1. Perayaan Natal
Drama Kelahiran Yesus dalam Perayaan Natal |
Natal dari bahasa Portugis
yang berarti "kelahiran" adalah hari raya umat Kristen yang
diperingati setiap tahun oleh umat Kristiani pada tanggal 25 Desember untuk
memperingati hari kelahiran Yesus
Kristus.
Natal
dirayakan dalam kebaktian malam pada tanggal 24 Desember; dan kebaktian pagi
tanggal 25 Desember. Beberapa gereja Ortodoks
merayakan Natal pada tanggal 6 Januari.
Dalam tradisi barat, peringatan Natal juga mengandung aspek non-agamawi.
Beberapa tradisi Natal yang berasal dari Barat antara lain adalah pohon Natal, kartu Natal,
bertukar hadiah antara teman dan anggota keluarga serta kisah tentang Santa Klaus atau
Sinterklas.
2. Etimologi Kata Natal
Kata “natal” berasal
dari ungkapan bahasa Latin Dies Natalis atau Hari Lahir. Dahulu juga
dipakai istilah Melayu-Arab Maulid
atau Milad. Pada negara-negara
yang berbahasa Arab, hari raya
ini disebut dengan Idul Milad.
Dalam bahasa Inggris perayaan Natal disebut Christmas, dari istilah
Inggris kuno Cristes Maesse tahun 1038, atau Cristes-messe tahun 1131,
yang berarti Misa Kristus. Christmas
biasa pula ditulis Χ'mas, suatu penyingkatan yang cocok dengan tradisi Kristen,
karena huruf X dalam bahasa Yunani merupakan singkatan dari Kristus
atau dalam bahasa Yunani Chi-Rho. Dalam Alkitab bahasa Indonesia sendiri tidak dijumpai
kata "Natal", yang ada hanya kelahiran Yesus.
3. Asal-mula Peringatan Natal
Peringatan hari
kelahiran Yesus tidak pernah menjadi perintah Kristus untuk dilakukan. Cerita
dari Perjanjian Baru tidak pernah menyebutkan adanya perayaan hari kelahiran
Yesus dilakukan oleh gereja awal.
Klemens dari Aleksandria mengejek orang orang
yang berusaha menghitung dan menentukan hari kelahiran Yesus.
Dalam abad-abad
pertama hidup kerohanian anggota-anggota jemaat lebih diarahkan kepada kebangkitan
Yesus. Natal tidak mendapat perhatian.
Perayaan hari ulang tahun umumnya –
terutama oleh Origenes – dianggap sebagai suatu kebiasaan kafir: orang orang
seperti Firaun dan Herodes yang merayakan hari ulang tahun mereka.
Orang
Kristen tidak berbuat demikian: orang Kristen merayakan hari kematiannya
sebagai hari ulang tahunnya.
Tetapi di sebelah Timur, orang telah
sejak dahulu memikirkan mukjizat pemunculan Allah dalam rupa manusia. Menurut
tulisan-tulisan lama suatu sekte Kristen di Mesir telah merayakan "pesta Epifania" atau
pesta Pemunculan Tuhan pada tanggal 4 Januari.
Tetapi yang dimaksudkan oleh
sekte ini dengan pesta Epifania ialah munculnya Yesus sebagai Anak Allah –
yaitu pada waktu Ia dibaptis di sungai Yordan.
Gereja sebagai keseluruhan bukan
saja menganggap baptisan Yesus sebagai Epifania, tetapi terutama kelahiran-Nya
di dunia. Sesuai dengan anggapan ini Gereja Timur merayakan pesta Epifania pada
tanggal 6 Januari sebagai pesta kelahiran dan pesta baptisan Yesus.
Perayaan kedua pesta
ini berlangsung pada tanggal 5 Januari malam, menjelang tanggal 6 Januari,
dengan suatu tata ibadah yang indah, yang terdiri dari Pembacaan Alkitab dan
puji pujian.
Ephraim dari Syria menganggap Epifania sebagai pesta yang paling
indah. Ia katakan: “Malam perayaan Epifania ialah malam yang membawa damai
sejahtera dalam dunia. Siapakah yang mau tidur pada malam, ketika seluruh dunia
sedang berjaga jaga?” Pada malam perayaan Epifania semua gedung gereja dihiasi
dengan karangan bunga. Pesta ini khususnya dirayakan dengan gembira di gua
Betlehem, tempat Yesus dilahirkan.
4. Sejarah Perayaan Natal
Perayaan
Natal baru dimulai pada sekitar tahun 200 M di Aleksandria, Mesir. Para teolog
Mesir menunjuk tanggal 20 Mei, tetapi ada pula pada tanngal 19 atau 20 April.
Di tempat-tempat lain perayaan dilakukan pada tangal 5 atau 6 Januari; ada pula
pada bulan Desember.
Perayaan pada tanggal 25 Desember dimulai pada tahun 221
oleh Sextus Julius Africanus, dan baru diterima secara luas pada abad ke-5.
Ada
berbagai perayaan keagamaan dalam masyarakat non-Kristen pada bulan Desember.
Dewasa ini umum diterima bahwa perayaan Natal pada tanggal 25 Desember adalah
penerimaan ke dalam gereja, tradisi perayaan non-Kristen terhadap dewa
matahari: Solar Invicti artinya Surya tak Terkalahkan, dengan menegaskan
bahwa Yesus Kristus adalah Sang Surya Agung itu sesuai berita Alkitab (lihat Maleakhi 4:2; Lukas 1:78; Kidung Agung 6:10).
5. Tanggal
Perayaan Natal
Ada pendapat yang
berkata bahwa tanggal 25 Desember bukanlah tanggal hari kelahiran Yesus. Pendapat ini
diperkuat berdasarkan kenyataan bahwa pada malam tersebut para gembala masih
menjaga dombanya di padang rumput (Lukas
2:8).
Pada bulan Desember tidak mungkin
para gembala masih bisa menjaga domba-dombanya di padang rumput, sebab musim
dingin pada saat tersebut telah tiba, jadi sudah tidak ada rumput yang tumbuh
lagi.
Para pendukung tanggal kelahiran bulan Desember berpendapat meski musim
dingin, domba-domba tetap tinggal di kandangnya di padang rumput dan tetap
dijaga oleh gembala, dan meski tidak ada rumput, padang rumput tetaplah disebut
padang rumput.
Ada juga pendapat
yang berkata bahwa perayaan Natal bersumber dari tradisi Romawi pra-Kristen, peringatan
bagi dewa pertanian Saturnus jatuh pada suatu pekan di bulan Desember dengan puncak
peringatannya pada hari titik balik musim dingin atau winter solstice, yang jatuh pada tanggal 25
Desember dalam kalender Julian.
Peringatan yang disebut Saturnalia tersebut merupakan
tradisi sosial utama bagi bangsa Romawi. Agar orang-orang Romawi dapat menganut
agama Kristen tanpa
meninggalkan tradisi mereka sendiri, atas dorongan dari kaisar Kristen pertama Romawi, Konstantin I.
Paus Julius I
memutuskan pada tahun 350 bahwa kelahiran Yesus diperingati pada tanggal yang sama. Namun pandangan ini
disanggah oleh Gereja Ritus Timur, karena Gereja Ritus Timur sudah merayakan kelahiran
Yesus sejak abad ke-2, sebelum Gereja di Roma menyatakan perayaan Natal pada
tanggal 25 Desember.
Oleh karena itu, ada
beberapa aliran Kristen yang tidak merayakan tradisi Natal karena dianggap
berasal dari tradisi kafir Romawi, yaitu aliran Gereja Yesus Sejati, Gereja
Masehi Advent Hari Ketujuh, Gereja Baptis Hari Ketujuh, Perserikatan Gereja Tuhan, kaum Yahudi
Mesianik, dan Gereja Jemaat Allah Global Indonesia. Saksi-Saksi Yehuwa juga tidak merayakan Natal.
Ada sejumlah naskah
kuno yang mencatat bahwa Yesus ditempatkan di rahim Maria tanggal 25 Desember.
Penafsiran Kitab Hagai mengindikasikan tanggal itu merupakan tanggal datangnya
Yesus ke dalam rahim Maria, yaitu Hagai
2:18-20: “Perhatikanlah mulai dari hari
ini dan selanjutnya--mulai dari hari yang kedua puluh empat bulan kesembilan.
Mulai dari hari diletakkannya dasar bait TUHAN perhatikanlah apakah benih masih
tinggal tersimpan dalam lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon
delima dan pohon zaitun belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan memberi
berkat!”.
Tanggal 24 bulan ke-9, Kislev, dalam kalender Yahudi jatuh sekitar
tanggal 25 Desember dalam kalender Gregorian.
Meskipun kapan Hari
Natal jatuh masih menjadi perdebatan, agama Kristen pada umumnya sepakat untuk
menetapkan Hari Natal jatuh setiap tanggal 25 Desember, dalam Kalender Gregorian ini didasari atas kesadaran bahwa penetapan hari raya liturgis lain seperti Paskah dan Jumat Agung tidak
didapat dengan pendekatan tanggal pasti namun hanya berupa penyelenggaraan
kembali acara-acara tersebut dalam satu tahun liturgi, yang bukan mementingkan
ketepatan tanggalnya namun esensi atau inti dari setiap peringatan tersebut
untuk dapat diwujudkan dari hari ke hari.
6. Tahun
Kelahiran Yesus
Tahun kalender Masehi
diciptakan pada abad ke-6 oleh seorang biarawan yang bernama Dionysius
Exignus. Tahun Masehi yang kita gunakan
sekarang ini disebut juga Anno Domini artinya Tahun Tuhan.
Bagaimana ia bisa
mengetahui bahwa Yesus dilahirkan pada tahun 1 SM? Ia mengambil data dari
catatan sejarah yang menyatakan bahwa pada tahun 754 kalender
Romawi itu adalah tahun ke 15 dari
pemerintahan Kaisar Tiberius seperti yang tercantum di Lukas 3:1-2. Data inilah yang
dijadikan patokan olehnya untuk mengawali tahun 1 SM.
Di samping itu ia
juga mengambil data dari Lukas 2:1-2, yang menyatakan bahwa Kirenius, Gubenur dari Siria, pertama kali menjalankan program sensus.
Walaupun demikian
masih juga orang yang meragukannya, sebab menurut sejarahwan Yahudi yang
bernama Flavius Yosefus, raja Herodes meninggal
dunia pada tahun 4 SM, sehingga
konsekuensinya tanggal lahir Yesus harus dimundurkan sebanyak empat tahun.
Tapi
teori ini pun tidak benar, sebab ia menganalisa tahun tersebut berdasaran
adanya gerhana bulan pada tahun saat Herodes meninggal dunia yang terjadi di Yerusalem pada
tanggal 13 Maret tahun 4
SM.
7. Tradisi Perayaan
Natal
Banyak tradisi
perayaan Natal di barat yang merupakan pengembangan kemudian dengan menyerap unsur berbagai
kebudayaan. Pohon natal di gereja atau di rumah-rumah mungkin berhubungan
dengan tradisi Mesir, atau Ibrani kuno.
Ada pula yang menghubungkannya dengan
pohon khusus di taman Eden (lihat Kejadian
2:9). Tetapi dalam kehidupan pra-Kristen
Eropa memang ada tradisi menghias pohon dan menempatkannya dalam rumah pada
perayaan tertentu. Tradisi “Pohon Terang” modern berkembang dari Jerman pada
abad ke-18.
Terdapat pula tradisi
mengirim Kartu Natal, yang dimulai pada tahun 1843 oleh John
Callcott Horsley dari Inggris. Biasanya
dengan gambar yang berhubungan dengan kisah kelahiran Yesus Kristus dan
disertai tulisan: Selamat Hari Natal dan Tahun Baru. Dewasa ini orang memakai
teknologi informasi “email” berkirim kartu Natal elektronik.
Juga dalam rangka
perayaan Natal dikenal di Indonesia tradisi Sinterklas, yang berasal dari
Belanda. Tradisi yang dirayakan pada tanggal 6 Desember ini, berhubungan dengan
St. Claus atau Santa Nikolas, seorang tokoh legenda, yang mengunjungi rumah
anak-anak pada malam dengan kereta salju terbang ditarik beberapa ekor rusa
kutub membagi-bagi hadiah.
Dalam dunia modern, perayaan Natal secara sekuler
lebih menekankan aspek saling memberi hadiah Natal, sehingga ada yang
beranggapan Santa Nikolas makin lebih penting daripada Yesus Kristus.
Dalam
tradisi Sinterklass Belanda – tokoh yang digambarkan oleh suatu iklan minuman
Amerika sejak tahun 1931 sebagai seorang tua gendut, bercambang putih dan
berpakain merah dengan sepatu bot, ikat pinggang hitam, dan topi runcing lembut
ini – menjadi bagian dari acara keluarga “untuk mendisiplin anak-anak” dengan
mengunjungi rumah-rumah disertai pembantu berkulit hitam bernama Zwarte Pit
yang memikul karung berisi hadiah untuk anak yang baik; tetapi karung itu juga
tempat anak-anak nakal dimasukkan untuk dibawa pergi.
Yang sering kita lihat
juga Natal dimeriahkan dengan banyak cahaya lampu berkelap-kelip. Selain untuk
menambah semarak perayaan, ini juga memiliki pemahaman cahaya yang ada,
maksudnya adalah Kristus akan mengusir kuasa kegelapan.
Berbeda dengan
tradisi perayaan Natal di barat, perayaan Natal ritus timur banyak mengandung aspek rohani seperti
puasa, bermazmur, membaca Alkitab, dan puji-pujian.
Di Gereja-gereja Arab,
boleh dibilang tidak ada perayaan Natal tanpa didahului puasa. Gereja Ortodoks
Syria melakukan persiapan Natal dengan berpuasa selama 10 hari. Sementara di
Gereja Ortodoks Koptik puasanya lebih lama lagi, yaitu sejak minggu terakhir
November. Jadi, sekitar 40 hari. Waktu iftar atau buka puasa pada
tanggal 7 Januari pagi. Puasa pra-Natal ini disebut dengan puasa kecil atau Shaum
el-Shagir.
Meskipun agak berbeda dalam tradisi, secara prinsip cara ini
tidak jauh berbeda dengan cara berpuasa Gereja-gereja Orthodoks lain.
8. Makna Lilin Dalam Natal
Dalam masa Natal,
Lilin menggambarkan atau memberikan gambaran tentang Kristus. Kristus
dilambangkan sebagai terang bagi dunia yang gelap. Di dalam Alkitabpun tertulis
tentang terang, di dalam Perjanjian Lama,Yesaya 9 : 1-6, “terang
yang besar”, sedangkan di dalam Perjanjian Baru, Yohanes 1 :
1-18,” terang manusia”.
Bukan hanya di dalam
peribadahan saja, di rumah-rumah dan di toko-toko kerap di hias dengan
lampu-lampu yang kelap-kelip, hal ini muncul sejak zaman patristik sebagai
gambaran akan terang yang mengalahkan kegelapan. Penggunaan lilin dan
lampu-lampu kelap-kelip merupakan pengaruh dari pesta cahaya Yahudi atau Hanukah. Hari raya
Hanukkah dirayakan sekitar masa Adven dan Natal, dan terkadang sering diplesetkan dengan
istilah Natal Yahudi.
9. Pengaruh Perayaan Natal
Perayaan Natal untuk Anak-anak |
a.
Bidang Ekonomi
Natal biasanya
merupakan stimulus ekonomi tahunan terbesar di berbagai negara di dunia.
Penjualan barang-barang meningkat tajam di berbagai area retail, dan pada musim
Natal orang-orang membeli berbagai hadiah, dekorasi, dan persediaan Natal.
Industri yang bergantung pada penjualan di musim Natal antara lain kartu Natal, pohon Natal, dan
lain-lain.
Selain kegiatan
ekonomi terbesar, Hari Natal di berbagai negara Barat merupakan hari paling sepi
bagi dunia bisnis; hampir semua toko retail, institusi bisnis dan komersial
tutup, dan hampir semua industri berhenti beroperasi. Studio-studio film
merilis berbagai film berbiaya tinggi pada musim Natal untuk menghibur
orang-orang, yang sedang berlibur.
b.
Bidang Sosial
Selama puasa, jemaat
gereja-gereja Koptik, seperti Gereja Koptik Sayidah el-Adzra’ atau Santa Maria,
di Madinat al-Tahrir, Imbaba, Kairo mempunyai kebiasaan hanya makan sekali
sehari dengan menu makanan semacam tempe dari kacang-kacangan, namanya tamiya atau falafel
yang dimakan dengan sepotong roti dan air putih. Karena itu, uang belanja yang
biasanya mereka belikan daging dan menu lumayan mewah lainnya dikumpulkan dan
diserahkan langsung kepada orang orang miskin yang dikoordinasi oleh Gereja.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Natalgambar dari google images
Baca juga:
Seputar Kelahiran dan Masa Kanak-kanak Yesus | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 | |
12 | |
13 | |
14 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar