A. Pengertian Bintang Natal
Bintang Natal penuntun jalan Orang Majus dan berhenti di atas Bethlehem |
Bintang Natal adalah bintang yang hadir di langit, sebagai penunjuk jalan bagi orang-orang Majus dari Timur untuk mencari Raja yang lahir di Israel yaitu Yesus Kristus.
Bintang ini
tercatat dalam Alkitab di Injil Matius sebagai
kejadian alam yang menjadi pertanda akan kelahiran Yesus Kristus di
Bethlehem.
Sepanjang sejarah, banyak orang berusaha mencari tahu kira-kira
bintang apakah yang dilihat orang Majus tersebut: Apakah bintang tersebut
adalah sebuah kejadian alam yang benar-benar terjadi atau hanya sebuah mitos rohani yang merupakan
sebuah tanda supranatural.
B. Pengamatan Astronomi Bintang Natal
Bintang yang dilihat oleh orang-orang Majus itu pun kemudian menimbulkan
perdebatan selama berabad-abad.
1)
Di Tiongkok, ahli perbintangan mencatat adanya sebuah komet yang
sebentar kelihatan sebentar hilang selama sekitar 70 hari pada tahun 5 SM.
2)
Pada tahun 1603 M, Johannes
Kepler, seorang ahli astronomi Jerman
dengan menggunakan teleskopnya berhasil mengamati sebuah konjungsi planet Yupiter dan Saturnus pada rasi bintang Pisces. Melalui perhitungan yang cermat Johannes
Kepler menemukan bahwa konjungsi seperti
ini pernah juga terjadi berabad sebelumnya, sekitar tahun 7 atau 6 SM. Selama bertahun-tahun temuan ini tidak dihargai.
3) Pada tahun 1925 ditemukan manuskrip-manuskrip kuno di sebuah bekas
sekolah astrologi yang terkenal di Zippar, Babilonia, yang memang mencatat adanya pengamatan
konjungsi planet Yupiter dan Saturnus pada rasi bintang Pisces selama sekitar 5 bulan pada tahun 7 SM.
C. Bintang Natal dalam Alkitab
Bintang Natal dalam Alkitab tertulis dalam Matius 2:1-9, demikian kutipannya:
Sesudah Yesus
dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman
raja Herodes, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem dan
bertanya-tanya: "Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan
itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami
datang untuk menyembah Dia."
Ketika raja Herodes mendengar hal
itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam
kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu
dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka
berkata kepadanya: "Di Betlehem di tanah Yudea, karena demikianlah ada
tertulis dalam kitab nabi”.
Pendapat mereka berdasarkan kutipan Kitab Mikha: “Dan engkau
Bethelem, tanah Yehuda, engkau
sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda,
karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan
umatKu Israel."
Dalam Alkitab tidak dijelaskan lebih dalam mengenai
ciri-ciri bintang tersebut, namun dikatakan bahwa bintang tersebut tampak di
sebelah barat dari tempat asal orang-orang Majus dan di sebelah selatan dari Yerusalem yaitu ke arah Betlehem, Yudea.
D. Teori Kehadiran Bintang Natal di Langit
1. Teori Meteor
Meteor adalah kilatan
cahaya di langit yang terjadi ketika debu-debu angkasa memasuki atmosfer Bumi
dan terbakar. Umumnya meteor yang dilihat hanya seukuran pasir dan akan habis
terbakar di atmosfer.
Bila bintang natal adalah meteor yang dilihat oleh
orang-orang Majus maka harus muncul di arah timur. Memang kemunculan meteor
dapat dari arah mana pun dilihat dari muka Bumi, namun durasinya yang singkat
biasanya hanya beberapa detik, membuatnya sukar dikesani sebagai “diam” di atas
Kota Bethlehem oleh orang-orang Majus seperti pada alkitab.
Bila dikaitkan
dengan tradisi, penampakan meteor tidak pernah dianggap sebagai pertanda
kelahiran calon pemimpin.
2. Teori Nova dan Supernova
Nova, berasal dari Nova Stella yang berarti
"bintang baru", merupakan bintang yang cahayanya menjadi sangat
terang secara tiba-tiba.
Kini diketahui nova adalah bintang meledak. Terang
cahaya nova bisa 50.000 kali lebih terang daripada Matahari dan mampu bertahan
hingga berbulan-bulan sebelum akhirnya meredup kembali.
Peristiwa supernova jauh lebih
dahsyat daripada nova. Bintang yang meledak bisa miliaran kali lebih terang
daripada sebelumnya. Catatan astronomi menunjukkan, sejak penemuan teleskop
tahun 1610 hingga kini, belum ditemukan supernova dalam galaksi kita, Bima Sakti.
Supernova terakhir di Bima Sakti ditemukan
tahun 1054, dicatat oleh
astronom Cina dan Jepang, supernova tahun 1572 diamati oleh Tycho Brahe, astronom Denmark, dan 1604 diamati oleh
Johannes Kepler.
Dalam catatan astronomi Cina kuno tidak ditemukan supernova
pada sekitar 5 SM, hanya sebuah nova pada sekitar tanggal 10 Maret-27 April 5 SM di rasi Capricornus atau Kambing
Laut.
Nova ini bisa jadi yang dimaksud oleh orang-orang Majus sebagai bintang
yang mereka lihat terbit di timur. Namun, Nova, seperti bintang-bintang
lainnya, posisinya relatif tetap dan tidak akan tampak bergerak.
Selain itu,
penampakan nova di langit malam akan membuatnya menjadi obyek yang mencolok dan
mudah dikenali, sehingga semestinya tidak hanya orang majus yang
memperhatikannya, tapi semua orang saat itu pasti melihatnya.
3. Teori Komet
Teori lain menyebutkan komet. Meskipun
manuver yang diperlukan dalam syarat Bintang Natal dipenuhi bintang berekor
ini, sayangnya dalam berbagai budaya komet identik dengan pertanda buruk atau
bencana. Jadi, komet juga tidak mungkin sebagai Bintang Bethlehem.
4. Teori konjungsi Planet Jupiter-Saturnus
Teori astronomi yang paling
kuat mendekati adalah peristiwa konjungsi Planet Jupiter-Saturnus. Sepanjang
tahun 7 SM, terjadi 3 kali konjungsi yang melibatkan Jupiter dan Saturnus di
rasi bintang Pisces (Ikan) dimulai dengan konjungsi pertama pada tanggal 29
Mei, kemudian diikuti konjungsi kedua pada 1 oktober dan yang ketiga 4
Desember. Setelah itu pada Februari 6 SM, terjadi lagi konjungsi antara Mars, Jupiter dan
Saturnus yang terjadi setiap 805 tahun.
Dalam konjungsi pertama di tahun 7 SM,
Jupiter dan Saturnus baru terbit setelah lewat tengah malam, sehingga akan
tampak di arah timur sebelum Matahari terbit.
Pada konjungsi kedua, kedua
planet terbit saat Matahari terbenam dan akan terlihat sepanjang malam. Selang
waktu terjadinya konjungsi memungkinkan para Majus melakukan perjalanan dari
Timur menjumpai Herodes, setelah melihat bintangNya di timur (Matius 2:2).
Tak bisa dipungkiri kalau kelahiran seseorang di masa itu
seringkali dikaitkan dengan tanda-tanda tertentu di langit. Nah, pada masa itu
konjungsi Yupiter (mag -2.5) dan Saturnus (mag 0.8) bisa dikatakan merupakan
tanda ideal kehadiran raja baru.
Yupiter dikenal sebagai “Planet of Kings”
(Planet raja-raja) sementara Saturnus dikenal sebagai “Protector of Jews”
(Pelindung bangsa Yahudi), memberi indikasi kedatangan “Raja yang akan
melindungi seluruh bangsa Yahudi”.
Bagi astrolog zaman dahulu, rasi bintang Pisces (ikan) dikenal
sebagai rumah bangsa Ibrani, Jupiter merupakan “ruler of the universe”
(penguasa alam semesta) dan Saturnus diasosiasikan dengan Palestina.
Hal ini
memberi kesan kalau konjungsi tersebut merupakan pertanda “King of Israel and
Ruler of a Universe about to be born in Israel” (Raja Israel dan penguasa alam
semesta akan lahir di Israel).
Yang perlu diingat dan ditandai, peristiwa
konjungsi Yupiter Saturnus sangatlah jarang, dan hanya terjadi dalam interval
waktu antara 40 - 338 tahun. Tentulah kejadian ini akan dianggap spektakuler
oleh orang-orang yang mempelajari benda-benda langit dan mulai
mengasosiasikannya dengan suatu kejadian.
Bagi orang-orang Majus yang juga
mengenali sejarah Bangsa Yahudi dan kepercayaannya, kejadian ini
menjadi pertanda kalau Mesias yang dinubuatkan akan lahir dan menyelamatkan
bangsa Yahudi.
"Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di Timur itu
mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat, di mana Anak itu
berada.”(Matius 2:9).
Setelah bertemu Herodes, orang-orang Majus kemudian menuju
kota Betlehem kira-kira 10 kilometer (6.2 mil) di arah selatan Yerusalem.
Dalam pengamatan
mereka, bintang yang mereka lihat di Timur sudah bergerak mendahului mereka dan
berhenti di atas kota Betlehem. Pada pertemuan pertama Yupiter dan Saturnus
memang terlihat di timur setelah lewat tengah malam, namun saat terjadi
konjungsi kedua dan ketiga (Oktober dan Desember 7 SM) keduanya akan tampak
berada di zenith (titik tertinggi yang dicapai dalam gerak harian benda langit)
setelah matahari terbenam.
Hal inilah yang menyebabkan kedua planet ini
seolah-olah berhenti di atas langit kota Betlehem, memberi tanda pada orang
Majus kalau sang Raja itu ada disana, terbaring di palungan dalam balutan kain
lampin (atau kain kafan).
E. Bukti Arkeologis dan Budaya Keberadaan Bintang Natal
Dalam bahasa aslinya, kata yang diterjemahkan "di
Timur", en te anatole. Artinya, bisa diterjemahkan juga: "yang
terbit sangat terang". In its rising.
Barangkali ini
mencerminkan pengalaman dahsyat orang Majus karena sangat terang benderangnya
bintang itu. Sangat pantaslah, bahwa sekian trilyun kali cahaya matahari harus
dipancarkan untuk menandai kelahiran "Sang Terang Dunia". Orang-orang
Majus itu mesti mencari makna astrologisnya.
Kalau diterima bahwa bintang itu adalah konjungsi planet
Yupiter dan Saturnus pada tahun 7 SM, maka ini cocok dengan lempengan batu
ditemukan di Menara kuno Zippar, di tepi
sungai Efrat. Jadi
tempatnya juga sekaligus cocok dengan asal orang-orang Majus tadi.
Bunyi
lempengan batu itu, dalam bahasa Babel kuno: MULLU-BABA
U KAIWANU INA ZIPPATI. Artinya: "Yupiter dan Saturnus dalam rasi
bintang Pisces."
Perhitungan tanggalnya juga cocok, Desember 7 SM.
Bukti-bukti arkeologi lain juga dijumpai dalam sebuah papyrus dari tahun 42
Masehi, yang juga mencatat konjungsi 2 planet itu. Sekarang papyrus ini
disimpan di Berlin.
Kembali ke lempengan Zippar dan hubungannya dengan orang
Majus. Lempengan Zippar ini pertama kali ditemukan oleh seorang sarjana Jerman
bernama P.Scanable pada tahun
1925. Menurut Scanable, di kota Zippar terdapat sekolah Astrologi yang terkenal
pada zaman Babel kuno.
Lempengan Zippar menyebut dalam bahasa Babel KAIWANU,
istilah Aramnya: KAWBAH. Jadi mungkin ucapan orang Majus itu mendekati
dialeknya dengan terjemahan Peshitta: Hazin Geir Kawbah be Madintah. "Kami
telah melihat bintangnya yang terbit di Timur".
Dalam proses
pertukaran bunyi, the ponetic corespondence, itu lazim terjadi dalam
kajian bahasa serumpun. Kaiwanu, menjadi: Kawbah, dalam bahasa
Aram. Dan paralel istilah bahasa Arabnya, barangkali: Kawakib, Kawkabat.
Artinya sama, bintang atau sebuah bintang.
Nah, lebih menarik lagi kalu kita
coba melacak kira-kira adakah makna tertentu dalam "simbols of Babylonian
Astrology". Ternyata ada. Bintang-bintang itu, dalam astrologi Babel
kadang-kadang diidentikkan dengan bangsa-bangsa tetangga mereka, selain dikaitkan
dengan makna lain.
Dari hasil penelitian naskah-naskah kuno agama Babel, Pisces
itu lambang the End Times, "zaman akhir". Jupiter sebagai
planet terbesar, the royal planet in Babylonian astrology, melambangkan The
Ruler, Raja atau Penguasa. Sedangkan Saturnus melambangkan Negara Palestina.
Jadi, berdasarkan cara berfikir orang Babel, fenomena perbintangan itu dapat
diartikan:"Seorang Raja, Penguasa telah datang pada zaman akhir ini, di
Palestina".
F. Makna Bintang Natal
Kisah Bintang Natal sampai saat ini masih tetap menjadi
misteri yang menarik. Belum ada kesepakatan, teori astronomi mana yang paling
tepat menggambarkan peristiwa Bintang Natal ini. Namun di antara misteri dan
ketidakpastian itu satu hal yang pasti, kemuliaan Allah dinyatakan di antara
bangsa-bangsa lewat kehadiran peristiwa alam, budaya, dan mitologi masyarakat
zaman itu yang menghantarkan orang-orang majus menemukan Raja yang baru lahir
yaitu Yesus Kristus.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Bintang_natal
Gambar dari Google Images
Baca juga:
Seputar Kelahiran dan Masa Kanak-kanak Yesus | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 | |
12 | |
13 | |
14 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar