Ilustrasi Hidup Berkelimpahan Makanan |
Bacaan Alkitab
Mazmur
37: 23 – 26
TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.
1
Korintus 15: 54 – 58
Dan sesudah yang dapat binasa ini
mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang
tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: “Maut telah
ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, dimanakah
sengatmu?” Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi
syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita. Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah
teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu,
bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
A. Pengantar
Apakah kamu merasa bangga menjadi
pengikut Kristus? Bila kamu tidak merasa
begitu, mudah-mudahan melalui pelajaran kali ini, kamu menjadi lebih mengerti
dan menjadi bangga bahwa kamu adalah pengikut Kristus.
B. Kristus Sebagai Pemimpin yang Layak Diikuti
Apa artinya menjadi pengikut seorang pemimpin? Artinya, apa yang dikatakan pemimpin menjadi suatu pegangan yang harus diikuti. Mengapa demikian? Karena pemimpin adalah yang memiliki pengetahuan lebih dari pengikutnya tentang apa yang ingin dicapai dan bagaimana mencapainya. Bila seseorang tahu apa yang ingin dicapai dan bagaimana mencapainya, mungkin ia tidak lagi memerlukan pemimpin. Jadi, seorang pemimpin diperlukan dalam situasi di mana orang tidak tahu apa yang ia perlu peroleh dan bagaimana ia memperoleh hal itu.
Semasa hidupnya di dunia, Tuhan Yesus adalah seorang pemimpin. Kemana pun ia pergi, banyak orang mengikuti-Nya. Pertama-tama, banyak orang sakit yang ingin disembuhkan oleh kuasa ajaib-Nya. Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan. (Matius 4: 24-25).
Selain itu, Tuhan Yesus juga mengajarkan bagaimana seharusnya menjalani hidup agar mendapatkan makna terbaik. Bila kita membaca Matius 5 sampai 7, seluruh pasal ini penuh berisi petunjuk dan pesan yang Tuhan Yesus sampaikan melalui khotbah kepada para pendengar-Nya. Perlu kita pahami bahwa pada zaman itu, bangsa Israel belum memiliki kitab Taurat dan kitab para nabi dalam bentuk yang mudah dibaca apalagi dipahami.
Jadi, apa yang Tuhan Yesus sampaikan dalam kotbah-Nya itu merupakan penjelasan yang membuka mata mereka tentang apa yang sebetulnya Allah ingin agar mereka lakukan dalam hidup sehari-hari. Contohnya? Coba perhatikan Matius 6: 6 – 8 tentang bagaimana seharusnya sikap kita dalam berdoa. “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya.”
Dari pesan Tuhan Yesus ini, kita
pelajari sedikitnya tiga hal:
1. Menaikkan doa bukanlah tindakan
yang bertujuan untuk mendapatkan pujian dari orang lain, melainkan untuk
membina hubungan pribadi dengan Allah.
2. Isi doa kita adalah percakapan yang
keluar dari hati kita, apa adanya, tidak perlu panjang lebar.
3. Walaupun Allah Bapa mengetahui apa
isi hati kita sebelum kita mengucapkannya, namun Ia tetap menunggu sampai kita
memintanya, yang berarti bahwa kita menunjukkan kebergantungan kita kepada Allah
Sang Pemurah.
Bagi mereka yang ingin sungguh-sungguh hidup sesuai dengan apa yang Allah perintahkan, mendengarkan khotbah Tuhan Yesus ini sungguh merupakan suatu kesempatan indah untuk mendapatkan pegangan, apa yang harus dilakukan.
Tidak heran bila Tuhan Yesus memiliki banyak pengikut; kemana pun Ia pergi, selalu ada kumpulan orang yang mengikuti-Nya, yang menunjukkan keingin tahuan mereka terhadap apa yang seharusnya mereka lakukan sebagai umat Allah.
Namun, Barna (2001) menegaskan bahwa menjadi pengikut Kristus bukanlah sekedar mengikuti Kristus kemana pun Ia pergi, melainkan mengikuti melalui sikap hidup dan gaya hidup kita. Artinya, dari apa yang kita ucapkan atau tidak ucapkan, apa yang kita lakukan atau tidak lakukan, orang lain akan tahu bahwa kita adalah pengikut Kristus yang setia dan sejati. Ini didasari oleh komitmen seumur hidup untuk memuliakan Tuhan dalam apa pun yang kita kerjakan. Contohnya, ketika teman-teman sekelas menyontek saat ujian, kita memilih untuk tidak menyontek, karena kita memilih untuk bersikap jujur dan bukan menipu.
Bagaimana kita bisa menjadi pengikut Kristus yang sungguh-sungguh? Kita bisa temukan ini di Lukas 14: 25 - 27. Pada suatu kali banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya, laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Ayat-ayat ini mengajarkan bahwa ada syarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti Yesus Kristus. Ketaatan kita kepada Yesus haruslah mengatasi segala ketaatan lainnya yang kita miliki. Berapa harga yang harus dibayar untuk menjadi pengikut Kristus? Ketika dihadapkan pada pilihan, yang harus kita ambil adalah ketaatan kepada-Nya.
Hukum yang kita terima dari ajaran Tuhan Yesus adalah tentang mengasihi. Hukum yang pertama harus kita lakukan adalah mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi. (Matius 22: 37). Apakah kita sungguh-sungguh mengasihi-Nya di atas segalanya yang ditawarkan dunia? Setelah itu, kita harus mengasihi sesama manusia seperti diri kita sendiri. (Matius 22: 39).
Kecenderungan manusia adalah mementingkan diri sendiri dan mengorbankan orang lain demi mendapatkan apa yang ia inginkan. Tetapi, hukum yang diajarkan Tuhan Yesus ini justru mengajarkan kita untuk mengasihi orang lain seperti kita mengasihi diri kita sendiri. Bila ini dipraktikkan oleh semua orang di dunia ini, tentu kita akan mengalami hidup dalam damai sejahtera-Nya, tidak ada lagi perkelahian, pertikaian atau perang. Sayangnya, tidak semua umat manusia memahami apa yang diinginkan oleh Tuhan yang menginginkan kebaikan umat yang dikasihi-Nya.
Apa yang kita peroleh dengan mengikut Kristus?
Pertama, bahwa di dalam Kristus ada jaminan keselamatan. Yohanes 3: 17 menyatakan: “Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia”. Keselamatan ini kita peroleh bila kita mau mengakui bahwa Kristuslah Juru selamat kita. Di dalam Kristus, kita mendapatkan jaminan keselamatan bahwa hidup kita setelah berakhir di dunia ternyata berlanjut di surga, dan bukan di api penghukuman. Dari mana kita tahu tentang hal ini? Di Yohanes 14: 2-3 Yesus mengatakan begini: “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.” Indah sekali, bukan, janji Tuhan Yesus ini? Coba bandingkan dengan mereka yang tidak mengenal Yesus, dan karena itu tidak memiliki pengetahuan apa yang akan terjadi saat mereka mengalami kematian.
Kedua,
dengan
percaya kepada Kristus, kita juga menerima hidup yang berkelimpahan. Yohanes
10: 10 menyatakan ucapan Tuhan Yesus: “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku
datang, supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala
kelimpahan.” Sungguh benar, hidup di
dalam Tuhan adalah hidup yang penuh kelimpahan. Mengapa demikian? Karena Tuhan
sudah memberikan petunjuk melalui firman-Nya seperti yang kita baca di dalam
Alkitab, apa yang harus kita lakukan.
Melalui hubungan yang akrab dengan Tuhan, melalui pembacaan Alkitab dan
persekutuan dengan sesama, kita akan
mendapatkan kekuatan untuk menjalani hidup ini dengan kelimpahan yang sudah
dikaruniakan-Nya.
Yeremia 2: 13 - “Sebab
dua kali umat-Ku berbuat jahat: mereka meninggalkan Aku, sumber air yang hidup,
untuk menggali kolam bagi mereka sendiri, yakni kolam yang bocor, yang tidak
dapat menahan air.” Apakah kamu jeli memperhatikan perbedaan antara sumber
air dengan kolam buatan manusia yang bisa bocor sehingga tidak dapat menahan
air? Mana yang akan kamu pilih? Sumber
air yang tiada hentinya menghasilkan air, atau membuat sendiri kolam yang
menampung air? Pernyataan ini ditujukan
kepada bangsa Israel, tetapi ini juga merupakan pernyataan yang sangat tepat
tentang bagaimana hidup di luar Kristus.
Ketika kita menggali dari janji dan kuasa Tuhan, yang adalah sumber air
yang tiada putusnya mengalirkan berkat bagi kehidupan, kita menemukan kekuatan yang tiada habisnya.
Namun, ketika kita menggali dari sumber kita sendiri, tentu ada batasnya.
Inilah rahasia hidup berkelimpahan. Banyak orang hanya mencari Tuhan karena ingin mendapatkan berkat jasmani saja. Tapi, janji Tuhan tidak terbatas untuk hal-hal jasmani, melainkan untuk hal-hal yang menjadikan kualitas kehidupan kita sungguh baik. Tidak perlu kuatir karena Tuhan selalu beserta kita melewati berbagai peristiwa yang paling mengerikan sekali pun. Satu hal lain yang juga penting kita perhatikan adalah, suatu sumber air akan menjadi berkat bila tidak disumbat alirannya. Sebaliknya, bila aliran air itu disumbat, maka semakin lama air akan semakin keruh. Karena itu, jadilah saluran berkat bagi orang lain agar berkat Tuhan terus mengalir dalam hidup kita.
Harus diakui bahwa tawaran yang diberikan dunia ini menarik. Coba kamu perhatikan iklan-iklan yang ada di media massa atau yang dipasang di pinggir-pinggir jalan. “Kenikmatan kopi yang asli hanya diperoleh dari ....” Kini saatnya Anda berlibur bersama keluarga ke .....” Iklan ini mengarahkan kita untuk melakukan hal yang belum tentu kita perlukan. Ketika kita memikirkan hal-hal yang ditawarkan dunia, prioritas hidup kita beralih, kepada hal-hal duniawi yang tidak kekal artinya, yang akan binasa, padahal bukan ini yang Tuhan inginkan. Iblis dapat menggunakan banyak cara untuk membuat perhatian dan hati serta pikiran kita beralih dari Tuhan. Karena itu, hendaknya kita bijak dalam mewaspadai apa saja hal-hal yang dapat membuat perhatian kita beralih dari Tuhan.
Nabi Hosea pernah menyampaikan firman Tuhan kepada bangsa Israel “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu.” Hosea 4:6”. Ayat ini mengingatkan kita sebagai umat Tuhan, bahwa hidup tanpa pengetahuan akan Allah, akan membuat kita kehilangan arah, sampai akhirnya Tuhan sendiri yang melupakan kita.
Jadi, rahasia hidup berkelimpahan adalah bila kita mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh. Selain itu, dengan menjalankan perintah-perintah-Nya, tahu apa yang Tuhan ingin kita lakukan serta janji-janji-Nya, kita mendapatkan kekuatan bahkan karunia-Nya.
Bila kita membaca firman Tuhan mulai dari kitab Kejadian sampai dengan kitab Wahyu, kita akan menemukan banyak sekali ayat yang menjelaskan tentang Tuhan. Disana tertulis pula mengenai apa saja sifat-sifat Allah dan mengapa Allah begitu mengasihi umat-Nya dan janji-janji yang Allah miliki untuk kita selaku anak-Nya. Alkitab bukan hanya menjelaskan tentang hubungan kita dengan Allah, melainkan juga tentang hubungan kita dengan sesama manusia. Selain hukum kedua yang disampaikan Yesus di dalam Matius 22: 39, kita juga dapat membaca penjelasan lebih rinci tentang bagaimana Alkitab mengatur hubungan kita dengan sesama.
Kini, setelah kita mengetahui
bagaimana hidup berkelimpahan di dalam Tuhan apakah kita masih memilih untuk
hidup di luar Dia? Semoga tidak
demikian.
C. Penutup
Di dalam Tuhan, kita bisa mengalami
hidup berkelimpahan. Hidup berkelimpahan bukan hanya dari aspek material, tapi
juga spiritual. Kunci dari hidup berkelimpahan adalah mengasihi Tuhan dengan
sepenuh hati, segenap jiwa, dan segenap akal budi, percaya pada
janji-janji-Nya, dan mengalami kuasaNya.
Referensi
Pendidikan
Agama Kristen dan Budi Pekerti / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk
SMP Kelas 8 -- Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017.
Alkitab
Elektronik 2.0.0 – Alkitab Terjemahan Baru © 1974 – Lembaga Alkitab Indonesia.
1. Gambar oleh Gordon Johnson dari Pixabay
Baca juga:
PAK Kelas 8 Semester 2 | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar