1.
Tempat Berdirinya Gereja Kelahiran
Gereja Kelahiran Yesus di Betlehem |
Gereja Kelahiran atau Gereja
Nativitas di Betlehem adalah
salah satu dari gedung-gedung gereja tertua di dunia yang masih digunakan
sebagai tempat peribadatan. Bangunan ini didirikan di atas gua yang menurut tradisi merupakan tempat lahir Kristus,
dan dihormati sebagai tempat suci baik oleh umat Kristiani maupun oleh
umat Islam.
2.
Riwayat Gereja Kelahiran
Antikuitas dari tradisi ini diuji oleh
apolog Kristen Yustinus Martir, hidup sekitar tahun 100 - 165, yang mencantumkan dalam karya tulisnya Dialog
dengan Trypho bahwa Keluarga Kudus pernah berlindung di dalam sebuah gua di luar kota. Isi tulisan: “Yusuf
menginap di suatu gua dekat desa; dan ketika mereka berada di tempat itu Maria
melahirkan Kristus dan meletakkanNya dalam sebuah palungan, dan di tempat
inilah orang-orang majus yang datang dari negeri Arab itu mendapati-Nya” (Pasal
LXXVIII).
Origenes dari Aleksandria, hidup sekitar tahun 185 - 254 mencatat: “Di Betlehem orang menunjuk
pada gua itu sebagai tempat Dia dilahirkan, dan palungan di dalam gua itu
sebagai tempat dia dibaringkan dengan terbungkus kain lampin. Dan tersiar
khabar di tempat-tempat itu, dan di kalangan orang-orang yang tak seiman, bahwa
sungguh Yesus lahir di gua itu yang dipuja dan dihormati oleh umat Kristiani” (Contra Celsum, kitab I, pasal LI).
Basilika pertama di atas situs ini dibangun oleh Santa Helena, ibunda Kaisar Konstantinus I. Di bawah pengawasan Uskup Makarios dari Yerusalem, pembangunan rampung pada tahun 333. Bangunan itu terbakar habis dalam Pemberontakan Orang Samaria pada tahun 529.
Basilika yang ada saat ini dibangun
kembali dalam bentuknya yang seperti sekarang pada tahun 565 oleh Kaisar Yustinianus I.
Ketika bangsa Persia di bawah pimpinan Kosroes II menyerbu pada tahun 614, mereka di luar dugaan tidak menghancurkan bangunan tersebut.
Menurut
legenda, panglima mereka, Shahrbaraz tergerak hatinya oleh gambar Tiga Orang Majus berbusana Persia dalam gereja, dan memerintahkan untuk membiarkan
bangunan itu tetap utuh. Para pejuang Perang Salib melakukan perbaikan dan penambahan pada gedung itu selama masa kekuasaan Kerajaan Yerusalem Latin dengan izin dan bantuan dari
Kaisar Bizantium, dan Raja Yerusalem pertama dimahkotai di dalam gereja tersebut.
Dari tahun ke tahun, luas bangunan
tersebut ditambah, dan kini luasnya telah mencakup sekitar 12.000 meter kubik.
Gereja ini adalah salah satu dari sebab-musabab langsung terlibatnya Perancis
dalam Perang Krimea melawan Rusia. Gereja ini dikelola bersama oleh para
pejabat Gereja Ortodoks
Yunani, Gereja Katolik Roma, dan Gereja Apostolik Armenia. Ketiga Gereja ini melestarikan
komunitas-komunitas monastik di situs tersebut.
3.
Perayaan Natal di Gereja Kelahiran
Patriarkat Ortodoks Yunani Yerusalem dan Gereja Apostolik Armenia
mengikuti Kalender Julian untuk keperluan liturgis, sementara Gereja Katolik Roma
mengikuti Kalender Gregorian yang modern.
Dengan demikian Ibadah Malam Natal bagi umat
Kristiani Timur dan Barat jatuh pada hari yang berbeda. Umat Katolik Roma
merayakan Natal pada tanggal 25 Desember; Gereja Ortodoks merayakan Natal pada
tanggal 7 Januari.
4. Gereja Kelahiran Menjadi Warisan Budaya Dunia
Gereja Kelahiran di Betlehem
dikunjungi dua juta orang sepanjang tahun lalu.
Warga Palestina menyambut baik
keputusan UNESCO untuk memberikan status warisan budaya dunia yang terancam
untuk Gereja Kelahiran di Betlehem. Sebanyak 21 anggota komite yang bertemu di
St Petersburg, Rusia, memilih dengan suara 13 setuju, enam menolak, sementara
dua tidak memilih.
Upaya Palestina agar Gereja Kelahiran mendapat status
warisan budaya merupakan bagian dari perjuangan Palestina untuk mendapat
pengakuan internasional ditengah-tengah buntunya proses perundingan perdamaian
Israel-Palestina.
Amerika Serikat dan Israel, yang tidak
masuk dalam komite badan PBB tersebut, merupakan negara yang menolak permohonan
Palestina agar tempat tersebut ditetapkan sebagai warisan budaya yang
memerlukan perhatian mendesak.
Juru bicara Otorita Palestina, Hanan
Ashrawi, mengatakan keputusan UNESCO itu merupakan penegasan atas kedaulatan
Palestina di lokasi yang diyakini umat Kristen sebagai tempat kelahiran Yesus
Kristus. "Pesan kepada Israel hari ini adalah bahwa tindakan sepihak tidak
akan berguna dan Israel tidak bisa terus melawan dunia walau memiliki
sekutu-sekutu yang kuat," kata Hanan Ashrawi, seperti dikutip kantor
berita AP.
5. Pendekatan Darurat Pemberian Status Warisan Budaya Dunia
"Situs itu jelas memiliki makna penting secara agama maupun sejarahnya.
Bagaimanapun prosedur darurat yang digunakan dalam hal ini hanya digunakan
untuk kasus-kasus ekstrim." UNESCO
menggunakan pendekatan darurat untuk mempertimbangkan pencalonan Palestina
dengan memerlukan waktu yang jauh lebih pendek dari masa 18 bulan yang
biasanya dibutuhkan.
Sementara itu Duta Besar Amerika
Serikat untuk UNESCO, David Killion, mengatakan Amerika Serikat amat kecewa
dengan keputusan UNESCO tersebut. "Lembaga ini sebaiknya tidak
dipolitisir," kata Killion lewat pernyataan tertulis.
Permohonan untuk menjadikannya sebagai
warisan budaya dunia antara lain menyebutkan alasan kurangnya restorasi gereja karena
masalah politik sejak Israel menduduki wilayah itu sejak tahun 1967. Pembatasan
perjalanan oleh Israel, menurut Palestina, membuat peralatan dan bahan-bahan
untuk keperluan restorasi jadi terhambat. UNESCO menerima keanggotan penuh
Palestina pada Oktober 2011.
Gereja Kelahiran di Betlehem
dikunjungi sekitar dua juta tahun lalu dan beberapa ahli berpendapat gereja itu
memang memerlukan perbaikan, antara lain atapnya yang bocor, namun tidak
dilihat berada dalam ancaman kehancuran, kriteria yang biasanya digunakan untuk
prosedur permohonan darurat.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Kelahiran
http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2012/06/120629_palestina_unesco.shtmlgambar dari google images
Baca juga:
Seputar Kelahiran dan Masa Kanak-kanak Yesus | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 | |
12 | |
13 | |
14 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar