Bacaan Alkitab
2 Korintus 4: 15 – 18, Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah. Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
A. Pengantar
Pada
pelajaran sebelumnya kita sudah membahas mengapa perlu bersyukur, kini kita
akan membahas mengenai apa yang diperlukan untuk bisa bersyukur. Kita akan mengupas bahwa bersyukur bukanlah
sekedar bersikap pasif, pasrah menerima apa adanya atau tidak bisa menyikapi
secara berbeda. Bersyukur adalah tindakan aktif, harus diupayakan, sehingga
diperlukan semangat untuk melakukannya.
B. Bersyukur Bukan
Sekedar Pasrah
Coba
kamu sebutkan satu hal yang kamu syukuri pada saat ini. Mungkin bukan cuma
satu, tapi ada beberapa hal yang dapat kamu syukuri. Bila demikian halnya, apakah kamu
sungguh-sungguh sudah mengerti mengapa kita harus bersyukur dan hal-hal apa
saja yang bisa kita syukuri?
Coba
kita kaji, apa yang mendorong kita untuk bersyukur:
1.
Kita bersyukur untuk karunia Allah yang paling penting, yaitu pengorbanan Tuhan
Yesus di kayu salib yang menghapuskan dosa kita dan memberikan jaminan
keselamatan untuk kehidupan di akhirat nanti.
2.
Kita mengingat apa yang Allah sudah lakukan untuk kita: memberikan orang tua,
kesempatan bersekolah, kesehatan, tempat tinggal, teman-teman, dan kesempatan
untuk hidup di negara Indonesia yang sangat indah dan subur.
3.
Kita harus pahami bahwa bagi Tuhan, tidak ada hal yang dilewatkan sia-sia untuk
kebaikan kita. Misalnya, suatu hari kita
mengalami kecelakaan kaki terkilir karena tidak hati-hati ketika turun tangga
sehingga tergelincir. Kejadian kaki terkilir sudah sepatutnya kita syukuri
karena membuat kita bertindak lebih hati-hati di kemudian hari, sehingga kita
tidak mengulangi kecelakaan yang sama.
Contoh lainnya adalah kisah seorang siswa bernama Ani. Ani adalah siswa
yang malas belajar dan tidak patuh kepada orang tua dan gurunya. Suatu ketika,
sang ibu mengingatkan Ani untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolahnya. Akan
tetapi, Ani tidak mengindahkan perintah
ibunya tersebut. Keesokan harinya, Ani terlambat tiba di sekolah dan ibu guru
sudah ada di dalam kelas. Ketika tiba saatnya memeriksa tugas sekolah, ibu guru
mendapati bahwa Ani tidak mengerjakannya.
Menurutmu, apa yang akan Ani lakukan?
Mengakui bahwa ia tidak membuat tugasnya? Atau ia akan berbohong dengan mengatakan
bahwa ia membantu ibunya sehingga tidak sempat mengerjakan tugas? Sudah
sepatutnya Ani bersyukur bahwa melalui hal ini ia diingatkan untuk tidak
melakukan hal-hal yang salah yang akan membawa kerugian. Ia juga dapat mengubah
sikap malasnya menjadi sikap rajin.
Pelajaran yang dapat kita peroleh dari kisah Ani adalah tidak baik untuk
membantah apa yang diperintahkan oleh orang tua dan guru. Jadi, walaupun kita
melakukan kesalahan atau kelalaian, hal itu bisa diubahkan oleh Tuhan menjadi
suatu pembelajaran berharga untuk kita dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
Tuhan memberikan manusia kemampuan untuk berpikir dan belajar dari kesalahan
sehingga tidak perlu mengulangi kesalahan yang sama.
4.
Dengan bersyukur kita diminta untuk menyikapi hidup ini dengan sukacita, bukan
dengan duka dan paksa. Allah menginginkan kita memiliki sikap optimis dalam
menjalani hidup yang dikaruniakan-Nya.
Allah membiarkan kita menjalani suka duka, pahit manis karena Allah
sedang membentuk kita untuk menjadi pribadi yang tangguh, bukan pribadi yang
cengeng atau mudah menyerah bila menghadapi kesulitan sekecil apa pun.
5.
Kita juga bersyukur untuk misi Allah bagi umat manusia, termasuk kita, di dunia
ini. Pengalaman yang kaya/banyak, menghasilkan kesan yang beraneka ragam, sehingga membuat kita lebih
menghargai hidup yang dikaruniakanNya. Hidup tidaklah membosankan, karena ada
hal-hal baru yang membuat kita senantiasa mengagumi betapa Allah bekerja dalam
segala hal, untuk membawa kebaikan bagi umat yang dikasihi-Nya. Manusia dengan segala keterbatasannya, hanya
mampu berbuat kebaikan untuk dirinya sendiri dan orang-orang yang ada di
sekitarnya. Namun, Allah tidaklah
berpikiran sempit seperti itu. Ketika
Allah berbuat kebaikan, Ia berpikir untuk semua yang ada di dunia ini, bukan
hanya untuk suatu negara atau suku bangsa tertentu saja, tetapi semua umat
manusia. Luar biasa, bukan? Ketika Allah
menurunkan hujan, hujan itu dialami oleh mereka yang menjadi anak-anak-Nya, mau
pun mereka yang menolak kehadiran-Nya.
C. Bersyukur
Sebagai Tindakan Aktif
Ada
cerita menarik tentang kumpulan burung yang terbang jauh mencari tempat untuk
ditinggali. Pada saat udara mulai dingin
dan salju mulai turun di sekitar kutub Utara, kumpulan burung akan pindah ke
arah kutub Selatan. Di kutub Selatan sedang terjadi musim panas. Demikian pula
sebaliknya, ketika di kutub Selatan udara mulai dingin, kumpulan burung ini
akan kembali ke arah kutub Utara yang sedang mengalami musim panas.
Pada
suatu perjalanan menuju ke arah kutub Selatan, kumpulan burung ini mengalami
kelelahan. Pimpinan dari kumpulan burung memutuskan agar mereka beristirahat
sejenak di area yang memiliki danau dengan ikan-ikan yang segar. Setelah
beberapa hari, pimpinan mengajak kumpulannya untuk melanjutkan perjalanan ke
kutub Selatan.
Salah
satu burung, karena merasa nyaman dengan suasana yang ada, mengusulkan untuk
menunda keberangkatan. “Biarlah kita istirahat dulu sampai betul-betul
kelelahan kita hilang, baru kita lanjutkan perjalanan panjang ini.” Usul ini
diterima, dan kumpulan burung itu bertahan selama beberapa hari. Ketika
pimpinan mengajak kumpulan untuk melanjutkan perjalanan karena udara semakin
terasa dingin, kembali si burung mengusulkan agar bertahan dulu beberapa hari.
Tetapi,
pimpinan tetap menyatakan ingin melanjutkan perjalanan. Dari pengalamannya, ia
tahu bahwa beberaha hari lagi udara dingin akan disertai salju sehingga akan
membuat perjalanan menjadi semakin sulit ditempuh. Namun, si burung tetap
memilih bertahan tinggal di sekitar danau, dengan alasan, ingin memulihkan
kelelahannya. Akhirnya mereka berpisah dan kumpulan burung melanjutkan
perjalanan meninggalkan si burung yang tetap bertahan.
Si
burung sangat menikmati berada di tempat yang nyaman dimana ikan sangat mudah
diperoleh. Tanpa ia sadari, tubuhnya
semakin gemuk karena sudah berminggu-minggu tidak terbang dan juga ia makan
begitu banyak ikan. Apa yang kemudian
terjadi? Udara semakin dingin, dan air
di danau pun semakin terasa dingin. Ikan-ikan menyelam jauh ke dasar danau
menghindari air di permukaan yang dingin. Si burung kini sulit mendapatkan
ikan, dan ia pun merasakan dinginnya udara.
Kini
ia memutuskan untuk terbang menuju ke arah kutub Selatan. Tetapi, ketika ia
mencoba terbang, ternyata ia tidak sanggup untuk terbang tinggi. Tubuhnya yang menjadi gemuk sulit terbang
tinggi. Ia mencoba lagi, tapi tetap
tidak berhasil. Setelah beberapa hari, tubuhnya mulai kurus karena tidak ada
makanan yang bisa disantap. Walau pun
begitu, ia tetap tidak bisa terbang karena kini ia menjadi lemah, akhirnya
burung tersebut pun mati. Cerita ini mengajarkan bahwa kehidupan nyaman belum
tentu memberikan akhir yang membahagiakan.
Kadang
kala kita mengucap syukur secara otomatis, artinya, apa pun situasi yang sedang
dihadapi, secara spontan kita langsung mengatakan “Syukur, Tuhan. ” Di satu sisi, memang inilah yang diinginkan,
namun di sisi lain, ternyata dengan bersikap spontan seperti itu, kita tidak
lagi memaknai ucapan syukur yang kita naikkan.
Apakah
kita bersyukur karena itu diwajibkan?
Apakah sungguh-sungguh kita bersyukur bila berada dalam situasi yang
sangat sulit? Selain itu, cukup banyak orang yang salah paham dalam mengartikan
makna bersyukur. Apa kesalahan mereka?
Yaitu ketika menganggap bahwa bersyukur dilakukan dengan pasrah, tanpa dimaknai
dengan sungguh-sungguh. Apa bedanya?
Sikap pasrah atau disamakan juga dengan sikap fatalistik adalah sikap
menerima apa adanya. Bahaya dari sikap ini adalah, tanpa melakukan apa-apa,
karena merasa tidak punya kekuatan, kita tetap berharap pertolongan akan tiba
dengan sendirinya. Tuhan tidak ingin kita bersikap pasif seperti ini. Tuhan
ingin supaya dalam keadaan sesulit apa pun, kita tetap memiliki harapan
terhadap pembebasan dari Tuhan.
Pada
pelajaran sebelumnya, kita tahu bahwa apa yang kita perlu dapat kita sampaikan
kepada Allah yang MahaTahu. Allah tidak
menulikan telinga dan membutakan mata melihat kesusahan yang kita alami. Allah menyiapkan pertolongan tepat pada
waktu-Nya, namun, Allah menunggu apakah kita sungguh-sungguh meminta
pertolongan-Nya, dan bersandar pada kuasa-Nya.
Pada
saat kita tetap menunjukkan sikap bergantung pada Allah dalam situasi sulit,
orang-orang di sekitar kita akan melihat bahwa sumber kekuatan kita adalah dari
Tuhan sendiri. Rasa syukur yang kita naikkan pada situasi sulit ini bukanlah
karena kita bertindak emosional, melainkan karena menyadari bahwa Allah tetap
bekerja dalam situasi sesulit apa pun, karena bagi Allah, tidak ada yang
mustahil (Lukas 1: 37).
D. Penutup
Bersyukur
kepada Tuhan adalah tindakan aktif, bukan pasif yang dilakukan secara otomatis.
Untuk itu, kita harus sungguh-sungguh memahami, mengapa perlu memelihara sikap
bersyukur. Kita bersyukur karena memiliki Tuhan Yesus sebagai Juru selamat
kita, dan Dia memelihara kita dengan sungguh baik. Menceritakan pengalaman
bagaimana Tuhan memelihara kita akan membawa orang lain juga belajar hidup
bersyukur.
Referensi
Pendidikan
Agama Kristen dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk
SMP Kelas 8 -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Alkitab Elektronik 2.0.0 – Alkitab Terjemahan Baru © 1974 – Lembaga Alkitab Indonesia.
1. Gambar oleh monicore dari Pixabay
Baca juga:
PAK Kelas 8 Semester 2 | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar