1.
Identitas Sadarakh, Mesakh, dan Abednego
Sadrakh, Mesakh, dan Abednego |
Sadrakh, Mesakh, dan Abednego, adalah tiga orang Israel dari Kerajaan Yehuda yang kemudian bekerja di Babel pada abad ke-6 SM, seperti tercatat dalam Kitab Daniel di Alkitab Ibrani atau Perjanjian Lama di Alkitab Kristen.
Mereka bertiga bersama Daniel dibawa ke Babel karena Nebukadnezar "bertitah kepada Aspenas, kepala istananya, untuk
membawa beberapa orang Israel, yang berasal dari keturunan raja dan dari kaum
bangsawan, yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang
berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak
dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk
bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang
Kasdim.
Dan raja menetapkan bagi mereka pelabur setiap hari dari santapan raja
dan dari anggur yang biasa diminumnya. Mereka harus dididik selama tiga tahun,
dan sesudah itu mereka harus bekerja pada raja. Dalam Kitab Daniel, mereka
selalu disebutkan bersama-sama.
2.
Arti Nama Sadarakh, Mesakh, dan Abednego
"Sadrakh"
adalah nama bahasa Kasdim yang berarti "lembut" atau "penulis
raja atau besar" atau "perintah dari dewa Akhu", yang diberikan
oleh pemimpin pegawai istana. Nama aslinya dalam bahasa Ibrani adalah Hananya artinya "pemberian atau
rahmat YHWH.
"Mesakh"
dalam bahasa Kasdim artinya "yang menarik dengan kekuatan" atau
"tamu raja" atau nama seorang dewa Babel, yaitu nama yang diberikan
kepada Misael artinya "Yang seperti El/Allah".
"Abednego"
dalam bahasa Kasdim artinya "hamba terang; bersinar" atau "hamba
dewa Nego", yaitu nama yang diberikan kepada Azarya artinya "Yang ditolong oleh YHWH".
3.
Pendidikan Sadarakh, Mesakh, dan Abednego
Selama di istana raja
Nebukadnezar, mereka bersama Daniel berketetapan untuk tidak
menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum
raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya mereka tak usah
menajiskan dirinya.
Berkatalah pemimpin pegawai istana itu kepada Daniel:
"Aku takut, kalau-kalau tuanku raja, yang telah menetapkan makanan dan
minumanmu, berpendapat bahwa kamu kelihatan kurang sehat dari pada orang-orang
muda lain yang sebaya dengan kamu, sehingga karena kamu aku dianggap bersalah
oleh raja."
Kemudian berkatalah Daniel kepada penjenang yang telah diangkat
oleh pemimpin pegawai istana untuk mengawasi Daniel, Hananya, Misael dan
Azarya: "Adakanlah percobaan dengan hamba-hambamu ini selama sepuluh hari
dan biarlah kami diberikan sayur untuk dimakan dan air untuk diminum; sesudah
itu bandingkanlah perawakan kami dengan perawakan orang-orang muda yang makan
dari santapan raja, kemudian perlakukanlah hamba-hambamu ini sesuai dengan
pendapatmu."
Didengarkannyalah
permintaan mereka itu, lalu diadakanlah percobaan dengan mereka selama sepuluh
hari. Setelah lewat 10 hari, ternyata perawakan mereka lebih baik dan mereka
kelihatan lebih gemuk dari pada semua orang muda yang telah makan dari santapan
raja.
Kemudian penjenang itu selalu mengambil makanan mereka dan anggur yang
harus mereka minum, lalu memberikan sayur kepada mereka. Kepada keempat orang
muda itu Allah memberikan pengetahuan dan kepandaian tentang berbagai-bagai
tulisan dan hikmat, sedang Daniel juga mempunyai pengertian tentang
berbagai-bagai penglihatan dan mimpi.
Setelah lewat waktu
yang ditetapkan raja, bahwa mereka sekalian harus dibawa menghadap, maka
dibawalah mereka oleh pemimpin pegawai istana itu ke hadapan Nebukadnezar.
Raja
bercakap-cakap dengan mereka; dan di antara mereka sekalian itu tidak didapati
yang setara dengan Daniel, Hananya, Misael dan Azarya; maka bekerjalah mereka
itu pada raja. Dalam tiap-tiap hal yang memerlukan kebijaksanaan dan
pengertian, yang ditanyakan raja kepada mereka, didapatinya bahwa mereka
sepuluh kali lebih cerdas dari pada semua orang berilmu dan semua ahli jampi di
seluruh kerajaannya.
Atas permintaan
Daniel, raja menyerahkan pemerintahan wilayah Babel itu kepada Sadrakh, Mesakh
dan Abednego, sedang Daniel sendiri tinggal di istana raja.
4.
Sadarakh, Mesakh, dan Abednego, dihukum dalam Perapian Yang Menyala-nyala
Kisah tentang
Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dihukum dalam dapur api yang menyala-nyala dapat
dibaca dari Kitab Daniel 3 : 1 – 30, demikian ceritanya:
Raja Nebukadnezar
membuat sebuah patung emas yang tingginya 60 hasta dan lebarnya 6 hasta yang
didirikannya di dataran Dura di wilayah Babel, lalu menyuruh orang mengumpulkan
para wakil raja, para penguasa, para bupati, para penasihat negara, para
bendahara, para hakim, para ahli hukum dan semua kepala daerah, untuk
menghadiri pentahbisan patung yang telah didirikannya itu.
Setelah mereka semua
berkumpul, berserulah seorang bentara dengan suara nyaring: "Beginilah
dititahkan kepadamu, hai orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan
bahasa: demi kamu mendengar bunyi sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus,
serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian, maka haruslah kamu sujud
menyembah patung yang telah didirikan raja Nebukadnezar itu; siapa yang tidak
sujud menyembah, akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang
menyala-nyala!" Sebab itu demi segala bangsa mendengar bunyi-bunyian itu,
maka sujudlah mereka menyembah patung emas yang telah didirikan raja
Nebukadnezar itu.
Pada waktu itu juga
tampillah beberapa orang Kasdim menuduh orang Yahudi. Berkatalah mereka kepada
raja Nebukadnezar: "Ya raja, kekallah hidup tuanku! Tuanku raja telah
mengeluarkan titah, bahwa setiap orang yang mendengar bunyi sangkakala,
seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis bunyi-bunyian,
harus sujud menyembah patung emas itu, dan bahwa siapa yang tidak sujud
menyembah, akan dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Ada beberapa
orang Yahudi, yang kepada mereka telah tuanku berikan pemerintahan atas wilayah
Babel, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, orang-orang ini tidak mengindahkan
titah tuanku, ya raja: mereka tidak memuja dewa tuanku dan tidak menyembah
patung emas yang telah tuanku dirikan"
Sesudah itu
Nebukadnezar memerintahkan dalam marahnya dan geramnya untuk membawa Sadrakh,
Mesakh dan Abednego menghadap. Setelah orang-orang itu dibawa menghadap raja,
berkatalah Nebukadnezar kepada mereka: "Apakah benar, hai Sadrakh, Mesakh
dan Abednego, bahwa kamu tidak memuja dewaku dan tidak menyembah patung emas
yang kudirikan itu? Sekarang, jika kamu bersedia, demi kamu mendengar bunyi
sangkakala, seruling, kecapi, rebab, gambus, serdam dan berbagai-bagai jenis
bunyi-bunyian, sujudlah menyembah patung yang kubuat itu! Tetapi jika kamu
tidak menyembah, kamu akan dicampakkan seketika itu juga ke dalam perapian yang
menyala-nyala. Dan dewa manakah yang dapat melepaskan kamu dari dalam
tanganku?"
Lalu Sadrakh, Mesakh
dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi
jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup
melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala
itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah
tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak
akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu"
Maka meluaplah
kegeraman Nebukadnezar, air mukanya berubah terhadap Sadrakh, Mesakh dan
Abednego; lalu diperintahkannya supaya perapian itu dibuat 7 kali lebih panas
dari yang biasa. Kepada beberapa orang yang sangat kuat dari tentaranya
dititahkannya untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan mencampakkan
mereka ke dalam perapian yang menyala-nyala itu. Lalu diikatlah ketiga orang
itu, dengan jubah, celana, topi dan pakaian-pakaian mereka yang lain, dan
dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Karena titah raja itu keras,
dipanaskanlah perapian itu dengan luar biasa, sehingga nyala api itu membakar
mati orang-orang yang mengangkat Sadrakh, Mesakh dan Abednego itu ke atas.
Tetapi ketiga orang itu, yakni Sadrakh, Mesakh dan Abednego, jatuh ke dalam
perapian yang menyala-nyala itu dengan terikat.
Kemudian terkejutlah
raja Nebukadnezar lalu bangun dengan segera; berkatalah ia kepada para
menterinya: "Bukankah 3 orang yang telah kita campakkan dengan terikat ke
dalam api itu?" Jawab mereka kepada raja: "Benar, ya raja!"
Katanya: "Tetapi ada empat orang
kulihat berjalan-jalan dengan bebas di tengah-tengah api itu; mereka
tidak terluka, dan yang keempat itu rupanya seperti anak dewa!"
Lalu
Nebukadnezar mendekati pintu perapian yang bernyala-nyala itu; berkatalah ia:
"Sadrakh, Mesakh dan Abednego, hamba-hamba Allah yang maha tinggi,
keluarlah dan datanglah ke mari!" Lalu keluarlah Sadrakh, Mesakh dan
Abednego dari api itu. Dan para wakil raja, para penguasa, para bupati dan para
menteri raja datang berkumpul; mereka melihat, bahwa tubuh orang-orang ini
tidak mempan oleh api itu, bahwa rambut di kepala mereka tidak hangus, jubah
mereka tidak berubah apa-apa, bahkan bau kebakaranpun tidak ada pada mereka.
Berkatalah
Nebukadnezar: "Terpujilah Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego! Ia telah
mengutus malaikat-Nya dan melepaskan hamba-hamba-Nya, yang telah menaruh
percaya kepada-Nya, dan melanggar titah raja, dan yang menyerahkan tubuh
mereka, karena mereka tidak mau memuja dan menyembah allah manapun kecuali
Allah mereka. Sebab itu aku mengeluarkan perintah, bahwa setiap orang dari
bangsa, suku bangsa atau bahasa manapun ia, yang mengucapkan penghinaan
terhadap Allahnya Sadrakh, Mesakh dan Abednego, akan dipenggal-penggal dan
rumahnya akan dirobohkan menjadi timbunan puing, karena tidak ada allah lain
yang dapat melepaskan secara demikian itu." Lalu raja memberikan kedudukan
tinggi kepada Sadrakh, Mesakh dan Abednego di wilayah Babel.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sadrakh,_Mesakh_dan_Abednego
http://2.bp.blogspot.com/sadrahkh-mesakh-abednego.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar