Selasa, 18 Desember 2012

Gereja Kelahiran Yesus di Betlehem


1. Tempat Berdirinya Gereja Kelahiran

Gereja Kelahiran Yesus di Betlehem
Gereja Kelahiran Yesus di Betlehem

Gereja Kelahiran atau Gereja Nativitas di Betlehem adalah salah satu dari gedung-gedung gereja tertua di dunia yang masih digunakan sebagai tempat peribadatan. Bangunan ini didirikan di atas gua yang menurut tradisi merupakan tempat lahir Kristus, dan dihormati sebagai tempat suci baik oleh umat Kristiani maupun oleh umat Islam.

2. Riwayat Gereja Kelahiran

Antikuitas dari tradisi ini diuji oleh apolog Kristen Yustinus Martir, hidup sekitar tahun 100 - 165, yang mencantumkan dalam karya tulisnya Dialog dengan Trypho bahwa Keluarga Kudus pernah berlindung di dalam sebuah gua di luar kota. Isi tulisan: “Yusuf menginap di suatu gua dekat desa; dan ketika mereka berada di tempat itu Maria melahirkan Kristus dan meletakkanNya dalam sebuah palungan, dan di tempat inilah orang-orang majus yang datang dari negeri Arab itu mendapati-Nya” (Pasal LXXVIII).

Origenes dari Aleksandria, hidup sekitar tahun 185 - 254 mencatat: “Di Betlehem orang menunjuk pada gua itu sebagai tempat Dia dilahirkan, dan palungan di dalam gua itu sebagai tempat dia dibaringkan dengan terbungkus kain lampin. Dan tersiar khabar di tempat-tempat itu, dan di kalangan orang-orang yang tak seiman, bahwa sungguh Yesus lahir di gua itu yang dipuja dan dihormati oleh umat Kristiani” (Contra Celsum, kitab I, pasal LI).

Basilika pertama di atas situs ini dibangun oleh Santa Helena, ibunda Kaisar Konstantinus I. Di bawah pengawasan Uskup Makarios dari Yerusalem, pembangunan rampung pada tahun 333. Bangunan itu terbakar habis dalam Pemberontakan Orang Samaria pada tahun 529.

Basilika yang ada saat ini dibangun kembali dalam bentuknya yang seperti sekarang pada tahun 565 oleh Kaisar Yustinianus I

Ketika bangsa Persia di bawah pimpinan Kosroes II menyerbu pada tahun 614, mereka di luar dugaan tidak menghancurkan bangunan tersebut. 

Menurut legenda, panglima mereka, Shahrbaraz tergerak hatinya oleh gambar Tiga Orang Majus berbusana Persia dalam gereja, dan memerintahkan untuk membiarkan bangunan itu tetap utuh. Para pejuang Perang Salib melakukan perbaikan dan penambahan pada gedung itu selama masa kekuasaan Kerajaan Yerusalem Latin dengan izin dan bantuan dari Kaisar Bizantium, dan Raja Yerusalem pertama dimahkotai di dalam gereja tersebut. 

Dari tahun ke tahun, luas bangunan tersebut ditambah, dan kini luasnya telah mencakup sekitar 12.000 meter kubik.

Gereja ini adalah salah satu dari sebab-musabab langsung terlibatnya Perancis dalam Perang Krimea melawan Rusia. Gereja ini dikelola bersama oleh para pejabat Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Katolik Roma, dan Gereja Apostolik Armenia. Ketiga Gereja ini melestarikan komunitas-komunitas monastik di situs tersebut.

3. Perayaan Natal di Gereja Kelahiran

Patriarkat Ortodoks Yunani Yerusalem dan Gereja Apostolik Armenia mengikuti Kalender Julian untuk keperluan liturgis, sementara Gereja Katolik Roma mengikuti Kalender Gregorian yang modern. 

Dengan demikian Ibadah Malam Natal bagi umat Kristiani Timur dan Barat jatuh pada hari yang berbeda. Umat Katolik Roma merayakan Natal pada tanggal 25 Desember; Gereja Ortodoks merayakan Natal pada tanggal 7 Januari.

4. Gereja Kelahiran Menjadi Warisan Budaya Dunia

Gereja Kelahiran di Betlehem dikunjungi dua juta orang sepanjang tahun lalu. 

Warga Palestina menyambut baik keputusan UNESCO untuk memberikan status warisan budaya dunia yang terancam untuk Gereja Kelahiran di Betlehem. Sebanyak 21 anggota komite yang bertemu di St Petersburg, Rusia, memilih dengan suara 13 setuju, enam menolak, sementara dua tidak memilih. 

Upaya Palestina agar Gereja Kelahiran mendapat status warisan budaya merupakan bagian dari perjuangan Palestina untuk mendapat pengakuan internasional ditengah-tengah buntunya proses perundingan perdamaian Israel-Palestina.

Amerika Serikat dan Israel, yang tidak masuk dalam komite badan PBB tersebut, merupakan negara yang menolak permohonan Palestina agar tempat tersebut ditetapkan sebagai warisan budaya yang memerlukan perhatian mendesak. 

Juru bicara Otorita Palestina, Hanan Ashrawi, mengatakan keputusan UNESCO itu merupakan penegasan atas kedaulatan Palestina di lokasi yang diyakini umat Kristen sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus. "Pesan kepada Israel hari ini adalah bahwa tindakan sepihak tidak akan berguna dan Israel tidak bisa terus melawan dunia walau memiliki sekutu-sekutu yang kuat," kata Hanan Ashrawi, seperti dikutip kantor berita AP.

5. Pendekatan Darurat Pemberian Status Warisan Budaya Dunia

"Situs itu jelas memiliki makna penting secara agama maupun sejarahnya. Bagaimanapun prosedur darurat yang digunakan dalam hal ini hanya digunakan untuk kasus-kasus ekstrim." UNESCO menggunakan pendekatan darurat untuk mempertimbangkan pencalonan Palestina dengan memerlukan waktu yang jauh lebih pendek dari masa 18 bulan yang biasanya dibutuhkan. 

Sementara itu Duta Besar Amerika Serikat untuk UNESCO, David Killion, mengatakan Amerika Serikat amat kecewa dengan keputusan UNESCO tersebut. "Lembaga ini sebaiknya tidak dipolitisir," kata Killion lewat pernyataan tertulis.
 
Permohonan untuk menjadikannya sebagai warisan budaya dunia antara lain menyebutkan alasan kurangnya restorasi gereja karena masalah politik sejak Israel menduduki wilayah itu sejak tahun 1967. Pembatasan perjalanan oleh Israel, menurut Palestina, membuat peralatan dan bahan-bahan untuk keperluan restorasi jadi terhambat. UNESCO menerima keanggotan penuh Palestina pada Oktober 2011.

Gereja Kelahiran di Betlehem dikunjungi sekitar dua juta tahun lalu dan beberapa ahli berpendapat gereja itu memang memerlukan perbaikan, antara lain atapnya yang bocor, namun tidak dilihat berada dalam ancaman kehancuran, kriteria yang biasanya digunakan untuk prosedur permohonan darurat.

Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Kelahiran
http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2012/06/120629_palestina_unesco.shtml
gambar dari google images

Tidak ada komentar:

Posting Komentar