Hadasa atau Ester |
1. Identitas Ester
Ester lahir dengan nama Hadasa, anak Abihail,
seorang Yahudi yang tinggal di Persia. Ia yang menjadi tokoh utama dalam Kitab Ester, bagian dari Perjanjian Lama di Alkitab Kristen. Dicatat
bahwa ia dipilih menjadi ratu oleh raja Ahasyweros
dari Kerajaan Persia.
Kisah hidupnya menjadi dasar bagi perayaan Purim yang diperingati
sampai sekarang dalam agama Yahudi.
Hadasa atau Ester dipercaya lahir dan dibesarkan di
kota Susan, ibukota Kerajaan Persia. Gadis itu elok perawakannya dan cantik parasnya. Ketika ibu bapanya mati,
ia diangkat sebagai anak oleh Mordekhai, anak saudara ayahnya.
Mordekhai bin Yair bin Simei bin Kish, adalah
seorang Yahudi dari suku Benyamin. Kakek buyutnya, Kish, diangkut dari Yerusalem sebagai salah seorang buangan
yang turut dengan Yekhonya, raja Kerajaan Yehuda, ketika ia diangkut ke dalam pembuangan oleh raja Nebukadnezar, raja Babel tahun 597 SM. Meskipun kemudian raja Koresy Agung mengijinkan bangsa Yahudi pulang ke
negerinya, rupanya Ester dan keluarganya tetap tinggal di kota Susan di Persia.
2. Ratu Wasti di copot
jabatannya
Pada
tahun yang ke-3 dalam pemerintahan raja Ahasyweros dari Persia, yang merajai 127 daerah mulai dari India sampai ke
Etiopia, diadakanlah oleh baginda perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya;
tentara Persia dan Media, kaum bangsawan dan pembesar daerah hadir di hadapan
baginda. Di samping itu baginda memamerkan
kekayaan kemuliaan kerajaannya dan keindahan kebesarannya yang bersemarak,
berhari-hari lamanya, sampai 180 hari.
Pada zaman itu, raja Ahasyweros
bersemayam di atas takhta kerajaannya di dalam benteng Susan. Setelah genap
hari-hari itu, maka raja mengadakan perjamuan lagi 7 hari lamanya bagi seluruh
rakyatnya yang terdapat di dalam benteng Susan, dari pada orang besar sampai
kepada orang kecil, bertempat di pelataran yang ada di taman istana kerajaan.
Wasti, sang ratu, mengadakan perjamuan bagi semua perempuan di dalam istana
raja Ahasyweros.
Pada hari yang ke-7, ketika raja riang gembira hatinya karena minum anggur,
bertitahlah baginda kepada 7 sida-sidanya supaya mereka membawa Wasti, sang
ratu, dengan memakai mahkota kerajaan, menghadap raja untuk memperlihatkan
kecantikannya kepada sekalian rakyat dan pembesar-pembesar, karena sang ratu
sangat elok rupanya. Tetapi ratu Wasti menolak untuk menghadap menurut titah
raja yang disampaikan oleh sida-sida itu, sehingga sangat geramlah raja dan
berapi-apilah murkanya.
Maka bertanyalah raja kepada 7 penasehatnya,
orang-orang arif bijaksana, orang-orang yang mengetahui kebiasaan zaman, karena
demikianlah biasanya masalah-masalah raja dikemukakan kepada para ahli
undang-undang dan hukum; adapun yang terdekat kepada baginda ialah Karsena,
Setar, Admata, Tarsis, Meres, Marsena dan Memukan, ketujuh pembesar Persia dan
Media, yang boleh memandang wajah raja dan yang mempunyai kedudukan yang tinggi
di dalam kerajaan.
Memukan mengusulkan di hadapan raja dan para pembesar itu
bahwa: "Wasti, sang ratu, bukan bersalah kepada raja saja, melainkan juga
kepada semua pembesar dan segala bangsa yang di dalam segala daerah raja
Ahasyweros. Karena kelakuan sang ratu itu akan merata kepada semua perempuan,
sehingga mereka tidak menghiraukan suaminya, apabila diceritakan orang.
Raja
Ahasyweros menitahkan, supaya Wasti, sang ratu, dibawa menghadap kepadanya,
tetapi ia tidak mau datang. Pada hari ini juga isteri para pembesar raja di
Persia dan Media yang mendengar tentang kelakuan sang ratu akan berbicara
tentang hal itu kepada suaminya, sehingga berlarut-larutlah penghinaan dan
kegusaran.
Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan suatu
titah kerajaan dari hadapan baginda dan dituliskan di dalam undang-undang
Persia dan Media, sehingga tidak dapat dicabut kembali, bahwa Wasti dilarang
menghadap raja Ahasyweros, dan bahwa raja akan mengaruniakan kedudukannya
sebagai ratu kepada orang lain yang lebih baik dari padanya.
Bila keputusan
yang diambil raja kedengaran di seluruh kerajaannya, alangkah besarnya kerajaan
itu, maka semua perempuan akan memberi hormat kepada suami mereka, dari pada
orang besar sampai kepada orang kecil."
Usul itu dipandang baik oleh raja
serta para pembesar, jadi bertindaklah raja sesuai dengan usul Memukan itu.
Dikirimkanlah oleh baginda surat-surat ke segenap daerah kerajaan, tiap-tiap
daerah menurut tulisannya dan tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, bunyinya:
"Setiap laki-laki harus menjadi kepala dalam rumah tangganya dan berbicara
menurut bahasa bangsanya."
3.
Ester diangkat menjadi ratu
Sesudah
peristiwa-peristiwa ini, setelah kepanasan murka raja Ahasyweros surut,
terkenanglah baginda kepada Wasti dan yang dilakukannya, dan kepada apa yang
diputuskan atasnya. Maka para biduanda raja mengusulkan agar raja memerintahkan
orang mencari gadis-gadis, yaitu anak-anak dara yang elok rupanya, di segenap
daerah kerajaannya, supaya mereka dikumpulkan di dalam benteng Susan, di balai
perempuan, di bawah pengawasan Hegai, sida-sida raja, penjaga para perempuan;
kemudian diberikan wangi-wangian kepada mereka. Dan gadis yang terbaik pada
pemandangan raja, diangkat menjadi ratu ganti Wasti. Hal itu dipandang baik
oleh raja, dan dilakukanlah demikian.
Setelah titah dan undang-undang raja tersiar dan banyak
gadis dikumpulkan di dalam benteng Susan, di bawah pengawasan Hegai, maka
Esterpun dibawa masuk ke dalam istana raja, di bawah pengawasan Hegai, penjaga
para perempuan. Maka gadis itu sangat baik pada pemandangannya dan menimbulkan
kasih sayangnya, sehingga Hegai segera memberikan wangi-wangian dan pelabur
kepadanya, dan juga 7 orang dayang-dayang yang terpilih dari isi istana raja,
kemudian memindahkan dia dengan dayang-dayangnya ke bagian yang terbaik di
dalam balai perempuan. Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal usulnya,
karena dilarang oleh Mordekhai.
Tiap-tiap kali seorang gadis mendapat
giliran untuk masuk menghadap raja Ahasyweros, dan sebelumnya ia dirawat
menurut peraturan bagi para perempuan selama 12 bulan, sebab seluruh waktu itu
digunakan untuk pemakaian wangi-wangian: 6 bulan untuk memakai minyak mur dan 6
bulan lagi untuk memakai minyak kasai serta lain-lain wangi-wangian perempuan.
Lalu gadis itu masuk menghadap raja, dan segala apa yang dimintanya harus
diberikan kepadanya untuk dibawa masuk dari balai perempuan ke dalam istana
raja. Pada waktu petang ia masuk dan pada waktu pagi ia kembali, tetapi sekali
ini ke dalam balai perempuan yang kedua, di bawah pengawasan Saasgas, sida-sida
raja, penjaga para gundik. Ia tidak diperkenankan masuk lagi menghadap raja,
kecuali jikalau raja berkenan kepadanya dan ia dipanggil dengan disebutkan
namanya.
Ketika Ester, anak Abihail, yakni saudara ayah Mordekhai
yang mengangkat Ester sebagai anak, mendapat giliran untuk masuk menghadap
raja, maka ia tidak menghendaki sesuatu apapun selain dari pada yang dianjurkan
oleh Hegai, sida-sida raja, penjaga para perempuan. Maka Ester dapat menimbulkan kasih
sayang pada semua orang yang melihat dia.
Ester dibawa masuk menghadap raja
Ahasyweros ke dalam istananya pada bulan yang ke-10, yakni bulan Tebet, pada tahun yang
ke-7 dalam pemerintahan baginda. Maka Ester dikasihi oleh baginda lebih dari
pada semua perempuan lain, dan ia beroleh sayang dan kasih baginda lebih dari
pada semua anak dara lain, sehingga baginda mengenakan mahkota kerajaan ke atas
kepalanya dan mengangkat dia menjadi ratu ganti Wasti.
Kemudian diadakanlah
oleh baginda suatu perjamuan bagi semua pembesar dan pegawainya, yakni
perjamuan karena Ester, dan baginda menitahkan kebebasan pajak bagi
daerah-daerah serta mengaruniakan anugerah, sebagaimana layak bagi raja.
4. Rencana
jahat Haman
Sesudah peristiwa-peristiwa ini
maka Haman bin Hamedata, orang Agag, dikaruniailah kebesaran oleh raja
Ahasyweros, dan pangkatnya dinaikkan serta kedudukannya ditetapkan di atas
semua pembesar yang ada di hadapan baginda. Agag adalah nama raja Amalek yang dibunuh oleh raja Israel yang
pertama, Saul
dari suku Benyamin,
atas perintah Tuhan melalui nabi Samuel.
Semua pegawai raja yang di pintu
gerbang istana raja berlutut dan sujud kepada Haman, sebab demikianlah
diperintahkan raja tentang dia, tetapi Mordekhai tidak berlutut dan tidak
sujud. Meskipun ditegor oleh para pegawai raja yang di pintu gerbang istana
raja berhari-hari, "Mengapa engkau melanggar perintah raja?", tetap
tidak didengarkannya juga.
Maka hal itu diberitahukan merekalah kepada Haman
untuk melihat, apakah sikap Mordekhai itu dapat tetap, sebab ia telah
menceritakan kepada mereka, bahwa ia orang Yahudi. Diduga Mordekhai, sebagai
orang Yahudi, tidak mau menyembah orang Amalek, yang merupakan musuh Israel .
Ketika Haman melihat, bahwa
Mordekhai tidak berlutut dan sujud kepadanya, maka sangat panaslah hati Haman,
tetapi ia menganggap dirinya terlalu hina untuk membunuh hanya Mordekhai saja,
karena orang telah memberitahukan kepadanya kebangsaan Mordekhai itu. Jadi
Haman mencari ikhtiar memunahkan semua orang Yahudi, yakni bangsa Mordekhai
itu, di seluruh kerajaan Ahasyweros.
Dalam bulan pertama, yakni bulan Nisan, dalam tahun yang
ke-12 zaman raja Ahasyweros, orang membuang pur, yakni undi, di
depan Haman, hari demi hari dan bulan demi bulan sampai jatuh pada bulan yang
ke-12, yakni bulan Adar.
Kemudian Haman menghadap raja
Ahasyweros dan berkata: "Ada
suatu bangsa yang hidup tercerai-berai dan terasing di antara bangsa-bangsa di
dalam seluruh daerah kerajaan tuanku, dan hukum mereka berlainan dengan hukum
segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan mereka, sehingga tidak patut bagi
raja membiarkan mereka leluasa. Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah
dikeluarkan surat
titah untuk membinasakan mereka; maka hamba akan menimbang perak 10.000 talenta
dan menyerahkannya kepada tangan para pejabat yang bersangkutan, supaya mereka
memasukkannya ke dalam perbendaharaan raja." Maka raja mencabut cincin
meterainya dari jarinya, lalu diserahkannya kepada Haman bin Hamedata, orang
Agag, seteru orang Yahudi itu, kemudian titah raja kepada Haman: "Perak
itu terserah kepadamu, juga bangsa itu untuk kauperlakukan seperti yang
kaupandang baik".
Dalam bulan yang pertama, yaitu Nisan, pada hari yang
ke-13 dipanggillah para panitera raja, lalu, sesuai dengan segala yang
diperintahkan Haman, ditulislah surat kepada wakil-wakil raja, kepada setiap
bupati yang menguasai daerah dan kepada setiap pembesar bangsa, yakni kepada
tiap-tiap daerah menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut
bahasanya; surat itu ditulis atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai dengan
cincin meterai raja.
Surat-surat itu dikirimkan dengan perantaraan
pesuruh-pesuruh cepat ke segala daerah kerajaan, supaya dipunahkan, dibunuh dan
dibinasakan semua orang Yahudi dari yang muda sampai kepada yang tua, bahkan
anak-anak dan perempuan-perempuan, pada satu hari juga, pada tanggal 13 bulan
yang ke-12, yakni bulan Adar, dan
supaya dirampas harta milik mereka.
Salinan surat itu harus diundangkan di dalam
tiap-tiap daerah, lalu diumumkan kepada segala bangsa, supaya mereka
bersiap-siap untuk hari itu. Maka dengan tergesa-gesa berangkatlah
pesuruh-pesuruh cepat itu, atas titah raja, dan undang-undang itu dikeluarkan
di dalam benteng Susan. Sementara itu raja serta Haman duduk minum-minum,
tetapi kota
Susan menjadi gempar.
5. Mordekhai
memberitahu Ester
Setelah Mordekhai mengetahui segala yang terjadi itu, ia
mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain kabung dan abu, kemudian keluar
berjalan di tengah-tengah kota ,
sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih. Dengan demikian datanglah ia
sampai ke depan pintu gerbang istana raja, karena seorangpun tidak boleh masuk
pintu gerbang istana raja dengan berpakaian kain kabung.
Sementara itu di tiap-tiap daerah, ke mana titah
dan undang-undang raja telah sampai, ada perkabungan yang besar di antara orang
Yahudi disertai puasa dan ratap tangis; oleh banyak orang dibentangkan kain
kabung dengan abu sebagai lapik tidurnya.
Ketika dayang-dayang dan sida-sida Ester memberitahukan hal
itu kepadanya, maka sangatlah risau hati sang ratu, lalu dikirimkannyalah
pakaian, supaya dipakaikan kepada Mordekhai dan supaya ditanggalkan kain
kabungnya dari padanya, tetapi tidak diterimanya.
Maka Ester memanggil Hatah,
salah seorang sida-sida raja yang ditetapkan baginda melayani dia, lalu memberi
perintah kepadanya menanyakan Mordekhai untuk mengetahui apa artinya dan apa
sebabnya hal itu. Hatah mendapatkan Mordekhai di lapangan kota yang di depan
pintu gerbang istana raja, dan Mordekhai menceritakan kepadanya segala yang
dialaminya, serta berapa banyaknya perak yang dijanjikan oleh Haman akan
ditimbang untuk perbendaharaan raja sebagai harga pembinasaan orang Yahudi.
Juga salinan surat
undang-undang, yang dikeluarkan di Susan untuk memunahkan mereka itu,
diserahkannya kepada Hatah, supaya diperlihatkan dan diberitahukan kepada Ester.
Lagipula Hatah disuruh menyampaikan pesan kepada Ester, supaya pergi menghadap
raja untuk memohon karunianya dan untuk membela bangsanya di hadapan baginda.
Hatah menyampaikan perkataan Mordekhai kepada Ester.
6.
Jawaban Ester kepada Mordekhai
Mula-mula Ester menyuruh Hatah
memberitahukan kepada Mordekhai: "Semua pegawai raja serta penduduk
daerah-daerah kerajaan mengetahui bahwa bagi setiap laki-laki atau perempuan,
yang menghadap raja di pelataran dalam dengan tiada dipanggil, hanya berlaku satu
undang-undang, yakni hukuman mati. Hanya orang yang kepadanya raja mengulurkan
tongkat emas, yang akan tetap hidup. Dan aku selama 30 hari ini tidak dipanggil
menghadap raja".
Maka Mordekhai menyuruh
menyampaikan jawab ini kepada Ester: "Jangan kira, karena engkau di dalam
istana raja, hanya engkau yang akan terluput dari antara semua orang Yahudi.
Sebab sekalipun engkau pada saat ini berdiam diri saja, bagi orang Yahudi akan
timbul juga pertolongan dan kelepasan dari pihak lain, dan engkau dengan kaum
keluargamu akan binasa. Siapa tahu, mungkin justru untuk saat yang
seperti ini engkau beroleh kedudukan sebagai ratu."
Ester menyuruh menyampaikan jawab
ini kepada Mordekhai: "Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang
terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah
minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta
dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk
menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau
terpaksa aku mati, biarlah aku mati." Maka pergilah Mordekhai
dan diperbuatnyalah tepat seperti yang dipesankan Ester kepadanya. Menurut
tradisi Yahudi, hari-hari puasa itu adalah tanggal 13, 14 dan 15 bulan Nisan.
7.
Ester nekat menghadap raja dengan resiko hukuman mati
Pada hari yang ke-3, yaitu tanggal
15 bulan Nisan,
Ester mengenakan pakaian ratu, lalu berdirilah ia di pelataran dalam istana raja,
tepat di depan istana raja. Raja bersemayam di atas takhta kerajaan di dalam
istana, berhadapan dengan pintu istana itu.
Ketika raja melihat
Ester, sang ratu, berdiri di pelataran, berkenanlah raja kepadanya, sehingga
raja mengulurkan tongkat emas yang di tangannya ke arah Ester, lalu mendekatlah
Ester dan menyentuh ujung tongkat itu. Tanya raja kepadanya: "Apa maksudmu, hai ratu Ester,
dan apa keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan diberikan
kepadamu." Jawab Ester: "Jikalau baik pada pemandangan raja,
datanglah kiranya raja dengan Haman pada hari ini ke perjamuan yang diadakan
oleh hamba bagi raja." Maka titah raja: "Suruhlah Haman datang dengan
segera, supaya kami memenuhi permintaan Ester".
8. Haman girang diundang perjamuan Ester
Lalu
raja datang dengan Haman ke perjamuan yang diadakan oleh Ester. Sementara minum
anggur bertanyalah raja kepada Ester: "Apakah permintaanmu? Niscaya akan
dikabulkan. Dan apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan
dipenuhi." Maka jawab Ester: "Permintaan dan keinginan hamba ialah:
Jikalau hamba mendapat kasih raja, dan jikalau baik pada pemandangan raja
mengabulkan permintaan serta memenuhi keinginan hamba, datang pulalah kiranya
raja dengan Haman ke perjamuan yang akan hamba adakan bagi raja dan Haman; maka
besok akan hamba lakukan yang dikehendaki raja".
Pada
hari itu keluarlah Haman dengan hati riang dan gembira; tetapi ketika Haman
melihat Mordekhai ada di pintu gerbang istana raja, tidak bangkit dan tidak
bergerak menghormati dia, maka sangat panaslah hati Haman kepada Mordekhai. Pulanglah ia ke rumahnya dan menyuruh datang
sahabat-sahabatnya dan Zeresh, isterinya. Maka Haman menceriterakan kepada
mereka itu besarnya kekayaannya, banyaknya anaknya laki-laki, dan segala
kebesaran yang diberikan raja kepadanya serta kenaikan pangkatnya di atas para
pembesar dan pegawai raja. Lagi kata Haman: "Tambahan pula tiada
seorangpun diminta oleh Ester, sang ratu, untuk datang bersama-sama dengan raja
ke perjamuan yang diadakannya, kecuali aku; dan untuk besokpun aku diundangnya
bersama-sama dengan raja.
Akan tetapi semuanya itu tidak berguna bagiku, selama
aku masih melihat si Mordekhai, si Yahudi itu, duduk di pintu gerbang istana
raja." Lalu kata Zeresh, isterinya, dan semua sahabatnya kepadanya:
"Suruhlah orang membuat tiang yang tingginya 50 hasta, sekitar 23 m,
dan persembahkanlah besok pagi kepada raja, supaya Mordekhai disulakan orang
pada tiang itu; kemudian dapatlah engkau dengan bersukacita pergi bersama-sama
dengan raja ke perjamuan itu." Hal itu dipandang baik oleh Haman, lalu ia
menyuruh membuat tiang itu.
9. Raja Ahasyweros teringat jasa Mordekhai
Pada
saat anak-anak dara dikumpulkan untuk kedua kalinya, untuk diseleksi siapa yang
layak menjadi ratu, Mordekhai duduk di pintu gerbang istana raja. Di sana ia
mengetahui Bigtan dan Teresh, dua orang sida-sida raja yang termasuk golongan
penjaga pintu, berikhtiar untuk membunuh raja Ahasyweros. Hal itu diberitahukan
oleh Mordekhai kepada Ester, sang ratu, dan Ester mempersembahkannya kepada
raja atas nama Mordekhai.
Perkara itu diperiksa dan ternyata benar, maka kedua orang itu disulakan
pada tiang. Dan peristiwa itu dituliskan di dalam kitab sejarah, di hadapan
raja.
Pada
malam itu juga, setelah perjamuan yang diadakan Ester, raja tidak dapat tidur. Maka bertitahlah baginda
membawa kitab pencatatan sejarah, lalu dibacakan di hadapan raja. Dan di situ
didapati suatu catatan tentang Mordekhai, yang pernah memberitahukan bahwa
Bigtan dan Teresh, dua orang sida-sida raja yang termasuk golongan penjaga
pintu, telah berikhtiar membunuh raja Ahasyweros. Maka bertanyalah raja:
"Kehormatan dan kebesaran apakah yang dianugerahkan kepada Mordekhai oleh
sebab perkara itu?" Jawab para biduanda raja yang bertugas pada baginda:
"Kepadanya tidak dianugerahkan suatu apapun".
Pada
waktu itu Haman baru datang di pelataran luar istana raja untuk memberitahukan
kepada baginda, bahwa ia hendak menyulakan Mordekhai pada tiang yang sudah
didirikannya untuk dia. Maka titah raja:
"Suruhlah dia masuk."
Setelah Haman masuk, bertanyalah raja
kepadanya: "Apakah yang harus dilakukan kepada orang yang raja berkenan
menghormatinya?" Kata Haman dalam hatinya: "Kepada siapa lagi raja
berkenan menganugerahkan kehormatan lebih dari kepadaku?" Oleh karena itu
jawab Haman kepada raja: "Mengenai orang yang raja berkenan menghormatinya,
hendaklah diambil pakaian kerajaan yang biasa dipakai oleh raja sendiri, dan
lagi kuda yang biasa dikendarai oleh raja sendiri dan yang diberi mahkota
kerajaan di kepalanya, dan hendaklah diserahkan pakaian dan kuda itu ke tangan
seorang dari antara para pembesar raja, orang-orang bangsawan, lalu hendaklah
pakaian itu dikenakan kepada orang yang raja berkenan menghormatinya, kemudian
hendaklah ia diarak dengan mengendarai kuda itu melalui lapangan kota sedang
orang berseru-seru di depannya: Beginilah dilakukan kepada orang yang raja
berkenan menghormatinya!"
Maka titah raja kepada Haman:
"Segera ambillah pakaian dan kuda itu, seperti yang kaukatakan itu, dan
lakukanlah demikian kepada Mordekhai, orang Yahudi, yang duduk di pintu gerbang
istana. Sepatah
katapun janganlah kaulalaikan dari pada segala yang kaukatakan itu."
Lalu
Haman mengambil pakaian dan kuda itu, dan dikenakannya pakaian itu kepada Mordekhai,
kemudian diaraknya Mordekhai melalui lapangan kota itu, sedang ia menyerukan di
depannya: "Beginilah dilakukan kepada orang yang raja berkenan
menghormatinya." Kemudian kembalilah Mordekhai ke pintu gerbang istana
raja, tetapi Haman bergesa-gesa pulang ke rumahnya dengan sedih hatinya dan
berselubung kepalanya. Dan Haman menceritakan kepada Zeresh, isterinya, dan
kepada semua sahabatnya apa yang dialaminya. Maka kata para orang arif
bijaksana dan Zeresh, isterinya, kepadanya: "Jikalau Mordekhai, yang di
depannya engkau sudah mulai jatuh, adalah keturunan Yahudi, maka engkau tidak
akan sanggup melawan dia, malahan engkau akan jatuh benar-benar di
depannya."
Selagi mereka itu bercakap-cakap dengan dia, datanglah
sida-sida raja, lalu mengantarkan Haman dengan segera ke perjamuan yang
diadakan oleh Ester.
10. Ester membongkar Rencana jahat Haman
Pada
hari yang kedua itu, yaitu tanggal 16 bulan Nisan, datanglah raja dengan Haman untuk dijamu oleh Ester, sang ratu. Sementara
minum anggur, bertanyalah pula raja kepada Ester: "Apakah permintaanmu,
hai ratu Ester? Niscaya akan dikabulkan. Dan
apakah keinginanmu? Sampai setengah kerajaan sekalipun akan dipenuhi."
Maka jawab Ester, sang ratu: "Ya raja, jikalau hamba mendapat kasih raja
dan jikalau baik pada pemandangan raja, karuniakanlah kiranya kepada hamba
nyawa hamba atas permintaan hamba, dan bangsa hamba atas keinginan hamba.
Karena kami, hamba serta bangsa hamba, telah terjual untuk dipunahkan, dibunuh
dan dibinasakan. Jikalau seandainya kami hanya dijual sebagai budak laki-laki
dan perempuan, niscaya hamba akan berdiam diri, tetapi malapetaka ini tiada
taranya di antara bencana yang menimpa raja."
Maka bertanyalah raja
Ahasyweros kepada Ester, sang ratu: "Siapakah orang itu dan di manakah dia
yang hatinya mengandung niat akan berbuat demikian?" Lalu jawab Ester:
"Penganiaya dan musuh itu, ialah Haman, orang jahat ini!" Maka
Hamanpun sangatlah ketakutan di hadapan raja dan ratu. Lalu bangkitlah raja
dengan panas hatinya dari pada minum anggur dan keluar ke taman istana.
Akan tetapi Haman masih tinggal
untuk memohon nyawanya kepada Ester, sang ratu, karena ia melihat, bahwa telah
putus niat raja untuk mendatangkan celaka kepadanya. Haman berlutut pada katil
tempat Ester berbaring.
Ketika raja kembali dari taman istana ke dalam ruangan
minum anggur, raja melihat posisi Haman di dekat ranjang Ester, maka titah
raja: "Masih jugakah ia hendak menggagahi sang ratu di dalam istanaku
sendiri?" Tatkala
titah raja itu keluar dari mulutnya, maka diselubungi oranglah muka Haman.
Harbona, salah seorang sida-sida yang di hadapan raja melaporkan bahwa Haman
telah membuat tiang di dekat rumahnya, 50 hasta tingginya, untuk menyulakan
Mordekhai, orang yang menyelamatkan raja dengan pemberitahuannya itu. Lalu
titah raja: "Sulakan dia pada tiang itu."
Kemudian Haman disulakan
pada tiang yang didirikannya untuk Mordekhai. Maka surutlah panas hati raja. Jadi, pada tanggal 17 bulan Nisan, musuh bangsa Yahudi sudah mati.
Pada hari itu
juga raja Ahasyweros mengaruniakan harta milik Haman, seteru orang Yahudi,
kepada Ester, sang ratu, dan Mordekhai masuk menghadap raja, karena Ester telah
memberitahukan apa pertalian Mordekhai dengan dia.
Maka raja mencabut cincin
meterai yang diambil dari pada Haman, lalu diserahkannya kepada Mordekhai; dan
Mordekhai diangkat oleh Ester menjadi kuasa atas harta milik Haman.
11. Tindakan menyelamatkan orang Yahudi
Kemudian
Ester berkata lagi kepada raja sambil sujud pada kakinya dan menangis memohon
karunianya, supaya dibatalkannya maksud jahat Haman, orang Agag itu, serta
rancangan yang sudah dibuatnya terhadap orang Yahudi.
Raja
menjawab kepada Ester, sang ratu, serta kepada Mordekhai, orang Yahudi itu:
"Harta milik Haman telah kukaruniakan kepada Ester, dan Haman sendiri
telah disulakan pada tiang karena ia sudah mengacungkan tangannya kepada orang
Yahudi. Tuliskanlah atas nama raja apa yang kamu pandang baik tentang orang Yahudi
dan meteraikanlah surat itu dengan cincin meterai raja, karena surat yang
dituliskan atas nama raja dan dimeteraikan dengan cincin meterai raja tidak
dapat ditarik kembali"
Pada
waktu itu juga dipanggillah para panitera raja, tanggal 23 bulan yang ke-3, yaitu
bulan Siwan, dan sesuai dengan segala yang diperintahkan Mordekhai ditulislah surat
atas nama raja Ahasyweros dan dimeterai dengan cincin meterai raja, kepada
orang Yahudi, dan kepada para wakil pemerintah, para bupati dan para pembesar
daerah, dari India sampai ke Etiopia, 127 daerah, kepada tiap-tiap daerah
menurut tulisannya dan kepada tiap-tiap bangsa menurut bahasanya, dan juga
kepada orang Yahudi menurut tulisan dan bahasanya, lalu dengan perantaraan
pesuruh-pesuruh cepat yang berkuda, yang mengendarai kuda kerajaan yang tangkas
yang diternakkan di pekudaan, dikirimkanlah surat-surat itu.
Surat raja tersebut isinya: ”raja
mengizinkan orang Yahudi di tiap-tiap kota untuk berkumpul dan mempertahankan
nyawanya serta memunahkan, membunuh atau membinasakan segala tentara, bahkan
anak-anak dan perempuan-perempuan, dari bangsa dan daerah yang hendak menyerang
mereka, dan untuk merampas harta miliknya, pada hari yang sama di segala daerah
raja Ahasyweros, pada tanggal 13 bulan yang ke-12, yaitu bulan Adar”.
Maka
dengan terburu-buru dan tergesa-gesa berangkatlah pesuruh-pesuruh cepat yang
mengendarai kuda kerajaan yang tangkas itu, atas titah raja, dan undang-undang
itu dikeluarkan di dalam benteng Susan.
12. Orang Yahudi membela diri
Pada
tanggal 13 bulan yang ke-12, bulan Adar, ketika titah serta undang-undang raja akan dilaksanakan, pada hari musuh-musuh
orang Yahudi berharap mengalahkan orang Yahudi, terjadilah yang sebaliknya orang Yahudi mengalahkan pembenci-pembenci mereka.
Maka berkumpullah orang Yahudi di dalam kota-kotanya di
seluruh daerah raja Ahasyweros, untuk membunuh orang-orang yang berikhtiar
mencelakakan mereka, dan tiada seorangpun tahan menghadapi mereka, karena
ketakutan kepada orang Yahudi telah menimpa segala bangsa itu.
Dan semua
pembesar daerah dan wakil pemerintahan dan bupati serta pejabat kerajaan
menyokong orang Yahudi, karena ketakutan kepada Mordekhai telah menimpa mereka,
sebab Mordekhai besar kekuasaannya di dalam istana raja dan tersiarlah berita
tentang dia ke segenap daerah, karena Mordekhai itu bertambah-tambah besar
kekuasaannya.
Maka orang Yahudi mengalahkan semua musuhnya:
mereka memukulnya dengan pedang, membunuh dan membinasakannya. Di dalam benteng
Susan saja orang Yahudi membunuh dan membinasakan lima ratus orang. Juga ke-10 anak laki-laki
Haman bin Hamedata, seteru orang Yahudi, dibunuh oleh mereka, tetapi kepada
barang rampasan tidaklah mereka mengulurkan tangan.
Orang Yahudi yang lain, yang ada
di dalam daerah kerajaan, berkumpul dan mempertahankan nyawanya serta mendapat
keamanan terhadap musuhnya; mereka membunuh 75.000 orang di antara
pembenci-pembenci mereka, tetapi kepada barang rampasan tidaklah mereka
mengulurkan tangan.
Hal itu terjadi pada tanggal 13 bulan Adar. Pada hari yang ke-14
berhentilah mereka dan hari itu dijadikan mereka hari perjamuan dan sukacita.
Oleh sebab itu orang Yahudi yang di pedusunan, yakni yang diam di perkampungan
merayakan hari yang ke-14 bulan Adar itu sebagai hari sukacita dan hari
perjamuan, dan sebagai hari gembira untuk antar-mengantar makanan.
Referensi"
Gambar dari Google Images
http://id.wikipedia.org/wiki/Ester
http://id.wikipedia.org/wiki/Ester
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar