Selasa, 04 Januari 2022

Mengapa Bersyukur?

Bersyukur atas Berkat Makanan
Bersyukur atas Berkat Makanan

Bacaan Alkitab

Amsal 17: 22, Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.

Filipi 4: 4-7, Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.

I Tesalonika 5:18, Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

A. Pengantar

Bersyukur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berterima kasih kepada Allah. Bersyukur adalah salah satu hal yang harus terus dilakukan selaku anak-anak-Nya. Namun demikian, ternyata tidak mudah untuk bersyukur.  Sebagian orang merasakan sulit untuk bersyukur, terutama ketika menghadapi hal-hal yang tidak diharapkan atau hal-hal yang membawa kepedihan atau amarah.  Dalam pelajaran ini dan pelajaran 12, serta 13,  kita akan mengupas lebih dalam, mengapa kita harus bersyukur. Bila kita sudah memahami alasan mengapa harus bersyukur, diharapkan kita juga lebih sering mengucap syukur bahkan menjadikan bersyukur sebagai sikap hidup kita yang diwujudkan dalam keseharian.


B. Pengertian Bersyukur

Ada seorang ibu bernama Liu Ximei. Ia tinggal di Desa Xinhu, Guangdong, China. Pekerjaan sehari-hari Ibu Ximei adalah melakukan tugas rumah tangga dan sesekali ia bekerja di sawah atau di lahan pertanian keluarganya. Ibu ini juga terbiasa mencuci pakaiannya sendiri dan aktif melakukan kegiatan harian, Ibu Liu Ximei menjadi istimewa karena ia melakukan semua aktivitasnya itu dalam usianya yang telah mencapai 102 tahun. Resep umur panjangnya sederhana. Seperti yang diakuinya, ia tidak minum alkohol, selalu menjaga kebersihan diri, dan yang terpenting, katanya, ia tidak mau terlalu dipusingkan oleh keadaan sekitarnya. Ia sudah merasa bersyukur dengan apa yang dimilikinya.

Di Indonesia, angka harapan hidup tertinggi tercatat dimiliki oleh daerah Yogyakarta, yaitu 73 tahun. Artinya, rata-rata penduduk Yogyakarta hidup hingga usia 73 tahun. Beberapa ahli mencoba mencari tahu apa penyebab angka harapan hidup tertinggi ada di  Yogyakarta. Ternyata, karena selain rendahnya tingkat stress dan tingginya konsumsi serat melalui buah dan sayuran, juga karena budaya hidup orang Yogyakarta yang memegang falsafah “nrimo ing pandum”. Artinya, menerima apa yang menjadi haknya, jangan sampai mengambil hak orang lain, apalagi menjadi serakah. Selalu bersyukur dengan apa pun yang menjadi bagian mereka. (Sumber: Data Statistik Indonesia, 2014).

Hidup bersyukur itu banyak manfaatnya; bukan hanya buat diri sendiri, tetapi juga buat orang lain di sekitar kita. Buat diri sendiri, hidup bersyukur akan membuat kita lebih merasa nyaman dan bersemangat menjalani hari-hari kita. Kemampuan kita juga akan lebih berkembang kalau kita membiasakan diri hidup bersyukur. Seorang pemain sepakbola, misalnya, dapat bermain bagus di sebuah klub, tetapi sayangnya begitu ia pindah ke klub lain, kemampuannya menurun drastis. Ternyata ia merasa tidak nyaman di klub barunya itu; iri hati dengan rekan seklubnya, kecewa dengan pelatihnya, tidak puas dengan keadaannya. Intinya ia tidak bisa bersyukur. Akibatnya ia berlatih asal-asalan, tidak dengan sepenuh hati, dan ketika bermain pun jadinya tidak bersemangat. Tidak heran kalau kemudian ia tidak bisa bermain baik sesuai kemampuannya.

Sama halnya dengan seorang remaja yang selalu merasa kurang dengan dirinya. Ia merasa dirinya kurang cantik/ ganteng, kurang pintar, badannya kurang tinggi, keluarganya kurang kaya, sehingga ia pun tidak bisa menjalani hari-harinya dengan gembira, selalu murung. Akibatnya, prestasinya di sekolah terus menurun, kemampuannya di bidang lain juga tidak berkembang.

Begitulah kalau seseorang tidak bisa mensyukuri hidupnya. Ketika bangun pagi, ungkapkan syukur dalam doamu: bersyukur atas udara yang dihirup, atas kicau burung yang kita dengar, atas tubuh yang sehat, atas keluarga, teman, kesempatan bersekolah, dan banyak lagi hal-hal lainnya. Bersyukur dapat juga dilakukan ketika membereskan tempat tidur sambil bernyanyi atau bersiul-siul kecil, begitu juga ketika mandi dan ketika membereskan tas sekolah. Dengan begitu suasana hatimu akan terbawa gembira dan hidup akan terasa cerah. Akan tetapi apabila ketika bangun tidur kita terus mengeluh dan mengomel tentang banyak hal, suasana hati kita juga akan terpengaruh menjadi negatif.

Manfaat lain hidup bersyukur adalah membuat hidup kita lebih sehat. Sudah sejak lama para ahli kedokteran menyetujui, bahwa ada kaitan erat antara hidup sehat dengan hati yang gembira. Ada sebuah penelitian yang dilakukan terhadap orang berusia lanjut. Menurut hasil penelitian itu, kakek dan nenek yang membiasakan dirinya hidup bersyukur, senang tertawa, bisa menerima keadaannya dengan sukacita, tidak suka ngomel-ngomel dan mengeluh, biasanya tubuhnya lebih sehat, jarang sakit atau pun stres. Mereka memiliki semangat hidup yang lebih.

Hal itu sama seperti yang diungkapkan dalam Amsal 17:22: “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” Hati yang gembira adalah salah satu akibat dari hidup bersyukur. Sedang semangat yang patah biasanya terwujud dalam keluhan, lawan kata dari hidup bersyukur. Jadi artinya, keluhan keputusasaan akan membuat hidup kita tambah berat.  

Hidup bersyukur juga akan membuat kita lebih mudah bergaul dengan orang lain. Apabila kamu mempunyai teman yang suka mengeluh dan mengomel, selalu marah-marah dan cemberut, tentunya kamu tidak merasa nyaman berteman dengan orang seperti itu, bukan? Akan berbeda, kalau temanmu itu selalu berwajah ceria dan kata-kata yang diucapkannya selalu dengan nada gembira. Senyum dan tawa selalu menghiasi wajahnya. Kamu pasti akan merasa senang dan nyaman berteman dengannya. Begitu juga orang lain terhadapmu. Hati yang bersyukur akan membawa kegembiraan dalam hidup kita. Kegembiraan akan menarik orang-orang untuk senang berteman dengan kita.

Rasul Paulus sedang mendekam di penjara di kota Roma ketika menulis surat Filipi. Akan tetapi, Rasul Paulus tidak mengeluh dan mengomel dengan keadaannya, ia tetap bersukacita. Tidak ada satu pun kata-kata keluhan dalam suratnya, sebaliknya penuh dengan nasihat untuk bersyukur dan bersukacita. ”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!” begitu Paulus menulis (Filipi 4: 4). Lalu, ”Nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4: 6). Dengan demikian, kita akan mengalami damai sejahtera Allah (Filipi 4: 7). Damai sejahtera, dalam bahasa Ibrani, syalom, bukan berarti hidup bebas dari kesulitan, tetapi  kita dapat merasakan ketenangan, kententraman, dan sukacita, sekalipun dalam kesulitan dan masalah. Jadi, damai sejahtera itu terletak di dalam hati kita, bukan di luar diri kita. Damai sejahtera yaitu ketika kita dapat bersyukur untuk segala apa yang terjadi dan yang kita hadapi dalam hidup ini.

Damai sejahtera dapat dilihat pada kehidupan Rasul Paulus. Sekalipun ia dipenjara, artinya secara fisik ia juga mungkin sedang menderita, tetapi ia tetap tegar, tidak putus asa, dan yang terpenting ia tidak kehilangan sukacita dan rasa syukur. Bahkan lebih dari itu, ia juga tetap bisa menjadi berkat bagi jemaat di Filipi, Efesus, dan Tesalonika. Melalui suratnya, ia menghibur dan menguatkan jemaatnya dalam menghadapi masalah hidup mereka. Rasul Paulus pun menulis, “Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (I Tesalonika 5: 18).  Artinya, mengucap syukur tidaklah tergantung dari apa yang kita miliki, melainkan  harus dilakukan dalam setiap keadaan, suka mau pun duka.

C.S. Lewis, seorang penulis dari negara Inggris, menyatakan bahwa seharusnya kita bersyukur untuk apa pun yang kita alami; bila memang itu adalah yang “baik”, kita bersyukur untuk itu; namun bila itu  adalah yang “tidak baik”, kita pun harus bersyukur karena dengan demikian, kita dilatih untuk menjadi sabar, rendah hati, dan tidak menaruh harapan pada dunia melainkan pada kehidupan surgawi. 

Jadi, dapat kita simpulkan betapa besarnya manfaat yang bisa kita peroleh dari hidup bersyukur. Maka, sangat baik kalau mulai dari sekarang kita membiasakan diri untuk selalu bersyukur. Bersyukur adalah sikap hidup yang harus ditumbuhkan dan dipelihara, tidak tergantung pada kondisi atau keadaan di luar diri kita. Kuncinya adalah kita mau, lalu kita berupaya untuk itu.


C. Penutup

Bersyukur adalah permintaan Tuhan untuk anak-anak-Nya. Bersyukur harus dilakukan dalam segala keadaan. Banyak manfaat dari bersyukur, baik untuk diri sendiri, maupun untuk orang-orang di sekitar kita. Dengan hidup bersyukur, badan kita menjadi lebih sehat dan kita pun menjadi lebih bersemangat dalam menjalani hidup. Para ahli kesehatan umumnya menyetujui, bahwa ada kaitan erat antara hati yang gembira dengan hidup sehat. Dengan hidup bersyukur, kita juga akan lebih mudah berteman. Sebaliknya, seseorang yang suka mengeluh dan mengomel biasanya akan mengalami kesulitan dalam pergaulan.

 

Referensi

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk SMP Kelas 8 -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.

Alkitab Elektronik 2.0.0 – Alkitab Terjemahan Baru © 1974 – Lembaga Alkitab Indonesia

Gambar oleh Gordon Johnson dari Pixabay


Baca juga:

PAK Kelas 8 Semester 2

01

Setia Beribadah, Berdoa, dan Membaca Alkitab

02

Tantangan Iman Masa Kini

03

Hidup Berkelimpahan

04

Mengapa Bersyukur

05

Bersyukur Bukan Sekedar Pasrah

06

Memilih untuk Bersyukur

07

Bersyukur dalam Situasi Sulit

08

Allah Tetap Bekerja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar