Rabu, 05 Januari 2022

Bersyukur Bukan Sekedar Pasrah

Bersyukur Bukan Sekedar Pasrah

Bacaan Alkitab  

2 Korintus 4: 15 – 18, Sebab semuanya itu terjadi oleh karena kamu, supaya kasih karunia, yang semakin besar berhubung dengan semakin banyaknya orang yang menjadi percaya, menyebabkan semakin melimpahnya ucapan syukur bagi kemuliaan Allah. Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

A. Pengantar

Pada pelajaran sebelumnya kita sudah membahas mengapa perlu bersyukur, kini kita akan membahas mengenai apa yang diperlukan untuk bisa bersyukur.  Kita akan mengupas bahwa bersyukur bukanlah sekedar bersikap pasif, pasrah menerima apa adanya atau tidak bisa menyikapi secara berbeda. Bersyukur adalah tindakan aktif, harus diupayakan, sehingga diperlukan semangat untuk melakukannya.


B. Bersyukur Bukan Sekedar Pasrah

Coba kamu sebutkan satu hal yang kamu syukuri pada saat ini. Mungkin bukan cuma satu, tapi ada beberapa hal yang dapat kamu syukuri.  Bila demikian halnya, apakah kamu sungguh-sungguh sudah mengerti mengapa kita harus bersyukur dan hal-hal apa saja yang bisa kita syukuri? 

Coba kita kaji, apa yang mendorong kita untuk bersyukur:

1. Kita bersyukur untuk karunia Allah yang paling penting, yaitu pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib yang menghapuskan dosa kita dan memberikan jaminan keselamatan untuk kehidupan di akhirat nanti.

2. Kita mengingat apa yang Allah sudah lakukan untuk kita: memberikan orang tua, kesempatan bersekolah, kesehatan, tempat tinggal, teman-teman, dan kesempatan untuk hidup di negara Indonesia yang sangat indah dan subur.

3. Kita harus pahami bahwa bagi Tuhan, tidak ada hal yang dilewatkan sia-sia untuk kebaikan kita.  Misalnya, suatu hari kita mengalami kecelakaan kaki terkilir karena tidak hati-hati ketika turun tangga sehingga tergelincir. Kejadian kaki terkilir sudah sepatutnya kita syukuri karena membuat kita bertindak lebih hati-hati di kemudian hari, sehingga kita tidak mengulangi kecelakaan yang sama.  Contoh lainnya adalah kisah seorang siswa bernama Ani. Ani adalah siswa yang malas belajar dan tidak patuh kepada orang tua dan gurunya. Suatu ketika, sang ibu mengingatkan Ani untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolahnya. Akan tetapi, Ani  tidak mengindahkan perintah ibunya tersebut. Keesokan harinya, Ani terlambat tiba di sekolah dan ibu guru sudah ada di dalam kelas. Ketika tiba saatnya memeriksa tugas sekolah, ibu guru mendapati bahwa Ani tidak mengerjakannya.  Menurutmu, apa yang akan Ani lakukan?  Mengakui bahwa ia tidak membuat tugasnya?  Atau ia akan berbohong dengan mengatakan bahwa ia membantu ibunya sehingga tidak sempat mengerjakan tugas? Sudah sepatutnya Ani bersyukur bahwa melalui hal ini ia diingatkan untuk tidak melakukan hal-hal yang salah yang akan membawa kerugian. Ia juga dapat mengubah sikap malasnya menjadi sikap rajin.  Pelajaran yang dapat kita peroleh dari kisah Ani adalah tidak baik untuk membantah apa yang diperintahkan oleh orang tua dan guru. Jadi, walaupun kita melakukan kesalahan atau kelalaian, hal itu bisa diubahkan oleh Tuhan menjadi suatu pembelajaran berharga untuk kita dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Tuhan memberikan manusia kemampuan untuk berpikir dan belajar dari kesalahan sehingga tidak perlu mengulangi kesalahan yang sama.

4. Dengan bersyukur kita diminta untuk menyikapi hidup ini dengan sukacita, bukan dengan duka dan paksa. Allah menginginkan kita memiliki sikap optimis dalam menjalani hidup yang dikaruniakan-Nya.  Allah membiarkan kita menjalani suka duka, pahit manis karena Allah sedang membentuk kita untuk menjadi pribadi yang tangguh, bukan pribadi yang cengeng atau mudah menyerah bila menghadapi kesulitan sekecil apa pun.   

5. Kita juga bersyukur untuk misi Allah bagi umat manusia, termasuk kita, di dunia ini. Pengalaman yang kaya/banyak, menghasilkan kesan yang  beraneka ragam, sehingga membuat kita lebih menghargai hidup yang dikaruniakanNya. Hidup tidaklah membosankan, karena ada hal-hal baru yang membuat kita senantiasa mengagumi betapa Allah bekerja dalam segala hal, untuk membawa kebaikan bagi umat yang dikasihi-Nya.  Manusia dengan segala keterbatasannya, hanya mampu berbuat kebaikan untuk dirinya sendiri dan orang-orang yang ada di sekitarnya.  Namun, Allah tidaklah berpikiran sempit seperti itu.  Ketika Allah berbuat kebaikan, Ia berpikir untuk semua yang ada di dunia ini, bukan hanya untuk suatu negara atau suku bangsa tertentu saja, tetapi semua umat manusia. Luar biasa, bukan?  Ketika Allah menurunkan hujan, hujan itu dialami oleh mereka yang menjadi anak-anak-Nya, mau pun mereka yang menolak kehadiran-Nya.


C. Bersyukur Sebagai Tindakan Aktif

Ada cerita menarik tentang kumpulan burung yang terbang jauh mencari tempat untuk ditinggali.  Pada saat udara mulai dingin dan salju mulai turun di sekitar kutub Utara, kumpulan burung akan pindah ke arah kutub Selatan. Di kutub Selatan sedang terjadi musim panas. Demikian pula sebaliknya, ketika di kutub Selatan udara mulai dingin, kumpulan burung ini akan kembali ke arah kutub Utara yang sedang mengalami musim panas.

Pada suatu perjalanan menuju ke arah kutub Selatan, kumpulan burung ini mengalami kelelahan. Pimpinan dari kumpulan burung memutuskan agar mereka beristirahat sejenak di area yang memiliki danau dengan ikan-ikan yang segar. Setelah beberapa hari, pimpinan mengajak kumpulannya untuk melanjutkan perjalanan ke kutub Selatan.

Salah satu burung, karena merasa nyaman dengan suasana yang ada, mengusulkan untuk menunda keberangkatan. “Biarlah kita istirahat dulu sampai betul-betul kelelahan kita hilang, baru kita lanjutkan perjalanan panjang ini.” Usul ini diterima, dan kumpulan burung itu bertahan selama beberapa hari. Ketika pimpinan mengajak kumpulan untuk melanjutkan perjalanan karena udara semakin terasa dingin, kembali si burung mengusulkan agar bertahan dulu beberapa hari. 

Tetapi, pimpinan tetap menyatakan ingin melanjutkan perjalanan. Dari pengalamannya, ia tahu bahwa beberaha hari lagi udara dingin akan disertai salju sehingga akan membuat perjalanan menjadi semakin sulit ditempuh. Namun, si burung tetap memilih bertahan tinggal di sekitar danau, dengan alasan, ingin memulihkan kelelahannya. Akhirnya mereka berpisah dan kumpulan burung melanjutkan perjalanan meninggalkan si burung yang tetap bertahan. 

Si burung sangat menikmati berada di tempat yang nyaman dimana ikan sangat mudah diperoleh.  Tanpa ia sadari, tubuhnya semakin gemuk karena sudah berminggu-minggu tidak terbang dan juga ia makan begitu banyak ikan.  Apa yang kemudian terjadi?  Udara semakin dingin, dan air di danau pun semakin terasa dingin. Ikan-ikan menyelam jauh ke dasar danau menghindari air di permukaan yang dingin. Si burung kini sulit mendapatkan ikan, dan ia pun merasakan dinginnya udara.

Kini ia memutuskan untuk terbang menuju ke arah kutub Selatan. Tetapi, ketika ia mencoba terbang, ternyata ia tidak sanggup untuk terbang tinggi.  Tubuhnya yang menjadi gemuk sulit terbang tinggi.  Ia mencoba lagi, tapi tetap tidak berhasil. Setelah beberapa hari, tubuhnya mulai kurus karena tidak ada makanan yang bisa disantap.  Walau pun begitu, ia tetap tidak bisa terbang karena kini ia menjadi lemah, akhirnya burung tersebut pun mati. Cerita ini mengajarkan bahwa kehidupan nyaman belum tentu memberikan akhir yang membahagiakan.

Kadang kala kita mengucap syukur secara otomatis, artinya, apa pun situasi yang sedang dihadapi, secara spontan kita langsung mengatakan “Syukur, Tuhan. ”  Di satu sisi, memang inilah yang diinginkan, namun di sisi lain, ternyata dengan bersikap spontan seperti itu, kita tidak lagi memaknai ucapan syukur yang kita naikkan.

Apakah kita bersyukur karena itu diwajibkan?  Apakah sungguh-sungguh kita bersyukur bila berada dalam situasi yang sangat sulit? Selain itu, cukup banyak orang yang salah paham dalam mengartikan makna bersyukur.  Apa kesalahan mereka? Yaitu ketika menganggap bahwa bersyukur dilakukan dengan pasrah, tanpa dimaknai dengan sungguh-sungguh. Apa bedanya?  Sikap pasrah atau disamakan juga dengan sikap fatalistik adalah sikap menerima apa adanya. Bahaya dari sikap ini adalah, tanpa melakukan apa-apa, karena merasa tidak punya kekuatan, kita tetap berharap pertolongan akan tiba dengan sendirinya. Tuhan tidak ingin kita bersikap pasif seperti ini. Tuhan ingin supaya dalam keadaan sesulit apa pun, kita tetap memiliki harapan terhadap pembebasan dari Tuhan.

Pada pelajaran sebelumnya, kita tahu bahwa apa yang kita perlu dapat kita sampaikan kepada Allah yang MahaTahu.  Allah tidak menulikan telinga dan membutakan mata melihat kesusahan yang kita alami.  Allah menyiapkan pertolongan tepat pada waktu-Nya, namun, Allah menunggu apakah kita sungguh-sungguh meminta pertolongan-Nya, dan bersandar pada kuasa-Nya.

Pada saat kita tetap menunjukkan sikap bergantung pada Allah dalam situasi sulit, orang-orang di sekitar kita akan melihat bahwa sumber kekuatan kita adalah dari Tuhan sendiri. Rasa syukur yang kita naikkan pada situasi sulit ini bukanlah karena kita bertindak emosional, melainkan karena menyadari bahwa Allah tetap bekerja dalam situasi sesulit apa pun, karena bagi Allah, tidak ada yang mustahil  (Lukas 1: 37).


D. Penutup

Bersyukur kepada Tuhan adalah tindakan aktif, bukan pasif yang dilakukan secara otomatis. Untuk itu, kita harus sungguh-sungguh memahami, mengapa perlu memelihara sikap bersyukur. Kita bersyukur karena memiliki Tuhan Yesus sebagai Juru selamat kita, dan Dia memelihara kita dengan sungguh baik. Menceritakan pengalaman bagaimana Tuhan memelihara kita akan membawa orang lain juga belajar hidup bersyukur.

 

Referensi

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk SMP Kelas 8 -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.

Alkitab Elektronik 2.0.0 – Alkitab Terjemahan Baru © 1974 – Lembaga Alkitab Indonesia. 

1.    Gambar oleh monicore dari Pixabay


Baca juga:

PAK Kelas 8 Semester 2

01

Setia Beribadah, Berdoa, dan Membaca Alkitab

02

Tantangan Iman Masa Kini

03

Hidup Berkelimpahan

04

Mengapa Bersyukur

05

Bersyukur Bukan Sekedar Pasrah

06

Memilih untuk Bersyukur

07

Bersyukur dalam Situasi Sulit

08

Allah Tetap Bekerja

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar