Jumat, 21 Januari 2022

Gereja Sebagai Umat Allah yang Baru

 

Gambar Gereja
Gambar Gereja

Bahan Alkitab:

1 Petrus 2: 9–10 

2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: 2:10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

Yeremia 31: 31–34

31:31 Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, 31:32 bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikianlah firman TUHAN.

31:33 Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. 31:34 Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka."

Kisah 2: 1 – 47

2:1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. 2:2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; 2:3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. 2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

2:5 Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. 2:6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. 2:7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: "Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? 2:8 Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: 2:9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, 2:10 Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, 2:11 baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah."

2:12 Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: "Apakah artinya ini?" 2:13 Tetapi orang lain menyindir: "Mereka sedang mabuk oleh anggur manis."

2:14 Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. 2:15 Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan, 2:16 tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi Yoël: 2:17 Akan terjadi pada hari-hari terakhir -- demikianlah firman Allah -- bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. 2:18 Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat. 2:19 Dan Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda-tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. 2:20 Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu. 2:21 Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan.

2:22 Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. 2:23 Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. 2:24 Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. 2:25 Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. 2:26 Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, 2:27 sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. 2:28 Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu. 2:29 Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. 2:30 Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya.

2:31 Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. 2:32 Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. 2:33 Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini. 2:34 Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: 2:35 Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. 2:36 Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."

2:37 Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?"

2:38 Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. 2:39 Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita." 2:40 Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini."

2:41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. 2:42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 2:43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. 2:44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, 2:45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing. 2:46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, 2:47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan. 

Gambar Hari Pentakosta
Gambar Hari Pentakosta

A. Pendahuluan

Marilah kita berdoa, lalu bersama sama menyanyikan lagu KJ 257: 1–3 ”Aku Gereja, Kau pun Gereja”.

lagu KJ 257: 1–3 ”Aku Gereja, Kau pun Gereja”

Hal apakah yang kamu dapatkan dari lirik lagu di atas? Diskusikan dengan teman sebangkumu dan buatlah sebuah catatan singkat dari hasil diskusi kalian!

Sebutkan beberapa gereja yang kamu kenal! Di manakah letaknya? Di jalan apa? Gambarkan juga kondisi gedung gerejanya. Apakah bangunannya megah dan mewah? Ataukah sederhana saja? Dengan atap rumbia dan dinding bambu saja? Menurut kamu, manakah dari gereja-gereja itu yang benar-benar layak disebut gereja? Mengapa kamu mengatakan demikian? Bagaimana hubungan pernyataan kamu dengan lagu Kidung Jemaat 257 di atas?


B. Gereja: Gedungnya atau Orangnya?

Empat puluh hari setelah Yesus naik ke surga, murid-murid-Nya berkumpul di sebuah rumah di Yerusalem. Tiba-tiba angin kencang bertiup di ruangan yang terkunci itu. Lalu lidah api yang berkobar-kobar turun di atas kepala para murid. Sebuah kejadian aneh dialami oleh para murid. Mendadak mereka berkata-kata dalam berbagai bahasa asing.

Yerusalem saat itu penuh sesak dengan orang-orang dari berbagai negeri. Orang banyak datang ke kota itu untuk merayakan hari Pentakosta atau perayaan syukur untuk panen mereka di Bait Suci di kota itu. Murid-murid keluar dari tempat mereka berkumpul. Tiba-tiba semua orang yang mendengar mereka dan yang berasal dari berbagai tempat di dunia dapat memahami kata-kata mereka. Orang-orang itu berasal dari Partia, Media, Elam, Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfi lia, Mesir, Libia, Roma, Kreta, dan Arab. Mereka orang-orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain yang memeluk agama Yahudi. Semua terheran-heran. ”Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita?” (Kisah Para Rasul 2:7–8).

Sebagian orang lagi bersikap sinis dan mengejek mereka. ”Mereka sedang mabuk anggur manis,” kata orang-orang ini tentang murid-murid Yesus. Petrus, salah seorang dari murid-murid itu bangkit dan memberikan kesaksiannya. Ia menceritakan bahwa apa yang disaksikan oleh orang-orang itu sudah dinubuatkan oleh Nabi Yoel.

Akan terjadi pada hari-hari terakhir -- demikianlah firman Allah -- bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. Juga ke atas hamba-hamba-Ku lak-ilaki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat (Kisah Para Rasul 2:17-18).

Apa yang disaksikan oleh orang banyak itu tidak lain adalah bukti bahwa Yesus yang disalibkan dan yang telah bangkit dan naik ke surga itu, sungguh-sungguh berkuasa. ”Jadi apa yang harus kami lakukan?” tanya orang banyak itu.

Petrus menjawab, ”Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus” (ayat 38). Hari itu juga banyak orang yang meminta agar mereka dibaptiskan. Jumlah mereka sekitar tiga ribu orang. Itulah gereja perdana.

Apa yang menarik dari bagian kisah ini? Ternyata gereja tidak pertama-tama dibentuk gedungnya. Gereja, seperti yang dikatakan dalam lirik lagu pembukaan kita, terutama sekali adalah orangnya. Buktinya, ada banyak gedung gereja di negara barat yang kini kosong karena orang-orang Kristen di sana meninggalkan iman mereka atau tidak mau lagi pergi ke gereja. Dapatkah gedung-gedung gereja itu disebut sebagai ”gereja”? Sudah tentu tidak! Gereja tanpa orangnya bukanlah gereja.


C. Makna Gereja

Apakah arti ”gereja” sesungguhnya? Kata ”gereja” dalam bahasa Indonesia berasal dari sebuah kata dalam bahasa Portugis yaitu igreja (baca: igreza). Kata igreja dalam bahasa Portugis ini dekat sekali dengan kata iglesia dalam bahasa Spanyol yang mempunyai arti yang sama, yaitu ”gereja”. Kata iglesia ini dapat ditelusuri kembali ke kata aslinya dalam bahasa Yunani yaitu ekklesia.

Kata ekklesia berasal dari dua kata, yaitu ek dan klesia. Kata ek berarti ”keluar”. Sementara itu, kata klesia berasal dari kata kerja kalein yang berarti ”memanggil”. Dengan demikian, kata ekklesia mengandung arti ”dipanggil keluar”. Artinya, anggota-anggota gereja adalah orang-orang yang dipanggil untuk keluar dari lingkungannya, sanak keluarga, dan kaum kerabatnya, untuk menjadi bagian dari sebuah komunitas baru yang bernama gereja. Orang-orang ini, termasuk kita semua dipanggil keluar untuk menjalankan tugas kita memberitakan kasih Allah yang dinyatakan melalui Yesus Kristus. Kasih itu harus disampaikan dengan perkataan dan perbuatan kita.


D. Umat Allah yang Baru

Bagaimana hubungan gereja dengan umat Israel? Apakah keduanya berbeda ataukah sama? Dalam Yeremia 31:31–33 dikatakan: "Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman Tuhan, Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka. Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku".

Nabi Yeremia menubuatkan bahwa Allah akan mengadakan suatu perjanjian yang baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda, yaitu umat Allah. Perjanjian ini tidak dibuat dalam loh batu, melainkan yang dituliskan di hati mereka. Artinya, perjanjian Allah yang lama akan diperbarui dengan sebuah perjanjian yang baru.

Mengapa Allah ingin mengadakan perjanjian yang baru dengan umat-Nya? Pada masa Perjanjian Lama kita menemukan banyak sekali kasus pelanggaran perjanjian oleh umat Israel. Berulang kali bangsa itu menolak dan berpaling dari Allah. Akibatnya mereka juga berulang kali mengalami penghukuman (Ulangan 9: 18; 31: 29; Hakim-Hakim 6: 1; 10: 6, dan lain-lain). Apa sebabnya? Tampaknya umat Israel hanya mengetahui hukum Allah apabila mereka membacanya atau mendengar hukum itu dibacakan atau disampaikan kepada mereka.

Selain itu, hukum Taurat seringkali, bahkan dijadikan sebagai senjata untuk menghakimi orang lain. Di masa Perjanjian Baru, ketika Tuhan Yesus melayani orang banyak, banyak ahli Taurat yang mengecamnya karena Tuhan Yesus dianggap melanggar aturan-aturan Taurat dengan menyembuhkan orang pada hari Sabat (misalnya Markus 3:1–6, bandinkan Matius 12:1–8). Taurat yang seharusnya digunakan untuk penuntun menuju kehidupan lebih baik, justru lebih sering menghadirkan masalah dalam kehidupan bersama karena digunakan secara keliru.

Karena itu, melalui Nabi Yeremia, Tuhan Allah mengatakan bahwa Ia akan menaruhkan Taurat-Nya di batin mereka dan menuliskan hukum-Nya di hati mereka. Dengan demikian, umat Allah akan selalu mengingat hukum-hukumNya. Dengan menaruh hukum Taurat di dalam hati, umat Allah pun akan memberlakukan hukum itu dengan hati, bukan sekadar mengikuti aturan-aturan hukum dengan membabi buta (bandingkan 2 Korintus 3:6).

Itulah sebabnya gereja dibentuk Allah sebagai umat Allah yang baru. Inilah umat Allah yang hidup dengan hukum yang baru, yaitu hukum kasih. Oleh karena itu, gereja seringkali disebut sebagai ”Israel yang baru”. Dalam 1 Petrus 2: 9–10 dikatakan:  "Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umatNya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan".

Gereja perdana terbentuk sebagai koreksi atas umat Israel menjadikan Taurat sebagai hukum yang membelenggu diri dan sebagai alat untuk menghakimi orang lain. Bagaimana orang sekarang menggunakan hukum-hukum agama untuk membelenggu diri sendiri dan menghakimi orang lain? Pernahkah kamu menghakimi seseorang yang tidak pergi ke gereja pada suatu hari Minggu?

Coba perhatikan percakapan di bawah ini:

Tina : ”Didi, kok kamu nggak ke gereja sih tadi pagi? Itu dosa lho!”

Santo : ”Rudi, kamu nggak boleh mendengarkan musik sejenis itu. Itu  dosa, tahu!”

Marni : ”Nana, pakaian kamu tuh nggak sopan ya. Itu dosa!”

Berapa sering kamu mendengar kata-kata seperti itu yang diucapkan oleh teman kamu? Atau mungkin kamu sendiri pernah berkata demikian kepada salah seorang teman kamu? Bahaslah masalah ini dengan teman sebangku. Apakah kamu setuju dengan apa yang dikatakan oleh Tina, Santo, dan Marni? Kalau ya, mengapa? Kalau tidak, apa sebabnya? Menurut kamu, manakah sikap yang mirip dengan apa yang diperlihatkan oleh para ahli Taurat di zaman Tuhan Yesus? Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan itu dengan teman kamu sebangku, lalu tuliskan jawabanmu!


E. Pergumulan Gereja

1. Gereja yang Terbuka

Bagaimanakah sifat gereja perdana? Salah satu sifatnya sudah kita baca dalam bacaan Kisah Para Rasul 2. Menurut Kisah Para Rasul 2 digambarkan bahwa gereja perdana adalah gereja yang terbuka. Gereja ini terdiri dari orang-orang dari berbagai daerah di seluruh dunia. Ini berarti, walaupun pada mulanya murid-murid Yesus hanya terdiri dari orang-orang Yahudi, bahkan hanya dari satu daerah saja, yaitu Galilea, gereja perdana sudah terdiri dari orang-orang yang berasal dari latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda-beda.

Selain itu, gereja perdana juga terbuka bagi kepemimpinan perempuan. Banyak tokoh perempuan yang berkiprah di gereja perdana, seperti Lidia (Kisah Para Rasul 16: 14, 40), Priskila (Kisah Para Rasul 18:2, 18), Yunias (Roma 16:7).

Gereja juga menerima orang yang cacat, yang tidak sempurna, untuk menjadi anggotanya. Dalam Kisah Rasul 8: 27–40 dikisahkan bahwa Filipus membaptis seorang sida-sida Etiopia. Sida-sida adalah laki-laki yang dikebiri. Dalam aturan keagamaan Yahudi, orang yang dikebiri dilarang masuk ke Bait Suci dan mempersembahkan korban.

Bagaimana dengan gereja di masa kini? Banyak gereja di Indonesia yang terbentuk di dalam kelompok-kelompok suku tertentu. Hal ini disebabkan oleh strategi penginjilan yang dilakukan para misionaris barat di Indonesia. Mereka berpendapat bahwa gereja-gereja akan lebih mudah berkembang apabila mereka menggunakan bahasa yang sama dan mengenal budaya yang sama. Namun dampak negatifnya, kadang-kadang tercipta eksklusivisme kesukuan di gereja-gereja tersebut. Dapat saja sebuah kelompok suku tertentu menganggap gerejanya lebih baik dan lebih hebat daripada gereja kelompok suku yang lain. Pernahkah kamu melihat gereja seperti itu? Semoga tidak ada. Hal ini tentu sangat berbeda dengan gereja perdana yang kita lihat terbentuk di Yerusalem. Kelompok seperti itu jelas berbeda dengan gereja yang dicitacitakan Tuhan Yesus sebagai sebuah komunitas yang terbuka.


2. Pemahaman tentang Ajaran yang Benar

Selain eksklusivisme kesukuan, mungkin ada gereja-gereja tertentu yang menganggap dirinya yang paling benar dan paling suci. Di daerah Pegunungan Appalachia di Amerika Serikat, ada sekelompok orang Kristen yang percaya bahwa mereka dapat menguji iman mereka dengan memegang ular-ular yang sangat berbisa. Kalau mereka digigit ular dan tidak mati, maka hal tersebut membuktikan bahwa mereka memiliki iman yang kuat dan benar. Hal ini didasarkan pada Markus 16: 17–18, demikian: "Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh".

Bagaimana pendapat kamu tentang ayat di atas? Apakah kamu percaya bahwa Tuhan Yesus akan melindungi kita dari hal-hal yang disebutkan di atas? Coba diskusikan pertanyaan-pertanyaan ini dengan teman sebangkumu dan tuliskan hasil diskusimu.

Kita percaya bahwa Tuhan akan melindungi kita dari marabahaya, namun kalau kita dengan sengaja memegang ular dan mengharapkan kita akan tetap selamat, bukankah itu sama dengan mencobai Tuhan? Kita dapat melihat hal yang serupa ketika Tuhan Yesus dicobai Iblis di padang gurun dan kepada-Nya dikatakan, ”Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikatNya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” (Matius 4:6). Namun kepada Iblis, Tuhan Yesus menjawab, ”Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!” (Matius 4:7).


3. Gereja yang Gagal Menjadi Teladan

Mahatma Gandhi, seorang tokoh kemerdekaan India, sering membaca Alkitab, khususnya kitab Injil Matius. Ia sangat tertarik oleh ajaran-ajaran Yesus yang terdapat dalam Khotbah di Bukit. Ia ingin sekali berkenalan dengan Yesus yang digambarkan di dalam Alkitab. Pada masa mudanya, di tahun 1920-an, Gandhi tinggal dan bekerja di Afrika Selatan. Saat itu, pemerintah Afrika Selatan mempraktikkan politik apartheid, yang membeda-bedakan orang berdasarkan warna kulitnya. Orang kulit berwarna gelap seperti orang-orang Afrika, keturunan India, Melayu, dan lain-lain dilarang bergaul dengan orang kulit putih. Mereka dilarang memasuki gedung-gedung atau tempat-tempat yang khusus disediakan untuk orang-orang kulit putih. Mereka pun dilarang menikah dengan orang kulit putih. Orang yang berani melanggar aturan-aturan ini akan dihukum dan dijebloskan ke dalam penjara.

Suatu hari Gandhi berkunjung ke gereja orang kulit putih di Capetown. Ternyata ia ditolak karena warna kulitnya. Gandhi kecewa. Ia mengatakan, ”I like your Christ. I do not like your Christians. Your Christians are so unlike your Christ.” Artinya, ”Aku suka akan Kristusmu. Tapi aku tidak suka orang-orang Kristenmu. Orang-orang Kristen sangat berbeda dengan Kristusmu.”

Apa yang dikatakan oleh Gandhi sungguh sebuah kritik yang tajam bagi kita orang Kristen, karena kita seringkali gagal mencerminkan siapa Yesus Kristus yang sesungguhnya kita kenal dan sembah itu.

Dalam cara apa lagi gereja dapat menjadi batu sandungan bagi orang lain? Di negara Pantai Gading, di Afrika, berdiri Basilika Notre Dame de la Paix de Yamoussoukro atau Basilika Maria Ratu Perdamaian Yamoussoukro. Gereja ini adalah gereja Kristen terbesar di seluruh dunia, yang dibangun oleh Presiden Félix Houphouët-Boigny (baca: Feliks Ufwet Bwanyi) di desa tempat kelahirannya dengan harapan bahwa desa itu akan menjadi ibu kota negaranya. Basilika ini dibangun antara 1985–1990 dengan biaya $ 300 juta (sekitar Rp 3.050.000.000.000,00 atau Rp 3 triliun lebih). Basilika ini dapat menampung 7.000 tamu yang duduk dan 11.000 tamu yang berdiri. Keseluruhannya dibangun dengan marmer yang diimpor dari Italia, dan dihiasi dengan lukisan dari kaca seluas 7.000 m2 yang diimpor dari Prancis.

Bagaimana dengan rakyat Pantai Gading sendiri? Pantai Gading adalah salah satu negara miskin di Afrika. Pada tahun 2008, 42% penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka hidup dengan penghasilan sekitar Rp13.000,00 per hari. Karena itu, sungguh sangat memalukan ketika gereja yang sangat mewah dibangun di tengah-tengah kemiskinan masyarakat sekitarnya yang luar biasa!

Bagaimana pendapat kamu, apakah kamu setuju kalau orang membangun gereja yang mewah? Berikan pendapatmu? Coba bahas masalah ini dalam kelompok.


4. Hidup Saling Berbagi

Salah satu cara hidup yang sangat menarik yang diperlihatkan oleh gereja perdana adalah bagaimana setiap orang menjual harta milik mereka dan kemudian hidup saling berbagi. Kisah Para Rasul 2:44–45 mengatakan: "Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing".

Orang-orang Kristen perdana tidak menganggap milik mereka hanya untuk mereka sendiri. Mereka saling membagikan apa yang mereka miliki, sehingga tidak ada seorang pun yang kekurangan. Cara hidup ini sungguh menarik, sebab sangat berbeda dengan hidup sebagian orang yang materialistis, yaitu sangat mementingkan harta dan kekayaan. Orang yang materialistis selalu menilai orang lain dari apa yang orang itu miliki, mobil apa yang mereka kendarai, merek pakaian yang mereka kenakan, di daerah mana mereka tinggal, berapa luas rumahnya, di mana mereka berlibur, dan lain-lain.

Melihat cara hidup orang-orang ini, sungguh menarik bila kita mencatat apa yang dikatakan oleh Warren Buffet salah seorang paling kaya di dunia, dalam nasihatnya tentang bagaimana menjadi kaya. Kalau orang tertentu selalu melihat merek pakaian yang mereka beli, maka Buffet yang kaya raya justru tidak peduli dengan merek suatu barang. Buffet mengatakan, jangan membeli pakaian dengan melihat mereknya. Belilah pakaian yang nyaman dipakai, walaupun itu pakaian yang murah. Bagi Buffet itu adalah resep menuju kaya.

Bagi orang Kristen perdana, gaya hidup itu didasarkan pada kecukupan dari apa yang mereka butuhkan, bukan yang mereka inginkan. Kebutuhan dan keinginan tidak sama. Kita dapat mengingini banyak hal, namun mungkin sekali banyak di antaranya tidak kita butuhkan.

Ada sebuah ungkapan dalam bahasa Inggris yang berbunyi, Live simply, so others can simply live! Artinya, ”Hiduplah sederhana, agar orang lain dapat sekadar hidup!” Bila kita hidup berlebih-lebihan, makan minum secara berlebihan melampaui batas kebutuhan kita, maka akan ada banyak orang yang hidup kekurangan. Tuhan mengajarkan kita hidup dengan secukupnya, seperti yang dijalani oleh orang-orang Kristen dari gereja perdana tentang bagaimana cara berbagi dengan sesamanya.

Nah, bagaimana dengan kamu sendiri? Kapan terakhir kamu berbagi dengan temanmu? Dengan seseorang yang tidak kamu kenal? Apa yang kamu berikan kepada orang itu? Sebagian dari makan siang kamu? Sebagian dari uang jajan kamu? Pakaian kamu? Coba ceritakan pengalaman kamu, dan bagaimana sikap orang tua kamu ketika mengetahui kamu memberikan sesuatu kepada orang lain! Apakah mereka terkejut, bangga, memuji, atau memarahi kamu?


F. Penutup

Gereja yang terbentuk di Yerusalem pada hari Pentakosta adalah buah pekerjaan Roh Kudus, bukan pekerjaan manusia. Gereja perdana terdiri dari orang-orang yang beraneka ragam suku bangsa, ras, dan bahasa. Dengan demikian, gereja adalah komunitas yang terbuka dan inklusif. Terpenting dari gereja bukanlah gedungnya melainkan orangnya. Dengan demikian, sederhana atau mewah gedungnya tidaklah penting. Orang-orang di gereja perdana hidup dengan berbagi kepada sesamanya. Gaya hidup ini masih dilakukan oleh banyak orang Kristen dan gereja yang lewat persembahannya, bantuannya kepada orang miskin, para korban bencana alam, beasiswa pendidikan, kepada orang jompo, keberpihakan kepada korban-korban ketidakadilan, dan lain-lain.

Nyanyian Penutup

NKB 111 Gereja Bagaikan Bahtera

Referensi:

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti  Untuk SMP Kelas IX / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.-- Edisi Revisi. Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018.

Baca juga:

PAK Kelas 9 Semester 1

01

Gereja Sebagai Umat Allah yang Baru

02

Mengenal Gerejaku

03

Gereja yang Hidup di Dunia

04

Gereja yang Bersaksi dan Melayani di Dunia

05

Gereja yang Bergumul di Dunia

06

Gereja dan Orang Muda

07

Gereja yang Memperbarui Diri


Tidak ada komentar:

Posting Komentar