Sabda Yesus: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku" |
Bahan Alkitab
Matius 28:16–20;
Dan kesebelas
murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada
mereka. Ketika melihat Dia mereka
menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan
berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Kisah Para Rasul 6:1–6;
Pada
masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di
antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani,
karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan
sehari-hari. Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid
berkumpul dan berkata: "Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman
Allah untuk melayani meja. Karena itu, saudara-saudara, pilihlah tujuh orang
dari antaramu, yang terkenal baik, dan yang penuh Roh dan hikmat, supaya kami
mengangkat mereka untuk tugas itu, dan supaya kami sendiri dapat memusatkan
pikiran dalam doa dan pelayanan Firman."Usul itu diterima baik oleh
seluruh jemaat, lalu mereka memilih Stefanus, seorang yang penuh iman dan Roh
Kudus, dan Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Parmenas dan Nikolaus, seorang
penganut agama Yahudi dari Antiokhia. Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul,
lalu rasul-rasul itu pun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka.
Kisah Para Rasul 2:44–47;
Dan
semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan
mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta
miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan
masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap
hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir
dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji
Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah
mereka dengan orang yang diselamatkan.
1 Korintus 11:20–34;
Apabila
kamu berkumpul, kamu bukanlah berkumpul untuk makan perjamuan Tuhan. Sebab pada
perjamuan itu tiap-tiap orang memakan dahulu makanannya sendiri, sehingga yang
seorang lapar dan yang lain mabuk. Apakah kamu tidak mempunyai rumah sendiri
untuk makan dan minum? Atau maukah kamu menghinakan Jemaat Allah dan memalukan
orang-orang yang tidak mempunyai apa-apa? Apakah yang kukatakan kepada kamu?
Memuji kamu? Dalam hal ini aku tidak memuji. Sebab apa yang telah kuteruskan
kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam
waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya;
Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi
kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia
mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian
baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu
meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Sebab setiap kali kamu makan
roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia
datang. Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum
cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah
tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan
minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh
Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab itu banyak di antara kamu
yang lemah dan sakit, dan tidak sedikit yang meninggal. Kalau kita menguji diri
kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. Tetapi kalau kita menerima hukuman
dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan
dunia. Karena itu, saudara-saudaraku, jika kamu berkumpul untuk makan,
nantikanlah olehmu seorang akan yang lain. Kalau ada orang yang lapar, baiklah
ia makan dahulu di rumahnya, supaya jangan kamu berkumpul untuk dihukum.
Hal-hal yang lain akan kuatur, kalau aku datang.
A. Pendahuluan
Marilah
kita berdoa, lalu menyanyikan lagu NKB 200:1–3 ”Di Jalan Hidup yang Lebar,
Sempit”. Do = a; ¾
Sebutkan apa saja kegiatan yang dilakukan oleh gerejamu pada hari Minggu hingga Sabtu! Selain Kebaktian Minggu Apa lagi? Pada hari-hari yang lain kemungkinan di gerejamu ada persekutuan rumah tangga atau persekutuan wilayah dan sejenisnya. Ada pula persekutuan remaja dan pemuda, di luar kebaktian remaja dan pemuda yang mungkin biasa diadakan setiap hari Minggu di gereja. Mungkin ada persekutuan anak sekolah Minggu. Adakah persekutuan warga lanjut usia di gerejamu? Apakah semua ini juga dilakukan oleh gereja perdana saat pertama kali terbentuk? Sebutkanlah kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh gerejamu, di luar semua kegiatan yang disebutkan di atas! Tuliskan jawabanmu di buku tulis.
B. Gereja yang
Memberitakan
Gambar Petrus berkhotbah pada hari Pentakosta |
Dalam
Kisah Para Rasul pasal 2 digambarkan bahwa pada hari Pentakosta yang pertama,
tiga ribu orang mengaku percaya dan dibaptiskan. Semua ini dimulai ketika
Petrus memberitakan tentang Yesus yang bangkit kepada orang banyak yang ada di
Yerusalem. Dalam Kisah 2:14 dikatakan, ”Maka
bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring
ia berkata kepada mereka: ‘Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di
Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini.”
Di
kemudian hari kita sering sekali menemukan pemberitaan seperti ini. Bahkan
kehidupan persekutuan orang Kristen selalu ditandai oleh pemberitaan (bahasa
Yunani, ’kerugma’) atau khotbah yang disampaikan oleh orang-orang yang
diberikan wewenang khusus untuk melakukannya, seperti pendeta, guru Injil, penginjil,
dan penatua.
Kerugma
sendiri sebetulnya berarti ”pengumuman”, seperti yang biasanya disampaikan oleh
petugas kerajaan ketika menyampaikan berita-berita penting, karena saat itu
belum ada surat kabar atau media massa lainnya. Pemberitaan apa yang disampaikan
oleh gereja? Dalam Kisah 2:14 kita melihat bahwa Petrus memberitakan tentang
siapa Yesus itu dan apa makna kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya.
Di
dalam kebaktian-kebaktian sekarang mungkin kita mendengar berbagai pemberitaan
yang lain. Misalnya, khotbah yang berisi penghiburan untuk jemaat yang sedang
berduka cita, atau pengajaran tentang bagaimana menjalani kehidupan sebagai
orang Kristen, atau tentang tanggung jawab orang Kristen dalam kehidupan di
masyarakat dan bagaimana menjalin hubungan dengan orang-orang lain yang berbeda
keyakinan. Topik-topik apa lagi yang biasanya kamu dengar dalam kerugma ketika
di kebaktian-kebaktian di gereja kamu? Daftarkan topik-topik yang kamu ingat di
buku tulis.
C. Gereja yang
Bersekutu
Di
atas sudah dijelaskan bahwa pemberitaan atau kerugma disampaikan dalam konteks
ibadah. Itulah yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen perdana dan yang
biasa kita sebut sebagai ”khotbah” sekarang. Dalam Alkitab Perjanjian Baru,
kita dapat menemukan 106 kata ”memberitakan”. Hal ini menunjukkan bahwa kata
kerja ini menempati posisi yang sentral dalam kehidupan orang Kristen. Dalam 1
Korintus 1:23 kita menemukan ucapan Rasul Paulus tentang apa atau siapa yang ia
beritakan, yaitu, ”tetapi kami
memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu
sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan…”
Tahukah
kamu bagaimana bentuk ibadah yang dilakukan orang-orang Kristen perdana? Apakah
ibadah mereka sama dengan ibadah gereja kita sekarang? Ibadah mereka sangat
berbeda dengan ibadah yang kita kenal sekarang. Ibadah yang umumnya terdapat di
gereja-gereja sekarang sudah berkembang jauh sehingga berbeda dengan ibadah
gereja-gereja perdana. Ibadah orang-orang Kristen perdana pada awalnya sangat
mirip dengan ibadah orang-orang Yahudi, karena pada saat itu, orang Kristen
perdana masih menganggap diri mereka tidak berbeda dengan orang Yahudi lainnya.
Dalam Kisah 3:1 diberitakan bahwa menjelang waktu sembahyang, ”…yaitu pukul tiga petang, naiklah Petrus dan
Yohanes ke Bait Allah.”
Namun
sejak pertama sekali, orang-orang Kristen berkumpul pada hari Minggu untuk
memperingati hari kebangkitan Yesus Kristus. Bila pada awalnya mereka merayakan
Sabat, lama-kelamaan pertemuan hari Minggu ini menjadi acara yang paling utama
dan penting. Hari Minggu kemudian disebut sebagai ”Hari Tuhan”. Itulah sebabnya dalam bahasa Portugis, hari ini
disebut ’Domingo’ (baca: ”Dominggu”),
yang kemudian dialihkan menjadi bahasa Indonesia, ”Hari Minggu”.
Jemaat
Kristen mula-mula menata peribadahan mereka sesuai dengan tata ibadah orang
Yahudi. Tata ibadah ini disebut ”liturgi”,
yang dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Yunani leitourgia. Kata leitourgia dalam bahasa aslinya mengandung banyak
arti, antara lain ”pelayanan”,
”pelayanan militer”, pelayanan imam berupa ”kurban
dan doa kepada Tuhan”, dan ”persembahan
untuk menolong orang-orang miskin”.
Selain
itu, Kisah Para Rasul melukiskan bahwa mereka hidup dalam sebuah persekutuan
yang saling berbagi. Dikatakan: Dan semua
orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka
adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta
miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan
masing-masing. Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap
hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara
bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil
memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah
jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan (Kisah Para Rasul 2:44–47).
Kehidupan
yang saling berbagi ini dilakukan oleh orang-orang Kristen untuk mengenang
kematian Tuhan Yesus, sebab di dalam kematian-Nya Yesus membagikan
kehidupan-Nya dengan manusia. Hal ini dilambangkan lewat peristiwa perjamuan
makan malam yang terakhir bersama murid-murid-Nya. Perjamuan inilah yang hingga
kini dilakukan oleh orang-orang Kristen dan
membuat ibadahnya berbeda dengan ibadah orang-orang Yahudi, yaitu Perjamuan Kudus.
Inilah
yang digambarkan oleh Kisah Para Rasul ketika di situ dilaporkan bahwa
orang-orang Kristen perdana ini ”memecahkan
roti di rumah masing-masing secara bergiliran”. Perjamuan ini mengingatkan
mereka akan persekutuan yang erat antara Tuhan dengan para murid. Melalui
perjamuan itu, mereka pun terlibat di dalam persekutuan dengan Tuhan yang telah
bangkit. Inilah yang disebut sebagai persekutuan atau koinonia di dalam bahasa
Yunani.
Kata
koinonia sendiri mengandung arti jauh
lebih mendalam daripada sekadar ”persekutuan”.
Dalam kata ini terkandung makna persekutuan, berbagi, dan hubungan yang sangat
erat. Karena itu, koinonia juga dapat berarti pemberian yang dilakukan
bersama-sama kepada satu sama lain, seperti digambarkan oleh kehidupan jemaat
perdana dengan membagi-bagikan kepunyaan mereka.
Persekutuan
ini menjadi semakin jelas ketika kita melihat selain Perjamuan Kudus, jemaat Kristen perdana juga mengadakan Perjamuan Kasih seperti yang dilaporkan
dalam 1 Korintus 11:20–34. Dalam Perjamuan Kasih ini, masing-masing anggota
membawa suatu makanan tertentu kemudian dimakan bersama-sama dengan warga
jemaat lainnya.
Berbagi Pengalaman
Apakah
di gereja kamu ada ”Perjamuan Kasih”?
Kalau tidak ada, coba bicarakan dengan teman-temanmu dan pendetamu di gereja
agar gerejamu juga mengadakannya. Kalau ada, coba ceritakan pengalaman kamu
dalam mengikuti acara tersebut. Dalam rangka apa ”Perjamuan Kasih” itu
diadakan? Bagaimana perasaan kamu ketika mengikuti acara tersebut? Tuliskan
jawabanmu di buku tulis.
Mengadakan Perjamuan Kasih
Perjamuan
Kasih dapat diadakan sebagai bagian dari suatu kebaktian. Banyak gereja yang
menyelenggarakannya sebagai bagian dari kebaktian Jumat Agung, atau kebaktian
Kamis Putih, pada malam sebelum Jumat Agung. Sering kali kebaktian
dilangsungkan seperti biasa, lalu setelah kebaktian selesai, seluruh jemaat
ikut serta dalam Perjamuan Kasih. Setiap anggota gereja diharapkan membawa
suatu jenis makanan tertentu yang biasa mereka siapkan di rumah. Jumlahnya
tidak perlu banyak-banyak, cukup untuk dua atau tiga orang saja. Ketika makanan
ini dikumpulkan, maka jumlahnya menjadi banyak sekali, dan semua orang dapat
makan dengan cukup, bahkan juga termasuk mereka yang mungkin tidak mampu
membawa apa-apa untuk dibagikan dalam Perjamuan Kasih. Perjamuan Kasih dapat
diadakan dengan sederhana, sebagai satu waktu makan bersama, diawali dengan doa
pengucapan syukur. Setelah itu setiap orang mengambil makanan untuk dimakan,
sesuai dengan kebutuhannya, sambil mengingat orang lain yang juga akan ikut
serta makan.
D. Gereja yang
Tidak Membeda-bedakan
Kisah
Para Rasul melukiskan kehidupan umat Kristen perdana yang indah. Mereka tidak
egois melainkan membagi-bagikan harta mereka kepada semua orang dan hidup
dengan secukupnya, sehingga setiap orang dapat hidup dengan kecukupan. Tidak
mengherankan apabila dalam ayat 47 dikatakan bahwa ”… mereka disukai semua orang”. Orang-orang yang bukan Kristen, di
sekitar mereka dan melihat kehidupan kelompok baru ini tampak senang dengan
mereka. Tidak mengherankan apabila setiap hari semakin banyak orang yang
bergabung dengan kelompok ini.
Dalam
Perjamuan Kasih ini tergambar persekutuan yang sangat erat dan mendalam antara
orang-orang Kristen perdana. Tidak ada pembeda-bedaan di antara mereka.
Orang-orang dari kelas atas bergabung dengan mereka yang dari kelas bawah.
Orang seperti Onesimus, seorang budak
yang melarikan diri dari rumah tuannya, disapa sebagai anak dan buah hati oleh
Rasul Paulus (Surat Filemon). Dalam Galatia 3:28, Paulus mengatakan, ”Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau
orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau
perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.”
Sekat-sekat yang memisahkan manusia berdasarkan ras (Yahudi dan Yunani), kelas
(hamba dan orang merdeka), maupun jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), kini
dihapuskan oleh kasih Yesus Kristus yang mendamaikan kita semua.
Ini
sebuah pernyataan yang luar biasa! Pada abad-abad pertama, bahkan sampai abad
XX sekalipun kita masih sering menemukan pembeda-bedaan ini di dalam
masyarakat. Orang seringkali menghina dan melecehkan sesamanya berdasarkan
perbedaan-perbedaan ras dan kelompok etnis. Padahal kita semua adalah manusia
ciptaan Tuhan yang sama.
Dalam
masyarakat, kita masih sering menemukan orang-orang menjauhkan diri dari orang
lain yang dianggap tidak setara atau sederajat dengannya. Coba saksikan
bagaimana pembagian kelas itu tampak dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang
dari kelas bawah mungkin hanya dapat berbelanja di pasar-pasar tradisional,
yang seringkali kotor dan becek. Sementara mereka yang dari kelas atas lebih
suka berbelanja di pasar swalayan karena lebih bersih, kering, dan
terang-benderang. Pembagian ini tercipta bukan hanya karena para pembeli yang
berbeda kemampuan daya belinya, melainkan juga karena tempat-tempat seperti
pasar swalayan, mal-mal besar di kota-kota besar di negara kita seolah-olah
memang dibuat untuk mereka dari kelas atas.
Kita
juga menyaksikan bagaimana masyarakat kita membeda-bedakan laki-laki dan
perempuan. Di berbagai perusahaan dan kantor, misalnya, perempuan mendapatkan
hanya setengah atau dua-pertiga gaji daripada yang diterima laki-laki, meskipun
tugas dan pekerjaan mereka sama. Di banyak keluarga, anak-anak perempuan belum
dapat menikmati kesempatan yang sama untuk mengenyam pendidikan dibandingkan
dengan saudara laki-laki mereka. Dengan demikian, ketika Paulus mengatakan
bahwa di dalam Kristus tidak ada lagi orang Yahudi atau Yunani, hamba atau
orang merdeka, laki-laki ataupun perempuan, maka persekutuan gereja, mestinya
menjadi sebuah komunitas yang ideal, cerminan manusia yang dibebaskan,
dipersatukan, dan diperdamaikan oleh Yesus Kristus.
Adakah Sekat-Sekat di Gerejaku?
Bagaimana
dengan pengalaman kamu sendiri dengan gerejamu? Apakah kamu merasakan bahwa
gereja kamu mencerminkan persekutuan yang digambarkan oleh Paulus? Persekutuan
yang telah meruntuhkan sekat-sekat pemisah antara orang-orang di dalamnya?
Tidak ada lagi sekat-sekat antara orang Yahudi dan Yunani (dalam konteks
sekarang mungkin antara orang Kristen lama dan Kristen baru), antara hamba dan
orang merdeka (antara yang miskin dan yang kaya), antara laki-laki dan
perempuan? Coba tuliskan pengamatan kamu terhadap gerejamu!
Pada
kenyataannya kita harus mengakui bahwa seringkali gereja gagal mewujudkan
dirinya komunitas seperti yang dicita-citakan oleh Tuhan Yesus. Kita dapat
menemukan banyak sekali contoh dari kehidupan sehari-hari tentang gereja yang
tidak mempraktikkan apa yang diberitakannya tentang Yesus yang mendamaikan
seluruh umat manusia. Sebaliknya, gereja justru terlibat dalam pembangunan
sekat-sekat yang menimbulkan kecurigaan dan permusuhan satu sama lain.
E. Pdt. Dr. Martin
Luther King, Jr. dan Perjuangannya
Pdt.
Dr. Martin Luther King, Jr. (1929–1968), seorang pendeta
Gereja Baptis, adalah seorang tokoh pejuang hak asasi manusia dari Amerika
Serikat. Ia berjuang untuk hak-hak orang-orang kulit hitam yang tidak dianggap
sebagai manusia setara dengan orang-orang kulit putih, karena mereka adalah
keturunan budak. Seseorang yang dilahirkan dari pasangan campuran, akan
melahirkan keturunan yang selamanya dianggap ”cacat” karena darah pasangan yang
berkulit hitam. Ini disebut sebagai ”Aturan Setetes Darah”. Artinya, bila ada
setetes saja darah orang kulit hitam pada diri seseorang, maka hal itu akan
membuatnya tidak layak digolongkan sebagai orang kulit putih.
Pada
masa itu, orang-orang kulit hitam dilarang masuk ke tempat-tempat umum,
restoran-restoran yang disediakan khusus untuk orang-orang kulit putih. Gereja
mereka pun dipisahkan oleh warna kulit mereka. Ada gereja-gereja yang
dikhususkan untuk orang kulit putih yang tidak boleh dimasuki oleh orangkulit
hitam. Bila mereka naik bus, mereka harus duduk di belakang. Apabila ada orang
kulit putih yang naik ke dalam bus itu, mereka harus berdiri dan memberikan
tempat duduk mereka kepada orang kulit putih itu, meskipun misalnya yang naik
itu seorang laki-laki muda yang sehat dan kuat, dan orang kulit hitam itu
seorang perempuan tua renta dan sakit. Padahal sebagian besar orang Amerika
Serikat beragama Kristen. Mengapa terjadi pemisahan dan diskriminasi seperti
itu, yang mestinya sudah dihapuskan oleh gereja perdana?
Pada
suatu malam yang dingin di kota Montgomery, Alabama, Amerika Serikat, bulan Desember
1955, seorang perempuan kulit hitam yang bernama Rosa Parks menolak untuk menyerahkan kursinya di bus kepada orang
kulit putih yang baru naik. Hari itu ia sangat lelah setelah bekerja seharian
di sebuah toko. Karena itu ia menolak untuk berdiri. ”Kamu tidak mau berdiri?” tanya sang sopir. Rosa Parks menatap lurus pada wajahnya dan berkata, ”Tidak.” ”Kalau begitu,” kata Blake,
sopir itu, ”saya akan lapor ke polisi dan
kamu akan ditahan.” Dan Parks
menjawab perlahan, ”Silakan.”
Parks
ditahan dan didenda $10. Hal ini kemudian memicu gerakan anti diskriminasi
besar-besaran di seluruh AS. Pdt. Dr.
Martin Luther King, Jr., mengorganisasikan sebuah boikot bus yang kemudian
menyebar di seluruh wilayah selatan AS. Selain itu, Pdt. King juga menggerakkan
gereja dan orang-orang kulit hitam untuk melawan undang-undang yang menjadikan
mereka bukan warga negara. Pada 28 Agustus 1963, ia mengadakan ”Mars di Washington”, sebuah unjuk rasa
menuntut hak-hak orang kulit hitam untuk pekerjaan dan kemerdekaan. Unjuk rasa
ini diikuti antara 200.000 hingga 250.000 orang, kebanyakan orang kulit hitam,
tetapi juga ada beberapa ribu orang kulit putih yang bersimpati dengan
perjuangan mereka.
Pdt. King
berulang kali menerima ancaman akan dibunuh. Rumahnya beberapa kali dibom orang
yang membenci dia. Namun King tetap berpegang pada prinsipnya untuk berjuang
tanpa menggunakan kekerasan. Ia bertekad untuk menggunakan cara-cara damai agar
orang-orang kulit hitam memperoleh hak-hak mereka yang setara. Bagaimana Pdt.
King dapat memperoleh kekuatan yang begitu hebat? Ternyata dalam hidupnya Pdt. King sangat tekun berdoa. Beberapa
doanya dapat dicantumkan di sini: ”Tuhan,
karuniailah kami kekuatan tubuh untuk terus berjuang demi kemerdekaan. Tuhan,
berikan kami kekuatan untuk tetap tidak menggunakan kekerasan, meskipun kami
mungkin menghadapi maut.”
Dalam
sebuah doanya yang lain, Pdt. King
mengatakan, ”Tuhan, singkirkanlah segala
kepahitan dari hatiku, dan berikan aku kekuatan dan keberanian untuk menghadapi
bencana apapun yang mungkin menimpa aku.” Prinsip antikekerasan yang
diberlakukan Pdt. King didasarkan
pada ajaran Tuhan Yesus yang mengatakan, ”Janganlah
kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang
menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” (Matius 5:39).
Tentu tidak mudah memberlakukan ajaran ini di dalam kehidupan kita.
Pdt. King
dibunuh pada 4 April 1968 oleh orang yang membencinya. Namun menjelang ajalnya,
King berkata, ”Saya memaafkan orang itu.”
Perjuangan Pdt. King pada tahun 1950-an hingga 1960-an baru terlihat buahnya
ketika Barrack Obama, seorang berdarah campuran kulit putih (ibunya) dan Afrika
(ayahnya), terpilih menjadi presiden ke-44 Amerika Serikat pada tahun 2008.
Semua ini rasanya tidak mungkin terjadi apabila Pdt. King tidak berjuang untuk
hak-hak asasi orang-orang kulit hitam. Ini pun tidak mungkin terjadi, apabila
Pdt. King tidak terinspirasi oleh ajaran Tuhan Yesus.
G. Penutup
Kita telah mempelajari Bab 2, bahwa gereja hadir bukan hanya untuk dirinya sendiri. Dalam Bab ini kita melihat hal-hal yang dikerjakan oleh gereja, yaitu leitourgia, kerugma, dan koinonia. Ketiga kata ini masing-masing berarti tata ibadah atau ibadah itu sendiri, pemberitaan, dan persekutuan.
Kita sudah melihat bahwa
ketiga kegiatan ini saling terjalin erat sehingga tidak dapat kita
pisah-pisahkan. Gereja haruslah memberitakan Yesus Kristus yang menebus kita
dan mempersatukan kita. Persatuan itu harus terwujud di dalam persekutuan hidup
kita bukan hanya dengan sesama orang Kristen, tetapi juga dengan orang-orang
lain yang berbeda keyakinan sekalipun.
Marilah
kita menyanyikan nyanyian penutup sambil mengukuhkan tekad kita untuk lebih
mengasihi, mengampuni, dan melayani sesama dengan lagu “Mengasihi Lebih Sungguh”.
Referensi:
Pendidikan Agama Kristen dan Budi
Pekerti Untuk SMP Kelas IX / Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.-- Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2018.
Gambar Yesus dan Murid-Nya dari http://mudikans. mudikaic. org
Baca juga:
PAK Kelas 9 Semester 1 | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar