Kisah Bahtera Nuh,
menurut Kitab Kejadian pasal 6-9, dimulai ketika Allah mengamati perilaku jahat
manusia dan memutuskan untuk mengirimkan banjir ke bumi dan menghancurkan
seluruh kehidupan. Akan tetapi, Allah menemukan satu manusia yang baik, yaitu
Nuh, "seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang
sezamannya," dan memutuskan bahwa ia akan melanjutkan garis keturunan
manusia.
Allah menyuruh Nuh untuk membangun sebuah bahtera, dan membawa serta
istrinya dan ketiga anak lelakinya Sem,
Ham, dan Yafet, beserta istri
mereka. Selain itu, ia disuruh untuk membawa contoh dari semua binatang dan
burung-burung di udara, jantan dan betina. Untuk menyediakan makanannya, ia
diperintahkan membawa makanan dan menyimpannya di bahteranya.
Segala Binatang yang masuk Bahtera Nabi Nuh |
Nuh dan keluarganya serta binatang-binatang itu masuk ke dalam Bahtera, dan "pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit. Dan turunlah hujan lebat meliputi bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya." Banjir menutupi bahkan gunung-gunung yang tertinggi sekalipun hingga kedalamannya lebih dari 20 kaki, dan segala makhluk di muka Bumi pun mati. Hanya Nuh dan mereka yang ada bersamanya di dalam Bahtera yang selamat dan hidup (Kejadian 7: 1-24).
Setelah 150 hari,
Bahtera akhirnya berhenti di gunung Ararat.
Air terus menyurut, dan setelah sekitar 70 hari lagi puncak-puncak bukit pun
muncul. Nuh melepaskan seekor burung gagak yang "terbang
pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas bumi."
Berikutnya,
Nuh melepaskan seekor merpati, tetapi ia kembali karena tidak menemukan tempat untuk
mendarat. Setelah tujuh hari lagi, Nuh kembali mengeluarkan burung merpati, dan
burung itu kembali dengan sehelai daun zaitun di paruhnya,
dan Nuh pun tahu bahwa air telah surut.
Nuh menunggu tujuh hari lagi dan
mengeluarkan burung merpati itu sekali lagi. Kali ini burung itu tidak kembali.
Lalu ia dan keluarganya serta semua binatang meninggalkan Bahtera, dan Nuh
memberikan kurban kepada Allah. Allah memutuskan bahwa Ia tidak akan mengutuki
bumi lagi karena manusia, dan tidak akan pernah lagi menghancurkan semua
kehidupan dengan cara seperti ini (Kejadian 8: 1-22).
Untuk mengingat janji
ini, Allah menempatkan pelangi di awan-awan, sambil berkata, "Apabila kemudian
Kudatangkan awan di atas bumi dan busur itu tampak di awan, maka Aku akan
mengingat perjanjian-Ku yang telah
ada antara Aku dan kamu serta segala makhluk yang hidup (Kejadian 9: 8-16).
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Bahtera_Nuh
Baca juga:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar