Kamis, 06 Januari 2022

Memilih untuk Bersyukur

Catatan Ucapan Syukur
Catatan Ucapan Syukur

Bacaan Alkitab  

Ratapan 3:17-26, Engkau menceraikan nyawaku dari kesejahteraan, aku lupa akan kebahagiaan. Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada TUHAN. “Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu.” Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku.  Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! “TUHAN adalah bagianku,” kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN. 

Habakuk 3:17-19, Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.

Efesus 5: 1 – 4, Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah. Tetapi percabulan dan rupa-rupa kecemaran atau keserakahan disebut sajapun jangan di antara kamu, sebagaimana sepatutnya bagi orang-orang kudus. Demikian juga perkataan yang kotor, yang kosong atau yang sembrono-- karena hal-hal ini tidak pantas—tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.

A. Pengantar

Dalam pelajaran sebelumnya, kita sudah memahami bahwa bersyukur bukanlah sekedar bersikap pasrah, melainkan suatu tindakan aktif.  Pada pelajaran kali ini, kita akan terus memahami bersyukur sebagai tindakan aktif, karena dikaitkan dengan pilihan untuk bersyukur, dan bukan malah mengeluh.


B. Jangan Mengeluh

Apakah kamu pernah mengeluh?  Tentang apa? Kepada siapa keluhanmu ditujukan dan disampaikan?  Apa reaksi dari orang tersebut ketika mendengar keluhanmu?

 

Ada seorang ibu yang setiap hari terus mengeluh karena rumahnya terlalu kecil. Ia memiliki tiga orang anak yang tidak mempunyai kamar. Tidurpun harus bertumpukan, belajar juga harus bergantian. Lalu, ia menemui pendetanya, dan mengeluhkan keadaannya. “Tuhan kok tidak peduli dengan keluarga kami, pak pendeta. Padahal kurang apa saya dan suami ini; bekerja keras sudah, berdoa dan berpuasa juga sudah. Tapi hidup kami ya begini-begini saja. Kami mesti bagaimana lagi?” tanyanya.

“Saya punya cara untuk mengatasinya. Asal ibu mau mengikuti semua kata-kata saya,” kata pak pendeta.

“Saya janji, pak pendeta. Pokoknya asal kami bisa menarik napas lega.”

“Ajaklah para keponakan dan sepupu ibu menginap di rumah ibu. Minggu depan ibu datang lagi ke mari.” Walau heran, ibu itu mengikuti kata-kata pak pendeta. Ia pulang, lalu mengajak para keponakan dan saudara sepupunya menginap di rumahnya.

Seminggu kemudian ia datang kembali ke pendetanya. “Waduh, pak pendeta, rumah kami tambah sumpek dan sempit. Tobat saya, tobat. Bagaimana ini?” keluhnya pula.

“Ibu masih mau mengikuti kata-kata saya?” tanya pak pendeta. “Tentu, pak pendeta. Pokoknya asal kami bisa menarik napas lega deh.”

“Begini, ibu masih memiliki beberapa ekor kambing dan ayam, bukan? Nah, ibu coba bawa mereka semua masuk ke rumah. Minggu depan Ibu kembali ke sini.” Benar-benar nasihat gila. Tetapi karena sudah janji, ibu itu menuruti juga apa yang dikatakan pak pendeta. Ia pulang, lalu membawa masuk ke rumahnya kambing dan ayam miliknya.

Seminggu kemudian ia datang lagi ke pendetanya dengan wajah tambah kusut mawut. “Rumah kami tambah tak karuan. Bukan hanya sumpek dan sempit, malah jadi bau dan kotor. Sekarang apa lagi nasihat bapak?” tanyanya putus asa.

“Nah, sekarang ibu pulang deh. Semua keponakan dan sepupu pulangkan ke rumah mereka masing-masing. Kambing dan ayam kembalikan ke kandang,” kata pak pendeta lagi. Ibu itu menurut, memulangkan keponakan dan sepupunya, mengembalikan ternak ke kandangnya.

Besoknya ia datang dengan wajah cerah. “Puji Tuhan, pak pendeta, rumah kami tidak sumpek lagi sekarang. Kami bisa menarik napas lega,”  katanya dengan amat gembira. 


Berdasarkan cerita diatas, kita diminta untuk memilih dalam kehidupan ini, memilih untuk berkeluh kesah atau bersyukur atas rahmat-Nya. Memilih artinya, ada sejumlah hal yang tersedia, dan kita mengambil hal yang sesuai dengan apa yang kita anggap terbaik, atau yang sesuai dengan selera kita. 

Contoh pertama, bila kita berada di sebuah restoran atau rumah makan, dan pelayan restoran menyodorkan menu yang berisi daftar makanan yang tersedia, kita diminta untuk memilih makanan apa yang mau dipesan. Tentunya kita memilih makanan yang kita sukai sehingga makanan itulah yang kita pesan. 

Contoh kedua, kamu hendak membeli sepatu sekolah karena sepatumu sudah rusak. Saat berada di toko sepatu, kamu pasti akan melihat-lihat dulu model sepatu apa yang cocok untuk dijadikan sepatu sekolah.  Selain model, tentu kamu juga memilih warna yang sesuai, yang boleh dipakai di sekolah. Memilih dilakukan karena ada beberapa yang tersedia, dan tidak mungkin kita mengambil semua yang ada.

Memilih untuk bersyukur dapat diibaratkan seperti contoh cerita Ibu dan rumahnya di atas.  Ada sejumlah pilihan dan kita diminta untuk memilih bersyukur, karena ini adalah yang terbaik, yang paling sesuai dengan keadaan kita. Hidup bersyukur itu pilihan, tidak tergantung pada situasi dan kondisi di luar diri kita. Dalam keadaan susah dan berat pun kita harus bersyukur. Dalam pelajaran kali ini, kita dapat melihat pada keteladanan dari Nabi Yeremia dan Nabi Habakuk, mereka berdua adalah contoh orang-orang yang dapat tetap bersyukur sekalipun tengah mengalami kesusahan.

Apa yang istimewa pada Nabi Yeremia?  Yeremia lahir dan dibesarkan di sebuah desa yang bernama Anatot, terletak enam kilometer arah timur laut dari Yerusalem. Ia adalah putra seorang imam. Yeremia memberitakan firman Tuhan mulai dari zaman Raja Yosia dari kerajaan Yehuda, dilanjutkan dengan Raja Yoyakim dan Raja Zedekia (keduanya anak dari Raja Yosia), hingga kemudian bangsa Israel dan penduduk Yerusalem serta Yehuda mengalami pembuangan ke negeri Babel. Seluruh seruan nabi Yeremia (bisa dibaca di Kitab Yeremia) menunjukkan kegigihan Yeremia dalam menghadapi bangsa Israel dan Yehuda yang keras kepala, tidak taat, dan terus menerus hidup menyimpang dari jalan Tuhan. Selama masa tugasnya, Yeremia tidak jemu-jemu memperingatkan bangsanya agar bertobat dan meninggalkan dosa mereka sebab kalau tidak, hukuman Allah akan segera turun atas mereka. Akan tetapi, tidak satu pun perkataan Yeremia yang didengarkan oleh mereka, bahkan, mereka justru berulang kali melakukan penghinaan terhadap Yeremia. Hal yang lebih menyakitkan hati adalah bahwa imam yang bekerja di rumah Tuhan justru menganiaya Yeremia karena perkataanya yang mengajak agar bangsa Yehuda bertobat (bisa dibaca di Yeremia 20).

Tidak ada yang lebih menyakitkan, selain ketika kebaikan tidak diterima dengan sukacita, tetapi justru dibalas dengan keburukan. Begitulah yang dialami oleh Yeremia dari bangsanya. Bahkan begitu beratnya penderitaan Yeremia, sampai-sampai ia  pun berkata demikian: “Sangkaku: hilang lenyaplah kemasyhuranku dan harapanku kepada Tuhan” (Ratapan 3:18).

Akan tetapi, apakah kemudian Yeremia terus meratapi hidupnya dan menyesali dirinya? Tidak. Ia mengalihkan perhatiannya dari kesusahan dan derita yang dialaminya kepada kasih dan karunia Allah. Katanya, “Tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya,  selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3: 21-23). Karena itu, Yeremia pun tetap dapat bersyukur. Artinya, Yeremia tidak mau terpaku pada kemalangan dan kesulitan yang ia alami, melainkan tetap melihat kepada Tuhan dan kuasa-Nya yang memampukan Yeremia selaku nabi untuk tetap berkarya bagi-Nya.

Keteladanan yang sama bisa kita lihat dari Nabi Habakuk.  Habakuk menjadi nabi pada zaman raja Yoyakim (608 SM - 597 SM). Raja Yoyakim adalah seorang raja yang jahat, karena itu Tuhan tidak berkenan kepadanya. Ia menjadi penyebab bangsanya terjerumus ke dalam jurang kehancuran (Lihat 2 Raja-raja 23:34-24:5, Yeremia 22:18).

Habakuk hidup dalam keprihatinan karena bangsanya (bangsa Yehuda) tidak hidup dalam kebenaran. Sebaliknya kelakuan mereka penuh dengan kejahatan, ketidakadilan, pemberontakan, dan berbagai pelanggaran hukum lainnya. Telah berulang kali mereka diminta untuk bertobat dan meninggalkan dosa-dosa mereka, tetapi mereka tidak menghiraukannya.

Akan tetapi, Habakuk tidak lantas menjadi putus asa atau kehilangan sukacita. Imannya kepada Tuhan tidak goyah, dan ia juga tetap bisa menyatakan rasa syukurnya. Katanya, “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.” (Habakuk 3:17-19). Bagaimana bisa bersorak-sorak bila kita hanya memikirkan begitu banyak kesulitan yang kita alami? Perhatikan bahwa yang dilakukan oleh Nabi Habakuk adalah bersorak-sorak di dalam Tuhan, karena Tuhan adalah sumber kekuatan Habakuk dan juga sumber kekuatan kita semua.

Banyak hal yang dapat kita pelajari dari Nabi Habakuk dan Yeremia, sehingga mereka bisa tetap bersyukur walaupun hidup mereka susah.

Beberapa hal berikut ini dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari

Pertama, fokuskan pikiran kita kepada kasih karunia Tuhan. Seberat apa pun hidup kita, akan selalu ada hal-hal yang patut kita syukuri; kita dapat bangun dan menghirup udara segar dengan tubuh yang sehat; kita masih dapat bersekolah dan menikmati berbagai fasilitas pendidikan; kita masih dapat menikmati makanan dan minuman bersama keluarga. Bandingkan dengan mereka yang sama sekali tidak bisa menikmati apa yang bisa kita nikmati. Seperti yang dikatakan seorang anak dari hamba Tuhan: “Aku mengeluh karena sepatuku hanya satu, sampai aku bertemu dengan orang yang tidak mempunyai kaki.”  Cobalah hitung hal-hal baik dalam hidup kita, pasti tidak terhitung banyaknya. Karena itu seperti Nabi Yeremia, kita bisa nyatakan, ”Tak habis-habisnya rahmat Tuhan, selalu baru tiap pagi.”

Kedua, jangan mengeluh. Jangan memilih untuk bertambah susah karena memikirkan kepahitan, kesedihan, dan kedukaan.  Sebaliknya, buanglah kata-kata negatif yang tidak membangun dan hanya melemahkan dari mulut kita. Kata-kata yang kita ucapkan dapat sangat kuat pengaruhnya terhadap diri kita. Kata-kata positif akan membuat hati kita terang dan senang, sedangkan kata-kata negatif akan membuat hati kita muram dan sendu. Suasana hati yang terang atau hati yang suram akan berdampak dalam perilaku dan reaksi-reaksi kita. Habakuk dan Yeremia, di tengah segala kesusahan dan penderitaannya, tetap dapat memuji Tuhan. Sama seperti Habakuk, “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan.......... namun aku akan bersoraksorak di dalam TUHAN.” Dengan kata lain, sekali pun ia mengalami kesusahan dan kekecewaan, tetapi ia tidak mengeluh. Ia tetap bergembira.

Ketiga, lakukan hal-hal yang baik dan berguna untuk orang lain. Ketika kesusahan dan masalah kita alami, biasanya kita cenderung jadi kehilangan semangat, merasa tidak berguna, merasa diri menjadi orang yang paling malang dan harus dikasihani, sehingga kita menjadi semakin sulit untuk bersyukur. Lakukanlah kebaikan bagi orang lain yang dapat dimulai dari bisa hal-hal biasa dan sederhana; misalnya, membantu ayah berkebun, atau menolong ibu membersihkan rumah, membuat kartu ucapan selamat ulang tahun buat teman, ikut kunjungan ke panti asuhan bersama teman-teman gereja. Pada saat kita melakukan kebaikan bagi orang lain, saat itu kita akan merasakan kegembiraan. Kita tidak lagi terpaku kepada kesusahan sendiri.

Keempat, buatlah catatan harian yang isinya adalah hal-hal yang kita syukuri setiap hari.  Niscaya, kita akan semakin melihat betapa ajaibnya Tuhan kita, yang terus memberikan rahmat baru setiap pagi!

 

C.  Mari kita simak cerita berikut

1. Bacalah kembali kisah ibu pengeluh di atas. Sebutkan tiga hal yang bisa kamu petik dari cerita tersebut!.

2. Bacalah puisi di bawah ini dan ceritakan apa yang kamu dapatkan dari puisi tersebut!


Sebelum kamu mengeluh Pikirkan tentang seseorang

Hari ini  sebelum kamu mengeluh tentang rasa dari makananmu,

Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum kamu mengeluh tidak punya apa-apa

Pikirkan tentang seseorang yang harus tidur di emperan.

Sebelum kamu mengeluh bahwa kamu buruk,

Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.

 

Hari ini sebelum kamu mengeluh tentang hidupmu,

Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat

Sebelum kamu mengeluh tentang orang tuamu,

Pikirkan tentang seseorang yang kehilangan ayah dan ibu

Sebelum kamu mengeluh tentang rumahmu yang kecil dan tidak mewah

Pikirkan tentang orang-orang yang belum pernah memiliki rumah

 

Dan di saat kamu lelah dan mengeluh tentang tugas-tugasmu di sekolah,

Pikirkan tentang anak-anak lain yang putus sekolah dan tidak dapat mengenyam pendidikan karena kekurangan biaya.

Dan ketika kamu sedang bersedih dan hidupmu dalam kesusahan,

Tersenyum dan mengucap syukurlah kepada Tuhan bahwa kamu masih diberi kehidupan. 


3.  Menemukan Makna Bersyukur

Kita sudah membahas bagaimana pergumulan Nabi Habakuk dan Nabi Yeremia yang tetap bersyukur walaupun menghadapi tantangan, kekecewaan dan kesedihan dalam kehidupan mereka. Menurutmu, apa rahasia menyelesaikan pergumulan ini dengan baik?

4. Catatan Harian Anne Frank, seorang gadis Yahudi usia 14 tahun

Kutipan ini berasal dari Anne Frank, seorang gadis Yahudi yang menyembunyikan diri di dalam sebuah rumah agar tidak ditangkap oleh pasukan Nazi. Anne Frank meninggal pada usia muda, usia 14 tahun, tapi dalam catatan hariannya yang ditemukan setelah ia meninggal, tidak ada kata-kata keluhan tentang nasib malangnya, malahan, buku ini menimbulkan semangat hidup pada banyak orang yang menderita karena penyakit dan berbagai kesusahan hidup lainnya. Tulisan Anne Frank: “I do not think of all the misery, but of the glory that remains. Go outside into the fields, nature and the sun, go out and seek happiness in yourself and in God. Think of the beauty that again and again discharges itself within and without you and be happy.” Kini, tuliskan dengan kata-katamu sendiri kalimat-kalimat penuh semangat seperti yang bisa kita lihat dari kutipan di atas.  Bagikan tulisanmu itu kepada temanteman atau orang-orang untuk mengingatkan agar selalu mengucap syukur.

5.  Mengatasi Hambatan untuk Bersyukur

Bagaimana kamu dapat hidup bersyukur? Sebutkanlah hal-hal baik yang dialami dalam hidupmu, yang selama ini jarang sekali disadari sehingga jarang pula disyukuri.  Misalnya, setiap hari tanpa bersusah payah, sudah tersedia makanan di meja makan. 

Apakah betul kamu sudah mempraktikkan sikap bersyukur dalam hidupmu sehari-hari? Apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan bersyukur ini?

6. Mengekspresikan Rasa Syukur

Kini, ekspresikanlah rasa syukurmu melalui berbagai cara yang kamu sukai: boleh berupa doa, cerita atau kesaksian, puisi, tarian, gambar, dan sebagainya.

 

D. Penutup

Hidup bersyukur tidak tergantung pada situasi dan kondisi di luar diri kita. Dalam keadaan susah dan berat pun sebetulnya kita dapat memilih untuk bersyukur. Nabi Habakuk dan Nabi Yeremia adalah contoh orang yang dapat tetap bersyukur walaupun mereka tengah mengalami kesusahan; mereka tidak patah semangat dan mengeluh dalam penderitaannya.

Empat hal yang dapat kita lakukan untuk belajar selalu bersyukur, bahkan dalam hidup yang berat sekalipun:

1. Fokuskan pikiran pada kasih dan karunia Tuhan; lihat sekeliling kita, selalu ada hal yang bisa kita syukuri.

2. Jangan mengeluh;  buanglah kata-kata negatif dari mulut mu, sebaliknya selalu ucapkan kata-kata yang positif dan membangun semangat. Katakata yang kita ucapkan besar sekali pengaruhnya kepada hati kita.

3. Lakukan hal-hal yang baik dan berguna bagi orang lain. Ketika masalah dan kesusahan datang, jangan pasif, jangan biarkan diri kita jatuh pada sikap mengasihani diri sendiri. Ketika kita berbuat kebaikan pada orang lain, kita bisa merasakan kegembiraan.

4. Membuat catatan harian tentang hal-hal yang kita syukuri dari hari ke hari.

 

Referensi

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk SMP Kelas 8 -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.

Alkitab Elektronik 2.0.0 – Alkitab Terjemahan Baru © 1974 – Lembaga Alkitab Indonesia.

1.    Gambar oleh Susan Cipriano dari Pixabay

 

Baca juga:

PAK Kelas 8 Semester 2

01

Setia Beribadah, Berdoa, dan Membaca Alkitab

02

Tantangan Iman Masa Kini

03

Hidup Berkelimpahan

04

Mengapa Bersyukur

05

Bersyukur Bukan Sekedar Pasrah

06

Memilih untuk Bersyukur

07

Bersyukur dalam Situasi Sulit

08

Allah Tetap Bekerja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar