeda-bedaan di antara mereka. Orang-orang dari kelas atas bergabung dengan mereka yang dari kelas bawah. Orang seperti Onesimus, seorang budak yang melarikan diri dari rumah tuannya, disapa sebagai anak dan buah hati oleh Rasul Paulus (Surat Filemon). Dalam Galatia 3:28, Paulus mengatakan, ”Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Sekat-sekat yang memisahkan manusia berdasarkan ras (Yahudi dan Yunani), kelas (hamba dan orang merdeka), maupun jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), kini dihapuskan oleh kasih Yesus Kristus yang mendamaikan kita semua.

Ini sebuah pernyataan yang luar biasa! Pada abad-abad pertama, bahkan sampai abad XX sekalipun kita masih sering menemukan pembeda-bedaan ini di dalam masyarakat. Orang seringkali menghina dan melecehkan sesamanya berdasarkan perbedaan-perbedaan ras dan kelompok etnis. Padahal kita semua adalah manusia ciptaan Tuhan yang sama.

Dalam masyarakat, kita masih sering menemukan orang-orang menjauhkan diri dari orang lain yang dianggap tidak setara atau sederajat dengannya. Coba saksikan bagaimana pembagian kelas itu tampak dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang dari kelas bawah mungkin hanya dapat berbelanja di pasar-pasar tradisional, yang seringkali kotor dan becek. Sementara mereka yang dari kelas atas lebih suka berbelanja di pasar swalayan karena lebih bersih, kering, dan terang-benderang. Pembagian ini tercipta bukan hanya karena para pembeli yang berbeda kemampuan daya belinya, melainkan juga karena tempat-tempat seperti pasar swalayan, mal-mal besar di kota-kota besar di negara kita seolah-olah memang dibuat untuk mereka dari kelas atas.

Kita juga menyaksikan bagaimana masyarakat kita membeda-bedakan laki-laki dan perempuan. Di berbagai perusahaan dan kantor, misalnya, perempuan mendapatkan hanya setengah atau dua-pertiga gaji daripada yang diterima laki-laki, meskipun tugas dan pekerjaan mereka sama. Di banyak keluarga, anak-anak perempuan belum dapat menikmati kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan dibandingkan dengan saudara laki-laki mereka. Dengan demikian, ketika Paulus mengatakan bahwa di dalam Kristus tidak ada lagi orang Yahudi atau Yunani, hamba atau orang merdeka, laki-laki ataupun perempuan, maka persekutuan gereja, mestinya menjadi sebuah komunitas yang ideal, cerminan manusia yang dibebaskan, dipersatukan, dan diperdamaikan oleh Yesus Kristus.


Adakah Sekat-Sekat di Gerejaku?

Bagaimana dengan pengalaman kamu sendiri dengan gerejamu? Apakah kamu merasakan bahwa gereja kamu mencerminkan persekutuan yang digambarkan oleh Paulus? Persekutuan yang telah meruntuhkan sekat-sekat pemisah antara orang-orang di dalamnya? Tidak ada lagi sekat-sekat antara orang Yahudi dan Yunani (dalam konteks sekarang mungkin antara orang Kristen lama dan Kristen baru), antara hamba dan orang merdeka (antara yang miskin dan yang kaya), antara laki-laki dan perempuan? Coba tuliskan pengamatan kamu terhadap gerejamu!

Pada kenyataannya kita harus mengakui bahwa seringkali gereja gagal mewujudkan dirinya komunitas seperti yang dicita-citakan oleh Tuhan Yesus. Kita dapat menemukan banyak sekali contoh dari kehidupan sehari-hari tentang gereja yang tidak mempraktikkan apa yang diberitakannya tentang Yesus yang mendamaikan seluruh umat manusia. Sebaliknya, gereja justru terlibat dalam pembangunan sekat-sekat yang menimbulkan kecurigaan dan permusuhan satu sama lain.


E. Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. dan Perjuangannya

Gambar Rosa Parks di bus yang tersegregasi di Montgomery

Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr. (1929–1968), seorang pendeta Gereja Baptis, adalah seorang tokoh pejuang hak asasi manusia dari Amerika Serikat. Ia berjuang untuk hak-hak orang-orang kulit hitam yang tidak dianggap sebagai manusia setara dengan orang-orang kulit putih, karena mereka adalah keturunan budak. Seseorang yang dilahirkan dari pasangan campuran, akan melahirkan keturunan yang selamanya dianggap ”cacat” karena darah pasangan yang berkulit hitam. Ini disebut sebagai ”Aturan Setetes Darah”. Artinya, bila ada setetes saja darah orang kulit hitam pada diri seseorang, maka hal itu akan membuatnya tidak layak digolongkan sebagai orang kulit putih.

Pada masa itu, orang-orang kulit hitam dilarang masuk ke tempat-tempat umum, restoran-restoran yang disediakan khusus untuk orang-orang kulit putih. Gereja mereka pun dipisahkan oleh warna kulit mereka. Ada gereja-gereja yang dikhususkan untuk orang kulit putih yang tidak boleh dimasuki oleh orangkulit hitam. Bila mereka naik bus, mereka harus duduk di belakang. Apabila ada orang kulit putih yang naik ke dalam bus itu, mereka harus berdiri dan memberikan tempat duduk mereka kepada orang kulit putih itu, meskipun misalnya yang naik itu seorang laki-laki muda yang sehat dan kuat, dan orang kulit hitam itu seorang perempuan tua renta dan sakit. Padahal sebagian besar orang Amerika Serikat beragama Kristen. Mengapa terjadi pemisahan dan diskriminasi seperti itu, yang mestinya sudah dihapuskan oleh gereja perdana?

Pada suatu malam yang dingin di kota Montgomery, Alabama, Amerika Serikat, bulan Desember 1955, seorang perempuan kulit hitam yang bernama Rosa Parks menolak untuk menyerahkan kursinya di bus kepada orang kulit putih yang baru naik. Hari itu ia sangat lelah setelah bekerja seharian di sebuah toko. Karena itu ia menolak untuk berdiri. ”Kamu tidak mau berdiri?” tanya sang sopir. Rosa Parks menatap lurus pada wajahnya dan berkata, ”Tidak.” ”Kalau begitu,” kata Blake, sopir itu, ”saya akan lapor ke polisi dan kamu akan ditahan.” Dan Parks menjawab perlahan, ”Silakan.”

Parks ditahan dan didenda $10. Hal ini kemudian memicu gerakan anti diskriminasi besar-besaran di seluruh AS. Pdt. Dr. Martin Luther King, Jr., mengorganisasikan sebuah boikot bus yang kemudian menyebar di seluruh wilayah selatan AS. Selain itu, Pdt. King juga menggerakkan gereja dan orang-orang kulit hitam untuk melawan undang-undang yang menjadikan mereka bukan warga negara. Pada 28 Agustus 1963, ia mengadakan ”Mars di Washington”, sebuah unjuk rasa menuntut hak-hak orang kulit hitam untuk pekerjaan dan kemerdekaan. Unjuk rasa ini diikuti antara 200.000 hingga 250.000 orang, kebanyakan orang kulit hitam, tetapi juga ada beberapa ribu orang kulit putih yang bersimpati dengan perjuangan mereka.

Pdt. King berulang kali menerima ancaman akan dibunuh. Rumahnya beberapa kali dibom orang yang membenci dia. Namun King tetap berpegang pada prinsipnya untuk berjuang tanpa menggunakan kekerasan. Ia bertekad untuk menggunakan cara-cara damai agar orang-orang kulit hitam memperoleh hak-hak mereka yang setara. Bagaimana Pdt. King dapat memperoleh kekuatan yang begitu hebat? Ternyata dalam hidupnya Pdt. King sangat tekun berdoa. Beberapa doanya dapat dicantumkan di sini: ”Tuhan, karuniailah kami kekuatan tubuh untuk terus berjuang demi kemerdekaan. Tuhan, berikan kami kekuatan untuk tetap tidak menggunakan kekerasan, meskipun kami mungkin menghadapi maut.”

Dalam sebuah doanya yang lain, Pdt. King mengatakan, ”Tuhan, singkirkanlah segala kepahitan dari hatiku, dan berikan aku kekuatan dan keberanian untuk menghadapi bencana apapun yang mungkin menimpa aku.” Prinsip antikekerasan yang diberlakukan Pdt. King didasarkan pada ajaran Tuhan Yesus yang mengatakan, ”Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” (Matius 5:39). Tentu tidak mudah memberlakukan ajaran ini di dalam kehidupan kita.

Pdt. King dibunuh pada 4 April 1968 oleh orang yang membencinya. Namun menjelang ajalnya, King berkata, ”Saya memaafkan orang itu.” Perjuangan Pdt. King pada tahun 1950-an hingga 1960-an baru terlihat buahnya ketika Barrack Obama, seorang berdarah campuran kulit putih (ibunya) dan Afrika (ayahnya), terpilih menjadi presiden ke-44 Amerika Serikat pada tahun 2008. Semua ini rasanya tidak mungkin terjadi apabila Pdt. King tidak berjuang untuk hak-hak asasi orang-orang kulit hitam. Ini pun tidak mungkin terjadi, apabila Pdt. King tidak terinspirasi oleh ajaran Tuhan Yesus.


G. Penutup

Kita telah mempelajari Bab 2, bahwa gereja hadir bukan hanya untuk dirinya sendiri. Dalam Bab ini kita melihat hal-hal yang dikerjakan oleh gereja, yaitu leitourgia, kerugma, dan koinonia. Ketiga kata ini masing-masing berarti tata ibadah atau ibadah itu sendiri, pemberitaan, dan persekutuan. 

Kita sudah melihat bahwa ketiga kegiatan ini saling terjalin erat sehingga tidak dapat kita pisah-pisahkan. Gereja haruslah memberitakan Yesus Kristus yang menebus kita dan mempersatukan kita. Persatuan itu harus terwujud di dalam persekutuan hidup kita bukan hanya dengan sesama orang Kristen, tetapi juga dengan orang-orang lain yang berbeda keyakinan sekalipun.

Marilah kita menyanyikan nyanyian penutup sambil mengukuhkan tekad kita untuk lebih mengasihi, mengampuni, dan melayani sesama dengan lagu “Mengasihi Lebih Sungguh”.

Lagu Mengasihi Lebih Sungguh

Referensi:

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti  Untuk SMP Kelas IX / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.

Gambar Yesus dan Murid-Nya dari http://mudikans. mudikaic. org 

Baca juga:

PAK Kelas 9 Semester 1

01

Gereja Sebagai Umat Allah yang Baru

02

Mengenal Gerejaku

03

Gereja yang Hidup di Dunia

04

Gereja yang Bersaksi dan Melayani di Dunia

05

Gereja yang Bergumul di Dunia

06

Gereja dan Orang Muda

07

Gereja yang Memperbarui Diri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar