Gambaran kekhawatiran seorang remaja putra |
Bacaan Alkitab
Matius 6:25 – 33:
Roma 5: 3-4:
Dan
bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena
kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan
menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
A. Pengantar
Setelah
kita pelajari bagaimana orang Kristen menjalani hidup beriman dan
berpengharapan, pada pelajaran ini kita akan menerapkan apa yang kita pelajari
dalam hidup kita sehari-hari, terutama saat kita mengalami kesulitan hidup atau
saat kita tidak mendapatkan apa yang kita inginkan. Apakah kamu pernah
merasakan keadaan yang begitu sulit sehingga memilih untuk melupakan semua
dengan tidak memikirkan hal itu, atau menyibukkan diri dengan hal lain sehingga
memiliki alasan untuk tidak mencari penyelesaian dari keadaan sulit itu? Ini
yang disebut dengan melarikan diri.
Para
ahli menemukan bahwa ada dua cara yang dilakukan orang saat menghadapi
kesulitan, fight atau flight.
Fight artinya mengerahkan tenaga dan daya semaksimal mungkin, agar
kesulitan itu dapat diatasi. Sebaliknya, flight artinya, lari meninggalkan
kondisi atau hal yang sulit itu, karena memang tidak mendapatkan atau tidak mau
mencari cara untuk mengatasinya. Seharusnya, orang Kristen harus selalu siap
menghadapi hidup, betapa pun sulitnya.
Mengapa begitu, dan bagaimana caranya?
Mari kita simak lebih lanjut.
B. Mengapa Harus
Kuatir dan Putus Asa?
Sebelum
membahas hal ini, mari kita menyanyikan Kidung Jemaat ”Tak Ku Tau Kan Hari Esok.”
Coba
nyanyikan lagu ini, dan hayati kata-katanya. Apa pesan utama yang disampaikan
oleh lagu ini? Apakah pesan ini cocok
untukmu? Mengapa demikian?
Dalam
Kamu Besar Bahasa Indonesia, putus asa
dianggap sama artinya dengan putus harapan,
yaitu keadaan dimana seseorang tidak
memiliki harapan. Sejak beberapa tahun terakhir ini kita semakin sering
membaca atau mendengar berita tentang orang yang bunuh diri karena merasa tidak mampu melanjutkan hidup.
Perhatikan bahwa kata merasa dicetak
miring, dan tambahan kata merasa ini membuat makna kalimat yang
berbeda dibandingkan dengan tanpa tambahan merasa.
Artinya, belum tentu orang tersebut betul-betul tidak mampu, mungkin ia hanya
merasa bahwa ia tidak mampu, padahal kemampuan untuk bertahan hidup masih ada
padanya.
Wujud
ketidakmampuan bisa beragam, misalnya, karena tidak mampu membayar hutang,
tidak mampu membeli makanan untuk anak, tidak mampu membeli obat untuk
menyembuhkan penyakit. Kisah pilu pada
tahun 2003 terjadi pada Henriyanto yang memilih bunuh diri karena ibunya tidak
sanggup memberikan Rp. 2.500 untuk membayar kegiatan ekstra kurikuler. Pada saat itu, ia baru berumur 12 tahun,
masih sangat muda untuk mengerti bahwa tidak bisa membayar kegiatan
ekstrakurikuler tidaklah berarti harus mengakhiri hidup. Untung niat ini tidak
tercapai, walaupun ia sempat dalam perawatan intensif di rumah sakit dan
mengalami cacat mental karena ketiadaan sementara aliran zat asam ke otaknya
akibat jerat kuat tali di lehernya.
Bunuh
diri bisa dilakukan seseorang yang tidak melihat bahwa hidupnya berarti,
sehingga ia tidak lagi melihat ada gunanya untuk melanjutkan hidup. Apakah dapat dibenarkan, bila kita putus asa
untuk melanjutkan kehidupan dan memilih bunuh diri? Apakah memang kita berhak
untuk mengakhiri hidup ini? Padahal bukan kita yang memberikan kehidupan, dan
karena itu mengakhiri kehidupan juga bukanlah hak kita.
Burung Pipit sedang makan biji-bijian |
Suatu
pesan yang indah tentang bagaimana menghadapi hidup disampaikan oleh Tuhan
Yesus seperti yang diceritakan di dalam Injil Matius 6:25-34. Mari kita baca
pesan Tuhan Yesus ini. “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan
hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula
akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting
dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah
burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak
mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga.
Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang
karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan
mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang
tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo
dalam segala kemegahannya pun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga
itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada
dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu,
hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata:
Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami
pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi
Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan
kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”
Paling
sedikit ada tiga pesan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus disini.
Pertama, bahwa kita tidak perlu kuatir untuk makan, minum, dan
pakaian sebagai hal yang penting dalam hidup ini. Pemeliharaan Tuhan untuk kita
jauh melebihi pemeliharaan Tuhan untuk burung yang tetap hidup karena makanan
yang disediakan-Nya. Lihatlah juga
pemeliharaan Allah terhadap bunga bakung yang indah. Ini semua menunjukkan
bahwa Allah sungguh sangat memperhatikan kehidupan ciptaanNya. Salomo, adalah raja Israel yang paling kaya
dibandingkan dengan raja-raja lainnya, tentunya memiliki kemampuan untuk
memakai baju yang maha indah. Namun,
keindahan baju Salomo tidaklah sebanding dengan keindahan bunga bakung.
Padahal, apalah artinya bunga bakung yang hanya disamakan dengan rumput, karena
begitu hari berganti, keindahannya pun tidak ada lagi. Kekuatiran akan
kecukupan makanan, minuman, dan pakaian dimiliki oleh mereka yang tidak
mengenal Allah. Tetapi, mereka yang
menjadi anak-anakNya tidak perlu memiliki kekuatiran akan hal-hal ini. Mengapa demikian?
Rahasia keberhasilan menjalani hidup ini ada pada pesan Tuhan
Yesus yang kedua. Apa pesan-Nya? Yaitu,
bahwa yang utama dalam menjalani kehidupan ini adalah mencari Kerajaan Allah
dan kebenarannya. Artinya, ketika kita
mengutamakan untuk mengenal Allah, karya-karya-Nya, janji-janji-Nya, maka kita
akan terpesona akan Allah yang sungguh sangat mengasihi kita anakanak-Nya. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk
kita. Kekuatiran yang kita miliki tidaklah
sebanding dengan apa yang Allah sanggup berikan kepada kita. Kekuatiran kita tidaklah sanggup membuat kita
menjalani hidup dengan nyaman, apabila dengan penuh rasa waswas dan ketakutan karena tidak adanya jaminan akan
sesuatu yang baik yang akan kita peroleh.
Oleh sebab itu, pesan Tuhan Yesus yang ketiga adalah, “janganlah
kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.” Nah, apakah kita bisa menerima pesan Tuhan
Yesus yang ketiga ini? Bila kita melihat
di sekitar kita, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia hidup dengan
penuh kekuatiran. Ada orang yang memilih
untuk bekerja dengan sangat keras karena ingin mengumpulkan uang
sebanyak-banyaknya demi masa depannya dan keluarganya. Bekerja keras artinya
tanpa mengindahkan kesehatan dan makan teratur serta istirahat yang cukup. Gaya
hidup seperti ini ternyata malah merusak kesehatan sehingga sebagai akibatnya,
pada saat mencapai usia sekitar 40
tahun, bisa menderita penyakit jantung, atau diabetes, dan sebagainya. Padahal,
menjaga keseimbangan antara bekerja dan beristirahat, memakan makanan secara
teratur dan yang memenuhi gizi adalah penting untuk kelangsungan hidup yang
baik.
Bila
Tuhan Yesus tidak ingin kita kuatir, Ia juga tentunya tidak ingin kita putus
asa. Apalagi sampai bunuh diri karena putus asa. Harusnya, setiap orang percaya
memiliki prinsip seperti tertera dalam Mazmur 146:5:
“Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang
harapannya pada TUHAN, Allahnya.” Kita bisa menjadi putus asa karena
mengandalkan pada kekuatan sendiri, atau mengandalkan orang lain, padahal
kekuatan diri sendiri atau pun kekuatan orang lain ada batasnya.
Bila
kita mengandalkan pertolongan pada Allah Bapa, apa yang kita butuhkan akan
dipenuhi-Nya dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
Hal yang kita butuhkan memang merupakan sesuatu yang kita perlukan untuk
membuat kita semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Dia dan semakin berkarya
demi kebaikan sesama.
2.
Allah pasti memberikan apa yang memang kita butuhkan untuk kebaikan kita dan
orang-orang lain yang ada dalam lingkungan kita. Jadi, saat kita bingung apa
yang kita butuhkan tidak kita dapatkan,
ingatlah bahwa Allah sangat mengasihi kita dan karena itu Allah sangat memperhatikan
kita. Mungkin saja jawaban Allah datang
tidak secepat yang kita harapkan, tapi tetap datang pada waktu yang tepat
menurut Allah, bukan menurut kita. Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Adakah seorang
dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi
ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian
yang baik kepada anakanakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan
yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Matius 7: 9 -11).
3.
Kita harus gigih meminta apa yang kita butuhkan sampai mendapatkannya.
Kegigihan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan memang disarankan oleh Tuhan
Yesus sendiri dalam Matius 7:7-8.
“Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan
mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang
meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang
mengetok, baginya pintu dibukakan.”
Sungguh kata-kata Tuhan Yesus ini sangat menguatkan kita, bukan?
C. Mengamati Lingkungan
Tanyakan
kepada lima orang temanmu, apakah mereka pernah berputus asa? Apa penyebabnya,
apa saja yang mereka lakukan ketika putus asa, dan apakah tindakan itu berhasil
mengatasi keputusasaan mereka. Tulis
hasil pengamatanmu itu dalam buku tulis.
D. Keterbatasan
Manusia
Letaknya
keterbatasan manusia, lelah ketika manusia menganggap bahwa apa yang dibutuhkan
harus datang pada saat ia meminta kepada Allah. Padahal Allah berpikir ke masa
depan, jadi bila kita hanya memikirkan kebutuhan kita sesaat saja, belum tentu
apa yang kita inginkan adalah hal yang baik bagi kita. Contohnya: Sari, seorang siswa kelas VIII, merengek-rengek minta dibelikan telepon
seluler oleh orang tuanya, padahal ayahnya hanya bekerja sebagai tenaga
keamanan di suatu kantor. Adik Sari ada dua orang dan bersekolah di jenjang SD.
Ibu Sari membuat kue di rumah dan menjualnya di warung tetangga. Permohonan
Sari sulit dipenuhi orang tuanya karena pengeluaran perbulan sudah cukup
banyak: untuk biaya transportasi pergi dan pulang sekolah Sari dan kedua
adiknya, untuk membeli buku pelajaran, baju seragam, dan sebagainya.
Namun,
karena cinta kasih mereka terhadap Sari, mereka meminjam uang dari kantor ayah
Sari untuk membelikan telepon yang diinginkan Sari. Sari sangat bangga dengan
telepon itu, dan segera membawanya ke sekolah untuk diperlihatkan kepada teman-temannya
saat istirahat. Tanpa diduga, telepon itu berpindah dari tangan yang satu ke
tangan yang lain, dan tepat ketika ada pada tangan Badu, pak Guru masuk ke
kelas. “Diam, anak-anak!” hardik pak Guru. Karena terkejut, Badu mencoba
memasukkan telepon itu ke kantong celananya, tetapi Badu lupa bahwa kantong
celananya sudah berlubang, sehingga telepon itu meluncur bebas ke lantai. Akibatnya, telepon itu mengalami keretakan di
bagian atas. Pak Guru menegur Badu yang nampak tergesa-gesa mengambil telepon
dan mengembalikannya ke Sari. Dan ketika pak Guru tahu bahwa telepon itu milik
Sari, beliau pun menegur Sari agar tidak memamerkan hal-hal yang membuat
teman-temannya jadi penasaran. Tentu saja Sari
sangat sedih karena teleponnya yang baru ternyata kini rusak. Bagaimana
ia menjelaskan hal ini kepada orang tuanya?
Sari juga merasa malu karena
ditegur oleh pak Guru di hadapan teman-temannya, padahal selama ini ia sering
dipuji oleh para guru sebagai siswa yang rajin dan suka membaca.
Sari
kini berpikir ulang, mungkin belum saatnya ia memiliki telepon seperti itu,
apalagi bila tujuannya hanya untuk dipamerkan kepada teman-temannya. Cerita Sari ini menunjukkan bahwa apa yang
diinginkan manusia belum tentu merupakan hal yang dibutuhkannya. Hal ini bisa
terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam memikirkan konsekuensi atau
akibat dari keputusannya terhadap dirinya sendiri dan diri orang lain di
sekitarnya. Namun, bila kita menyerahkan kepada Tuhan untuk memenuhi apa yang
kita butuhkan, tentu Tuhan melakukannya dengan tepat.
Judul
pelajaran ini adalah “memilih untuk tidak berputus asa.” Mengertikah kalian
bahwa putus asa adalah hal yang harus dihindari? Hidup di dalam kasih Tuhan
yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah adalah hidup yang membawa kita kepada
kelimpahan, dan hendaknya ini yang kita pilih, yaitu dengan taat kepadaNya dan
mengasihi-Nya dengan sungguh-sungguh. Bila ini yang kita pilih, tidak ada waktu
lagi untuk berputus asa.
E. Menemukan Janji
Allah Melalui Kitab Mazmur dan Kidung Pujian
Janji Allah dapat kita baca dari Kitab Mazmur
21–30, baca dan catat pasal dan ayat-ayat dari Kitab Mazmur 21-30 yang
mencerminkan harapan yang dimiliki penulis Mazmur kepada Tuhan. Janji Allah juga dapat kita pelajari melalui
Kidung Pujian, seperti Kidung Jemaat (KJ), Nyanyian Kidung Baru (NKB), dll.
Mazmur 23
1 Mazmur Daud. TUHAN
adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.
2 Ia membaringkan aku
di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
3 Ia menyegarkan
jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.
4 Sekalipun aku
berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau
besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
5 Engkau menyediakan
hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak;
pialaku penuh melimpah.
6 Kebajikan dan
kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam
rumah TUHAN sepanjang masa.
Menyanyikan Lagu
“Apa yang Kau Alami Kini”
Apa
kesan yang kamu peroleh saat memperhatikan lirik lagu ini?
F. Penutup
Putus
asa adalah keadaan dimana seseorang tidak memiliki harapan. Jadi, putus asa
adalah kebalikan dari kondisi berpengharapan.
Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk tidak berputus asa dan kuatir
terhadap hidup ini, karena Allah Bapa memelihara kita dengan sungguh baik.
Allah Bapa memberikan kepada kita apa yang kita butuhkan untuk kebaikan kita,
dan bukan memberikan apa yang semata-mata kita inginkan. Tuhan Yesus
mengajarkan kita untuk meminta kepada Allah Bapa apa yang memang kita butuhkan.
Referensi
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti / Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk SMP Kelas 8 -- Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, 2017.
Alkitab Elektronik 2.0.0 – Alkitab Terjemahan Baru © 1974 –
Lembaga Alkitab Indonesia
Baca juga:
PAK Kelas 8 Semester 1 | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar