Kedatangan Yesus kedua Mengadili Orang Hidup dan Mati
A. Yesus sebagai Penebus, Pengantara, dan Hakim
Dalam pembahasan sebelumnya tentang
pernyataan iman atau Syahadat, kita telah membahas bahwa Kristus telah menebus
manusia dengan kedatangan-Nya ke dunia, terutama dengan penderitaan, wafat dan
kematian-Nya, sehingga kita dapat menjadi anak-anak Allah (lih. Gal 4:5).
Dengan kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke Sorga, Kristus menjadi Pengantara
kita (lih. 1 Yoh 2:1), sehingga dapat mengantar kita sampai kepada tujuan
akhir, yaitu Sorga. Dan dengan duduk di sisi kanan Allah Bapa, maka segala
kekuasaan untuk mengadili semua orang yang hidup dan mati telah diserahkan
kepada Kristus (lih. 1Pet 3:22).
Syahadat menyatakan, “Dari
situ Kristus akan datang mengadili orang hidup dan mati.” Gereja Katolik
mengajarkan bahwa Kristus datang ke dunia dua kali, dalam kodrat-Nya sebagai
Allah dan sebagai manusia. Kedatangan-Nya yang pertama adalah dalam peristiwa
Inkarnasi, yaitu ketika Dia mengambil kodrat manusia dan lahir dari Perawan
Maria dan kemudian menjalankan seluruh misi penyelamatan manusia, yang berakhir
pada Misteri Paskah – penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus
ke Sorga. Kristus menjanjikan bahwa Dia akan turun lagi ke dunia di akhir
zaman. Pada waktu para murid melihat kenaikan Kristus di awan-awan, seorang
malaikat berkata kepada mereka, “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu
berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan
kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik
ke sorga.” (Kis 1:11) Kedatangan Kristus kembali atau kedatangan-Nya yang kedua
disebut Hari Tuhan (the day
of the Lord) atau hari kiamat, yaitu berakhirnya dunia ini yang
kemudian diubah menjadi langit dan bumi yang baru (lih. 2Ptr 3:13; Why 21:1);
inilah yang sering disebutkan oleh Yesus sebagai hari di mana terjadinya seperti
pencuri di malam hari (lih. Mat 24:43; 1Tes 5:2), di mana tentang hari dan
saatnya tidak ada seorangpun yang tahu (lih. Mat 24:36).
B. Tanda Kedatangan Kristus yang ke-dua
Walaupun tentang hari dan saatnya tidak
ada yang tahu, namun Kristus juga memberikan tanda-tanda, sehingga kita semua
dapat semakin meningkatkan kewaspadaan kita. Kita juga semakin waspada dengan
ajaran-ajaran yang menyesatkan, dengan cara terus berpegang pada pengajaran
yang diberikan oleh Magisterium Gerjea. Dan kita juga dapat terus menaruh
pengharapan kita di dalam Kristus, karena pada akhirnya peperangan akan
dimenangkan oleh Kristus. Walaupun kita harus mewaspadai tanda-tanda zaman ini,
namun jangan sampai kita terjebak pada pencarian tanda ini, dan melupakan
persiapan yang sesungguhnya adalah paling penting, yaitu dengan senantiasa
berjuang untuk bertumbuh dalam kekudusan.
Berikut ini adalah beberapa tanda yang
terjadi sebelum kedatangan Kristus yang kedua:
1. Kerajaan seribu tahun /
Milennium (berdasarkan Why 20)- tidak untuk diartikan literal.
“[Seorang malaikat]
menangkap naga, si ular itu, yaitu Iblis dan Setan, dan mengikatnya seribu
tahun lamanya….. Aku juga melihat [jiwa-jiwa yang dipenggal kepalanya karena
kesaksian tentang Yesus] hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama
dengan Kristus untuk masa seribu tahun…. Dan setelah masa seribu tahun itu
berakhir, Iblis akan dilepaskan dari penjaranya, dan ia akan pergi menyesatkan
bangsa-bangsa…” (Why 20:1-8) Gereja Katolik tidak secara khusus mendefinisikan
Millennium ini, namun mengambil patokan dari pengajaran St. Agustinus, yang
menginterpretasikan secara allegoris, yaitu mengartikan 1000 tahun ini sebagai
simbol, sebagai ‘jangka waktu yang cukup lama’, sebagaimana teks angka ’1000′
yang lain dalam Alkitab merupakan simbol dari jumlah yang banyak/ribuan. (Lihat
Mzm 50:10 dan Dan 7:10) seribu dan beribu-ribu di sini maksudnya adalah banyak
sekali. Seribu tahun kejayaan ini dimana Iblis diikat dan para kudus memimpin
bersama Kristus ini sebagai Gereja Katolik yang masuk ke dalam sejarah manusia
untuk menebarkan nilai-nilai Injil. Jadi ke-seribu tahun kejayaan ini mengacu
pada era Christendom.
Pengikatan Iblis selama 1000 tahun ini dikaitkan dengan perumpamaan yang
diajarkan oleh Kristus tentang orang kaya yang diikat: …Bagaimanakah orang
dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila
tidak diikatnya dahulu orang yang kuat itu? Sesudah diikatnya, barulah dapat ia
merampok rumah itu.” (Mat 12:29). Kristus telah mengikat Iblis dengan korban
sengsara dan salib-Nya. Namun demikian, Iblis terus berusaha mempengaruhi
banyak bangsa, walaupun akhirnya mereka berangsur ‘tunduk’ dengan menerima
nilai-nilai Injil dan pertobatan.
Maka, ke-1000 tahun tersebut
adalah untuk diartikan sebagai simbol, yang mengacu pada arti jangka waktu yang
lama antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedatangan Kristus yang kedua.
Namun menjelang akhir zaman, terjadi pelepasan ikatan Iblis, yang dihubungkan
dengan kejayaan singkat suatu kesesatan/apostasy yang besar yang memuncak pada
kejayaan Antikristus. Pada saat inilah Gereja akan mengalami pencobaan yang
hebat (lihat Why 20:7-9).
Gereja Katolik menolak untuk
mengajarkan pandangan mengartikan 1000 tahun itu sebagai sesuatu masa yang
literal. Hal ini dinyatakan secara tegas pada pernyataan Kongregasi untuk
Ajaran Iman di Roma pada tahun 1944, yang bunyinya sebagai berikut:
“In recent times, on several occasions
this Supreme Sacred Congregation of the Holy Office has been asked what must be
thought of the system of mitigated Millenarianism, which teaches for example,
that Christ the Lord before the final judgment, whether or not preceded by the
resurrection of the many just, will come visibly to rule over this world. The
answer is: The system of mitigated Millenarianism cannot be taught safely.”
((Congregation for the
Doctrine of the Faith, Decree of 19 July 1944, DS, 3839.))
Kelihatannya pernyataan ini
sulit, tetapi maksudnya sebenarnya sederhana: sebagai orang Katolik, kita
menolak doktrin yang mengajarkan bahwa sebelum kedatangan Kristus yang kedua,
Kristus akan datang lagi sebagai manusia dalam sejarah manusia, untuk memimpin
kerajaan-Nya di dunia.
2. Kebangkitan
Antikristus (1Yoh 2:18-23, 2Tes 2:3-4, Why 13)
“Seperti yang telah kamu
dengar, seorang Antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak
antikristus…” (1 Yoh 2:18). “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang
dengan berbagai cara…Sebab sebelum Hari itu, haruslah datang dahulu murtad dan
haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa…. Kedatangan si
pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai dengan rupa-rupa
perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat palsu, dengan rupa-rupa tipu
daya jahat…” (2Tes 2:3-10) Antikris adalah seseorang yang menyebut dirinya sendiri
sebagai Kristus, dan dengan bantuan Iblis akan melakukan banyak mukjizat untuk
menarik banyak orang (lih. 2Tes 2:9-10) dan ia akan menganiaya Gereja.
Antikristus ini juga disebut oleh Rasul Paulus sebagai “manusia durhaka” atau
yang disebut dalam kitab Wahyu sebagai “binatang yang keluar dari dalam laut”
yang disembah sebagai nabi palsu.
3. Penyesatan
secara besar-besaran (2 Tes 2-3, Why 13:3, Mat 24:11-12 dan Luk 18:8).
“Akan tetapi jika Anak
Manusia datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Luk 18:8) Alkitab
mengajarkan bahwa sebelum kedatangan Kristus yang kedua akan terjadi banyak
orang meninggalkan iman Kristiani. Banyak orang akan tertipu oleh nabi-nabi
palsu, terutama nabi palsu yang terakhir, yaitu, Antikristus.
4. Pertobatan
bangsa Yahudi (Rom 11)
“Aku mau kamu mengetahui
rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh
dari bangsa-bangsa lain telah masuk. Dengan jalan demikian, seluruh Israel akan
diselamatkan…” (Rom 11:25-26) Dengan demikian, kita dapat berharap bahwa bangsa
Israel akan akhirnya menerima Yesus sebagai Sang Mesias.
5. Pemberitaan
Injil sampai ke ujung dunia (Mat 24:14)
“Dan Injil Kerajaan ini akan
diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu
barulah tiba kesudahannya.” (Mat 24:14) Maksudnya, ini bukan hanya penyiaran
Injil melalui mass-media dan internet, namun merupakan penanaman nilai-nilai
Injil di setiap bangsa.
6. Tampaknya
tanda Kristus [dimengerti sebagai tanda salib] di langit (Mat 24:30)
“Pada waktu itu akan tampak
tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka
akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit…” (Mat 24:30).
7. Tanda-tanda
yang menakutkan di langit, bencana alam yang dashyat dan kerusakan hebat yang
disebabkan oleh manusia (Mat 24: Luk 21:25-26).
“Segera sesudah siksaan pada
masa itu, matahari akan menjadi gelap dan bulan tidak bercahaya dan
bintang-bintang akan berjatuhan dari langit dan kuasa-kuasa langit akan
goncang.” (Mat 24: 29) “Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan
bintang-bintang. Dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi
deru dan gelombang laut…” (Luk 21:25).
8. Kemenangan
Allah dalam perjuangan akhir melawan Si jahat (lih. Why 20:7-10)
Namun pada akhirnya,
perjuangan melawan si jahat akan dimenangkan oleh Allah, sehingga si jahat
akhirnya dilemparkan dalam kesengsaraan abadi.
C. Dapatkah kita mengetahui waktu kedatangan Yesus yang kedua?
Yesus mengatakan bahwa kita tidak dapat
mengetahui waktu kedatangan-Nya yang kedua (Mat 24:42). Kitab Suci berkali-kali
menyatakan bahwa kedatangan Yesus yang kedua ini sifatnya seperti pencuri, dan
tak pernah dapat diketahui (lih. Mat 25: 13. Luk 17:22-35, 1 Tes 5:2 dan 2 Pet
3:10). Hal ini juga dinyatakan dengan jelas dalam ajaran gereja, bahwa hanya
Tuhan saja yang mengetahui kapan saatnya kedatangan Yesus yang kedua tersebut.
Jika kita teliti tanda-tanda
yang diberikan itu tidak dengan jelas menunjukkan urutan-urutannya, juga
periode/interval yang ada tidak jelas disebutkan jangka waktunya, dan banyak
dari tanda itu mempunyai banyak arti dan telah terpenuhi, dan kita tidak tahu
persis apakah hal yang lebih besar akan terjadi sebagai pemenuhan tanda-tanda
tersebut. Sejarah telah membuktikan bahwa banyak orang telah berusaha
mengartikan tanda-tanda, menghitung tahun-tahun untuk meramalkan akhir zaman,
namun hanya berakhir dengan sejumlah teori yang tidak menjadi kenyataan.
D. Yesus sebagai Hakim Agung
Di dalam Kis 10:42 dituliskan sebagai
berikut, “Dan Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa dan
bersaksi, bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang
hidup dan orang-orang mati.” (bdk 1Ptr 4:5) Bagaimana kita mengartikan
orang-orang hidup dan orang-orang mati? Pengertian pertama, orang-orang hidup
dapat menggambarkan orang-orang yang masih hidup di dunia ini ketika Kristus
datang yang kedua kali, sedangkan orang-orang mati adalah orang-orang yang
telah mati dari awal penciptaan sampai kedatangan Kristus yang kedua.
Pengertian yang lain adalah orang-orang hidup adalah orang-orang yang
dibenarkan oleh Allah, yang akan mendapatkan kebahagiaan abadi di Sorga;
sedangkan orang-orang mati adalah orang-orang jahat yang akan mendapatkan
penghukuman abadi di neraka. Namun, secara prinsip, Kristus akan mengadili
seluruh umat manusia, baik yang jahat maupun yang baik, baik yang hidup ataupun
yang telah mati ketika Kristus datang yang kedua kali.
Dalam bukunya, The Aquinas Catechism, St.
Thomas Aquinas mengutip St. Gregorius menuliskan tentang pengelompokan
orang-orang yang jahat dan yang baik. Kitab Suci juga menjelaskan tentang
adanya pengelompokan domba yang baik di sebelah kanan, yang kemudian memperoleh
kebahagiaan sejati dan kambing yang jahat di sebelah kiri, yang mendapatkan
penghukuman abadi di neraka (lih. Mat 25:31-46). Kelompok yang jahat adalah
termasuk orang-orang yang tidak percaya. Mereka yang tidak percaya telah berada
di bawah hukuman (lih. Yoh 3:18). Rasul Paulus menegaskan “Tanpa iman tidak
mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah,
ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang
yang sungguh-sungguh mencari Dia.” (Ibr 11:6) Namun, orang-orang yang percayapun
tidak lepas dari kategori ini, yaitu yang meninggal dalam kondisi dosa berat
(lih. 1Yoh 5:16), karena upah dari dosa adalah maut (lih. Rm 6:23). Yang
termasuk dalam kategori orang-orang yang baik yang diselamatkan adalah
orang-orang yang mengikuti Kristus dengan setia (lih. Mat 19:28), yang
mensyaratkan iman, pengharapan dan kasih.
F. Dua pengadilan: Pengadilan Khusus dan Pengadilan Umum
Kristus yang duduk sebagai Hakim akan
mengadili yang hidup dan mati. Dalam pengajaran Gereja Katolik, kita mengenal adanya
dua pengadilan, yaitu pengadilan khusus dan pengadilan umum. Pengajaran ini
sesuai dengan ajaran St. Agustinus, yang mengatakan “Begitu jiwa meninggalkan
tubuh, maka jiwa tersebut diadili“. Hal ini sesuai juga dengan pengajaran di
Alkitab, seperti yang kita lihat pada kisah yang dialami oleh Lazarus dan orang
kaya itu setelah kematian mereka (lih. Luk
16:16-31). Rasul Paulus mengajarkan, “…manusia ditetapkan untuk mati hanya satu
kali saja, dan sesudah itu dihakimi.” (Ibr 9: 27). Maka di saat kematian kita,
kita akan diminta pertanggungan jawab atas urusan kita (lih. Luk 16:2). Kita
akan diadili oleh Tuhan menurut perbuatan kita (1 Pet 1:17, Rom 2:6). Jika
Tuhan sendiri mengajarkan bahwa gaji pekerja tidak boleh ditunda (lih Im
19:13), maka Ia sendiri pasti memenuhi peraturan tersebut, dan Ia akan memberi
penghargaan kepada mereka yang telah melakukan tugasnya di dunia dengan setia
seturut perintah-perintah-Nya. Maka seperti kata St. Ambrosius, “Kematian
adalah penghargaan perbuatan baik, mahkota dari panen.”
Tuhan Yesus akan duduk
sebagai Hakim (lih. Yoh 5:22). Pada Perjamuan Terakhir, Yesus berjanji kepada
para rasul-Nya untuk datang kembali setelah kenaikan-Nya ke surga dan untuk
membawa mereka kepada diri-Nya (lih. Yoh 14:3).
Setelah dihakimi secara
pribadi oleh Tuhan Yesus, maka jiwa orang yang meninggal akan ditentukan masuk
surga (jika ia sempurna), atau masuk neraka (jika ia meninggal dalam keadaan
berdosa berat dan tidak bertobat), atau masuk Api Penyucian (jika ia meninggal
dalam keadaan berdamai dengan Allah, namun masih harus dimurnikan terlebih
dahulu).
Maka, Gereja Katolik
mengajarkan adanya dua macam Penghakiman setelah kematian. Yang pertama
adalah Pengadilan
Khusus (Particular
Judgment) yang diadakan sesaat setelah kematian, dan yang kedua
adalah Pengadilan Umum (General
Judgment) yang diadakan pada akhir zaman, setelah kebangkitan
badan. Pada pengadilan khusus, yaitu kita masing-masing diadili secara
pribadi oleh Yesus Kristus; dan kedua adalah pengadilan umum/terakhir, yaitu
pada akhir zaman, saat kita diadili oleh Yesus Kristus di hadapan semua
manusia. Setelah Pengadilan Khusus itu, kita sudah ditentukan, apakah jiwa kita
masuk surga, atau neraka, ataukah masih perlu dimurnikan dahulu dalam Api
Penyucian. Penentuan dalam Pengadilan Khusus ini dilakukan oleh Tuhan Yesus,
dan tidak dapat diubah/ditarik kembali.
Tentang Pengadilan Khusus,
Katekismus Gereja Katolik menjelaskannya sebagai berikut:
KGK
1022 Pengadilan khusus adalah “Pada saat kematian setiap
manusia menerima ganjaran abadi dalam jiwanya yang tidak dapat mati. Ini
berlangsung dalam satu pengadilan khusus, yang menghubungkan kehidupannya
dengan Kristus: entah masuk ke dalam kebahagiaan surgawi melalui suatu
penyucian (bdk. Konsili Lyon: DS 857-858; Konsili Firense: DS 1304-1306;
Konsili Trente: DS 1820), atau langsung masuk ke dalam kebahagiaan surgawi
(bdk. Benediktus XII: DS 1000-1001; Yohanes XXII: DS 990) ataupun mengutuki
diri untuk selama-lamanya (bdk. Benediktus XII: DS 1002)”
Sedangkan pada akhir jaman,
setelah kebangkitan badan, kita (jiwa dan badan) akan diadili dalam Pengadilan
Umum/ Terakhir. Pengadilan ini tidak lagi bersifat pribadi antara kita dengan
Yesus, namun diadakan di hadapan semua orang. Pada saat inilah segala perbuatan
baik dan jahat dipermaklumkan di hadapan semua mahluk, “Sebab tidak ada sesuatu
yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan dan tidak ada sesuatu yang rahasia
yang tidak diketahui dan diumumkan.”(Luk 8: 17). Pada saat itu, seluruh bangsa
akan dikumpulkan di hadapan tahta Kristus, dan Dia akan mengadili semua orang:
yang baik akan dipisahkan dengan yang jahat seperti memisahkan domba dan
kambing (lih. Mat 25: 32-33). Pengadilan ini merupakan semacam ‘pengumuman’
hasil Pengadilan Khusus tiap-tiap orang di hadapan segala ciptaan yang lain.
Hasil Pengadilan itu akan membawa penghargaan ataupun penghukuman, bagi jiwa
dan badan. Tubuh dan jiwa manusia bersatu di Surga, apabila ia memang layak
menerima ‘penghargaan’ tersebut; inilah yang disebut sebagai kebahagiaan
sempurna dan kekal di dalam Tuhan. Atau sebaliknya, tubuh dan jiwa manusia
masuk ke neraka, jika keadilan Tuhan menentukan demikian, sesuai dengan
perbuatan manusia itu sendiri; inilah yang disebut sebagai siksa kekal. Setelah
akhir zaman, yang ada tinggal Surga dan Neraka, tidak ada lagi Api Penyucian,
sebab semua yang ada di dalam Api Penyucian akan beralih ke Surga.
Katekismus Gereja Katolik
menuliskan tentang Pengadilan Umum:
KGK
1040 Pengadilan terakhir akan berlangsung pada
kedatangan kembali Kristus yang mulia. Hanya Bapa yang mengetahui hari dan jam,
Ia sendiri menentukan, kapan itu akan terjadi. Lalu, melalui Putera-Nya Yesus
Kristus Ia akan menilai secara definitif seluruh sejarah. Kita akan memahami
arti yang terdalam dari seluruh karya ciptaan dan seluruh tata keselamatan dan
akan mengerti jalan-jalan-Nya yang mengagumkan, yang di atasnya penyelenggaraan
ilahi telah membawa segala sesuatu menuju tujuannya yang terakhir. Pengadilan
terakhir akan membuktikan bahwa keadilan Allah akan menang atas segala ketidak-adilan
yang dilakukan oleh makhluk ciptaan-Nya, dan bahwa cinta-Nya lebih besar dari
kematian (bdk. Kid 8:6)
Mungkin ada orang bertanya,
apa gunanya Penghakiman Terakhir, jika jiwa-jiwa sudah berada di surga setelah
menyelesaikan pemurnian di Api Penyucian?
Penghakiman Terakhir
diadakan setelah kebangkitan badan. Dalam Pengadilan Terakhir, setiap orang
akan diadili di hadapan semua ciptaan, sehingga segala perbuatan baik akan
diumumkan di hadapan semua mahluk, demikian juga perbuatan yang jahat.
Tuhan Yesus akan duduk sebagai hakim yang mengadili semua orang, dan pengadilan
ini dimaksudkan untuk menyatakan kebijaksanaan dan keadilan Tuhan kepada semua
ciptaan. Jadi tidak ada lagi segala sesuatu yang ‘relatif’ di sini. Yang salah
dinyatakan salah, yang benar dinyatakan benar, dan ini berlaku pada semua
orang. Orang-orang yang baik mendapat penghargaan di hadapan semua ciptaan, dan
sebaliknya, orang-orang yang jahat menerima hukuman di hadapan semua.
Penghakiman ini merupakan pengulangan pengadilan khusus di hadapan semua
mahluk, dan pengulangan sejarah dunia, di mana semua kejadian akan ditampilkan
di hadapan semua orang, dan pada saat itu tidak ada sesuatu yang tersembunyi,
yang tidak akan dinyatakan (lih. Mat 10: 26-27, Luk 8:17). Maka Penghakiman Terakhir
merupakan momen yang penting, yang menjadi dasar pengharapan Kristiani (seperti
yang diungkapkan oleh Bapa Paus Benediktus XVI dalam surat ensikliknya Spe Salvi/
Diselamatkan di dalam Pengharapan, 44). Sebab pada saat Penghakiman Terakhir
pengorbanan para martir dan orang benar akan mendapat penghargaan. Orang-orang
yang jahat akan memandang orang-orang yang baik dan berkata dengan menyesal,
“Dia itulah yang dahulu menjadi tertawaan kita, dan buah cercaan kita ini,
orang-orang yang bodoh… ia terbilang di antara anak-anak Allah dan bagiannya
terdapat di antara para kudus… Kita inilah yang tersesat dari jalan kebenaran
dan cahaya kebenaran tidak menerangi kita…” (Kebj 5:3-6).
Setelah Pengadilan Terakhir
ini, tidak ada lagi Api Penyucian. Dan karena seluruh semesta alam akan
dihancurkan dengan api pada akhir zaman, maka orang-orang yang baik/benar dapat
masuk surga jiwa dan badannya setelah melalui api itu, seperti Sadrakh, Mesakh
dan Abednego (lih. Dan 3:1-30), tanpa terbakar. Sedang mereka yang jahat akan
masuk neraka, jiwa dan badannya. Persatuan jiwa dan badan di surga inilah yang
disebut sebagai kesempurnaan kebahagiaan kekal, dan sebaliknya, yang di neraka
sebagai siksa kekal yang tak terlukiskan.
Maka perbedaan antara
Pengadilan Khusus dan Pengadilan Umum pada akhir zaman ini adalah, pada
Pengadilan Khusus, yang diadili adalah jiwa manusia, sehingga setelah mendapat
keputusan (surga, neraka, atau api penyucian), yang masuk ke dalamnya hanya
jiwa saja. Sedangkan sesudah Pengadilan Terakhir, yaitu setelah kebangkitan
badan, maka tubuh manusia akan bersatu dengan jiwanya, dan keduanya akan masuk
kedalam kebahagiaan abadi (Surga), ataupun siksa abadi (neraka). Pengadilan
Khusus bersifat pribadi, antara yang meninggal dengan Kristus, sedangkan
Pengadilan Umum diadakan di hadapan semua orang.
Katekismus Gereja Katolik
menjelaskan arti perkataan Syahadat bahwa Yesus akan ….”mengadili orang yang
hidup dan yang mati….”, sebagai berikut:
KGK 678 Seperti
para nabi (bdk. Ul 7:10. Yl 3-4; Mal 3:19) dan Yohanes Pembaptis (bdk. Mat
3:7-12), Yesus pun mengumumkan pengadilan pada hari terakhir dalam khotbah-Nya.
Di sana akan disingkapkan tingkah laku (bdk. Mrk 12:38-40) dan isi hati yang
paling rahasia dari setiap orang (bdk. Luk 12:1-3; Yoh 3:20-21; Rm 2:16; 1Kor 4:5).
Lalu ketidak-percayaan orang berdosa, yang telah menolak rahmat yang ditawarkan
Allah, akan diadili (bdk. Mat 11:20-24; 12:41-42). Sikap terhadap sesama akan
menunjukkan, apakah orang menerima atau menolak rahmat dan cinta Allah (bdk.
Mat 5:22; 7:1-5). Yesus akan mengatakan: “Segala sesuatu yang kamu lakukan
untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah
melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40).
KGK 679 Kristus
adalah Tuhan kehidupan abadi. Sebagai Penebus dunia, Kristus mempunyai hak penuh
untuk mengadili pekerjaan dan hati manusia secara definitif. Ia telah
“mendapatkan” hak ini oleh kematian-Nya di salib. Karena itu, Bapa “menyerahkan
seluruh pengadilan kepada Putera-Nya” (Yoh 5:22, bdk. Yoh 5:27; Mat 25:31; Kis
10:41; 17:31; 2 Tim 4:1). Akan tetapi, Putera tidak datang untuk mengadili,
tetapi untuk menyelamatkan (bdk. Yoh 3:17) dan untuk memberikan kehidupan yang
ada pada-Nya (bdk. Yoh 5:26). Barang siapa menolak rahmat dalam kehidupan ini,
telah mengadili dirinya sendiri (bdk. Yoh 3:18; 12:48). Setiap orang menerima
ganjaran atau menderita kerugian sesuai dengan pekerjaannya (bdk. 1 Kor
3:12-15) ia malahan dapat mengadili dirinya sendiri untuk keabadian, kalau ia
tidak mau tahu (bdk. Mat 12:32; Ibr 6:4-6; 10:26-31) tentang cinta.
KGK 681 Pada
hari pengadilan, pada hari kiamat, Kristus akan datang dalam kemuliaan-Nya,
untuk menentukan kemenangan kebaikan secara definitif atas kejahatan, yang
dalam perjalanan sejarah hidup berdampingan bagaikan gandum dan rumput di
ladang yang sama.
KGK
682 Kalau Ia datang pada akhir zaman untuk mengadili
orang hidup dan orang mati, Kristus yang dimuliakan akan menyingkapkan isi hati
yang terdalam dan akan membalas setiap manusia sesuai dengan pekerjaannya,
tergantung pada, apakah ia menerima rahmat Tuhan atau menolaknya.
G. Pengadilan Terakhir: antara harapan dan ketakutan
Kita mungkin sering mempertanyakan
bagaimana sikap kita akan pengadilan Allah? Apakah kita harus menyikapi dengan
sikap takut atau dengan penuh harapan. Sebagai umat beriman, kita harus
melihatnya dengan takut dan pada saat yang bersamaan memandangnya dengan penuh
harap. Sikap takut akan pengadilan terakhir dapat membantu kita untuk hidup
lebih baik pada masa ini dan sikap penuh harapan akan pengadilan terakhir dapat
membantu kita untuk tidak kehilangan harapan walaupun banyak ketidakadilan di
dunia ini, karena tahu bahwa pada saatnya, Tuhan akan memberikan keadilan
dengan seadil-adilnya.
Memang sudah selayaknya, kita harus takut akan Pengadilan Terakhir. Rasul Paulus menuliskan kepada jemaat di Filipi untuk mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (lih. Fil 2:12).
Ketakutan ini bukanlah tanpa alasan, karena adanya empat alasan
((St. Thomas Aquinas, The
Aquinas Catechism, p. 67-68)) sebagai berikut:
(1). Karena kebijaksanaan Hakim.
Hakim Agung yang akan mengadili kita mengetahui segala pikiran, perkataan dan
perbuatan kita, karena tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Ibrani 4:13
menyatakannya demikian “Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di
hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang
kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab.” (bdk. Ams 16:2) Apalagi
suara hati kita turut bersaksi, sehingga kita juga tidak dapat berbohong (lih.
Rm 2:15-16). Bahkan setiap kata sia-sia yang diucapkan kita harus
dipertanggungjawabkan kita pada hari penghakiman (lih. Mat 12:36).
(2). Karena kekuasaan Hakim Agung.
Yesus mengatakan “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh
tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia
yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.” (Mat 10:28)
Dengan demikian, kita seharusnya berhati-hati dalam setiap pikiran, perkataan
maupun perbuatan kita, sehingga kita tidak mendapatkan penghukuman selamanya di
neraka.
(3). Karena keputusan yang tetap dari Hakim
Agung. Menjadi satu permenungan bagi kita bahwa pada
saatnya nanti, masing-masing dari kita akan menerima keputusan dari Hakim Agung
dan keputusan yang diberikan secara benar dan bijaksana tidak adakan berubah
dan akan berlaku untuk selamanya. Kitab Mazmur menuliskan “Apabila Aku
menetapkan waktunya, Aku sendiri akan menghakimi dengan kebenaran.” (Mzm 75:2).
(4). Karena Hakim Agung akan menyatakan
keadilan-Nya. Kita mengenal Allah sebagai Pribadi yang penuh
kasih, yang senantiasa siap sedia mengampuni dosa manusia, seperti yang
digambarkan dalam perumpamaan anak yang hilang (lih. Luk 15:11-31). Namun,
dalam Pengadilan, maka Hakim Agung akan menunjukkan keadilan-Nya yang tidak
terpisah dari kasih-Nya.
Namun sebagai umat Katolik,
Pengadilan Terakhir tidak boleh hanya dilihat sebagai peristiwa yang
menakutkan, namun juga memberikan pengharapan, karena Kristus sendiri telah
datang ke dunia untuk menebus dosa dunia penderitaan dan kematian-Nya di kayu
salib. Kasih Allah inilah yang harus menjadi harapan bagi kita. Paus Benediktus
XVI, dalam ensiklik “Spe
Salvi” bagian III, 41-48, memaparkan bahwa pengadilan terakhir
merupakan harapan bagi seluruh umat beriman, karena pengadilan Allah menjadi
saat rahmat dan keadilan. Segala ketidakadilan di dunia akan diluruskan oleh
Allah dengan keadilan-Nya yang sempurna, sehingga seluruh makhluk akan berseru
“Ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa, benar dan adil segala penghakiman-Mu.” (Why
16:7) Sudahkah kita
siap menghadap Kristus dalam Pengadilan Khusus dan Pengadilan Umum?
Sumber:
Stefanus-Ingrid. Stefanus Tay, MTS dan Ingrid Listiati, MTS adalah pasangan suami istri awam dan telah menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave Maria - Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat. Pengarang buku: Maria, O, Maria. https://katolisitas.org/kristus-akan-datang-mengadili-orang-hidup-dan-mati.
Baca juga:
Kematian – Kebangkitan – Kenaikan – Kedatangan kedua Yesus
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Kematian – Kebangkitan – Kenaikan – Kedatangan kedua Yesus
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar