Akhir Jaman
menurut Ajaran Gereja Katolik (bagian ke-1)
Pendahuluan
Saya teringat akan
wejangan nenek saya tentang akhir zaman. Sebelum menjadi Katolik, ia adalah
seorang Protestan. Sebelum ia wafat, ia pernah berkata demikian pada saya,
“Sudah sejak saya masih kecil, saya mendengar akhir jaman dikhotbahkan dan
‘diramalkan’. Katanya sudah hampir datang, tetapi ternyata belum juga datang
ya! Jadi lebih baik kita serahkan pada Tuhan, sedangkan bagian kita adalah
rajin-rajin berdoa dan berbuat baik saja…” Saya rasa pesan ini sangat
bijaksana, sebab jika kita melihat, memang apa yang dikatakan oleh nenek saya
itu ada benarnya.
Lihat saja, banyak orang
meneliti ayat-ayat Alkitab untuk menghitung tahun untuk ‘meramalkan’ akhir
jaman, lalu muncullah perkiraan, mulai dari tahun 200, 380, 838, 1000, 1260,
1533, 1844, 1914, 1988… hanyalah sekedar contohnya, tetapi tak ada satupun yang
benar. Memang akhir zaman adalah suatu misteri. Kita tak akan mungkin dapat
mengetahuinya secara tepat, dan pasti tidak mungkin kita ketahui sampai pada
saatnya. Namun, ada banyak hal yang dapat kita ketahui tentang kedatangan Yesus
yang kedua ini, dan jangan sampai kita tidak mau tahu tentang hal ini.
Mengapa ajaran Gereja Katolik berbeda dengan ajaran Protestan tentang
ini?
Gereja Katolik dan
Protestan sama-sama setuju bahwa Yesus Kristus akan datang kembali pada akhir
jaman. Namun demikian, ada perbedaan yang cukup mendasar antara pandangan
Protestan dengan ajaran Gereja Katolik tentang hal ini. Dua sebab historis yang
cukup berpengaruh adalah: ((Father Frank Chacon, Jim Burnham, Beginning Apologetics: The
End of Time, (Farmington, NM: San Juan Catholic Seminars), p. 3.))
1. Gereja Protestan tidak
melihat bahwa banyak nubuatan dari kitab Daniel yang telah terpenuhi pada masa
Yudas Makabe. Karena Alkitab Protestan tidak memasukkan kitab Makabe, maka
dapat dimengerti, mengapa demikian.
2. Kurang memadainya
pemahaman tentang kejadian seputar kehancuran Bait Allah di Yerusalem yang terjadi
pada tahun 70 AD, yang juga merupakan pemenuhan sebagian dari perkataan Yesus
sendiri pada Injil Matius, Markus dan Lukas.
Dua pandangan Protestan: Post-millenniarism dan Premilleniarism
Mungkin ada baiknya,
sebelum kita mempelajari apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, kita melihat
terlebih dahulu tentang apa yang diajarkan oleh gereja Protestan tentang akhir
zaman ini. Gereja Protestan kebanyakan mengkaitkan kedatangan Yesus yang kedua
dengan Kerajaan 1000 tahun yang disebutkan dalam Why 20:1-6. Mengenai hal ini
terdapat dua pandangan yang berbeda: pandangan yang meletakkan kedatangan
Kristus sebelum kerajaan 1000 tahun adalah Pre-millennialism, sedangkan yang meletakkan
kedatangan Kristus sesudah kerajaan 1000 tahun adalah Post-millennialism.
Post-millenialism mencapai puncaknya
pada abad 18-19 pada komunitas Anglo-Amerika, yang ditandai dengan pandangan
optimistik tentang sejarah manusia, yang menuju kepada kemajuan secara
universal. Pandangan ini mengharapkan 1000 tahun kejayaan Kristus yang akan
tercapai dalam sejarah manusia. Pada akhir periode kejayaan ini, Iblis akan
dilepaskan, perang Armageddon akan terjadi dan Kristus akan kembali datang
dengan kemulian-Nya.
Kerajaan 1000 tahun menurut pandangan ini mengacu kepada keadaan
ideal di segala bidang, yang dihubungkan dengan revolusi politik dan keadilan
sosial. Menarik di sini, bahwa ide ini bahkan juga mempengaruhi mental para
atheists, seperti Marxism, Nazism dan regim totalitarian lainnya. Namun, dewasa
ini, lama-kelamaan faham ini menjadi kurang populer, karena terjadinya
kejadian-kejadian brutal di abad ke- 20, dan juga penurunan standar moral, di
mana orang-orang tidak lagi menerapkan ajaran iman dan moral Kristiani. Maka
pandangan akan kemajuan optimistik akan sejarah manusia dianggap menjadi
terlalu naïf.
Maka sekarang, ada tendensi bahwa gereja Protestan tidak lagi
mengharapkan kerajaan 1000 tahun melalui kemajuan sejarah manusia. Sebaliknya,
mereka mengakui bahwa dimensi kehidupan manusia akan mengalami kemunduran di
dalam hal iman dan moral. Nah, maka, timbullah paham Pre-millennialism, di mana
keadaan manusia akan semakin memburuk, menjelang akhir jaman/kedatangan Yesus
yang kedua kali. Dalam pandangan ini, terdapat pengajaran yang dikenal
sebagai Rapture dan Dispensationalism.
Apakah akan ada “the Secret Rapture”?
Sering kita dengar teori
dari saudara/i kita yang Protestan, bahwa akan ada yang disebut sebagai “the secret rapture”. Yang
paling terkenal adalah yang dapat kita baca dalam seri “Left Behind: A Novel of the Earth’s
Last Days” karangan Tim LaHaye and Jerry Jenkins. Maksudnya di sini
adalah di akhir jaman nanti Yesus akan datang dua kali:
1) Yang pertama, Yesus
akan ‘mengangkat’ orang-orang yang sungguh beriman agar tidak mengalami
pencobaan/penderitaan di akhir jaman. [Orang ‘beriman’ yang dimaksud di sini
adalah orang yang mengimani apa yang mereka ajarkan].
2) Yang kedua, setelah
pengangkatan ini, maka orang-orang yang tertinggal di dunia akan mengalami
kesengsaraan akhir “final
tribulation”, karena Antikristus akan dibiarkan berkuasa dan akan
terjadi bermacam-macam bencana, yang mencapai puncaknya pada penghukuman
orang-orang yang menolak Tuhan, pada saat kedatangan Kristus kembali. Jadi ini
merupakan kedatangan Yesus yang ‘ketiga’ [jika kelahiran Yesus sebagai manusia
dihitung sebagai kedatangan-Nya yang pertama], walaupun para rapturists mengatakan
hal ini tidak terpisah dari kedatangan-Nya yang rahasia tersebut di atas.
Ketidaksepakatan dari para rapturists mengenai kapan rapture terjadi ((Paul Thigpen, The Rapture Trap, PA: Ascension Press,
2001, p. 127.))
Para rapturists tersebut
mengatakan bahwa menurut Alkitab, kesengsaraan akhir akan terjadi pada tujuh
tahun terakhir, dan “secret
rapture” itu akan terjadi di dalam periode tersebut. Tetapi, di
antara para rapturists itu, tidak ada kesepakatan, kapan sebenarnya akan
terjadi “rapture”
tersebut. Ada yang mengatakan sebelum kesengsaraan akhir (pre-tribulationists),
namun ada juga yang yakin terjadi di tengah-tengah kesengsaraan (mid- tribulationists) dan
sesudah kesengsaraan (post-tribulationists).
Atau ada juga yang mengajarkan partial
rapture, yang artinya hanya sebagian orang-orang Kristen saja yang
‘diangkat’ sebelum kesengsaraan akhir, sedangkan yang lain pada saat
sesudahnya. Ketidaksepakatan ini tak jarang menyebabkan perdebatan yang keras.
Suatu ironi, karena setiap rapturist itu mengklaim bahwa ia mengartikan secara
harafiah berdasarkan “the
plain sense of Scripture”. Rupanya, tentang rapture ini ternyata
tidak terlalu “plain”/jelas,
bahkan di mata para rapturists itu sendiri.
Kalau begitu, dari mana mereka mendapatkan ide secret rapture ini?
Sebenarnya, ide “secret rapture/ pengangkatan
rahasia” ini hanya dipegang oleh sebagian kecil dari umat Kristen di seluruh
dunia. Umat Katolik, Ritus Timur Orthodox, dan bahkan jemaat Protestan sendiri
banyak yang menganggap teori rapture ini
sebagai sesuatu yang asing. Yang pasti, hal rapture ini tidak ada dalam syahadat Aku
Percaya. Yang ada dalam Credo sebenarnya adalah “Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang mati, kerajaan-Nya tidak akan berakhir.”
((Menurut Konsili Nicea, 325 AD)) Syahadat tidak mengatakan apapun tentang
kedatangan Yesus ‘tambahan’ secara rahasia untuk mengangkat umat beriman untuk
membebaskan mereka dari kesengsaraan akhir jaman. Jadi kesimpulannya, bukan
saja hanya para Paus saja yang tidak mengajarkan secret rapture ini, bahkan para
pendiri Gereja Protestan, yaitu Martin Luther, John Calvin dan John Wesley
tidak mengajarkan secret rapture. Maka, jika
ada orang bertanya, mengapa di Credo tidak disebutkan mengenai ‘secret rapture’ ini,
karena memang ide ini tidak diimani oleh mayoritas umat Kristiani dalam sejarah
Gereja, dan tidak berakar dari pengajaran Bapa Gereja.
Dispensationalism
Dispensationalism, adalah pengajaran yang
dipelopori oleh John Nelson Darby (1859-1874), pemimpin sekte Kristen di
Inggris, yang bernama Plymouth Brethern yang mengajarkan doktrinnya ke Amerika
dan Kanada. Dinamakan ‘dispensationalism’
karena ia membagi sejarah manusia menjadi 7 masa dispensasi/tahap dimana Tuhan
menyatakan wahyu-Nya kepada manusia. Namun di setiap tahap, manusia gagal dalam
ujian, sehingga penghakiman terjadi di akhir setiap tahap, dan tahap baru akan
menyusul sesudahnya. Maka menurut Darby terdapat perbedaan tak terseberangi antara
bangsa Israel dan Gereja, sehingga ia membagi misalnya, bahwa nubuat Perjanjian
Lama hanya diperuntukkan bagi bangsa Israel, dan tak ada satupun untuk Gereja.
Menurut para dispensationalists,
karena bangsa Israel menolak pembentukan Kerajaan Mesias di dunia dengan
menolak Kristus, maka Tuhan menunda pembentukan Kerajaan tersebut, dan
berpaling pada bangsa-bangsa non-Yahudi. Karenanya, jam/lonceng nubuatan Yahudi
berhenti berdetak, dan hanya lembali berdetak setelah Antikristus datang, dan ‘rapture’ orang-orang
beriman terjadi. Setelah para beriman diangkat, maka akan ada penderitaan
akhir/great tribulation bagi
dunia, dengan bangsa Israel sebagai pusatnya. Lalu Yesus akan datang ke dunia
yang terakhir kali, dan berjaya selama 1000 tahun.
Dispensationalism dan ‘rapture’ tidak tertulis secara harafiah dalam
Alkitab
Meskipun para rapturists mengatakan
bahwa ide mereka diperoleh melalui “the
plain sense of Scripture” namun di Alkitab tidak ada pernyataan
yang jelas dan harafiah seperti ini: “Kristus akan kembali datang ke dunia
secara rahasia untuk mengangkat umat-Nya ke surga dan kemudian sekali lagi
dalam kemuliaan-Nya untuk menghakimi dunia.” Atau, “Tuhan akan mengangkat
umat-Nya sebelum kejayaan Antikristus, untuk membebaskan mereka dari
penghakiman/kesengsaraan akhir.” Tidak ada satupun ayat yang mengatakan
demikian.
Ayat yang sering mereka kutip adalah Mat 24:37-42, “Sebab
sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya… kedatangan Anak
Manusia. …kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain
ditinggalkan… Karena itu berjaga-jagalah sebab kamu tidak tahu pada hari mana
Tuhanmu datang.” Menurut para rapturists,
maka yang dibawa/diangkat adalah para orang percaya, sedangkan yang tertinggal
adalah yang orang yang tidak percaya. Padahal banyak orang Kristen percaya,
bahwa ayat ini mengacu pada penghancuran Yerusalem oleh bangsa Roma.
Maka jika konteks air bah jaman Nabi Nuh yang dipakai sebagai
acuan, …”air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua.” (Mat 24:37, 39) maka
yang ‘dibawa/dilenyapkan’ adalah orang-orang yang jahat sedangkan orang-orang
yang benar malah ditinggalkan, yaitu Nabi Nuh dan anggota keluarganya.
((Lihat A Catholic
Commentary on Holy Scripture, gen ed. Dom Orchard, OSB, New York:
Thomas Nelson and Sons Ltd., 1953, p. 896.)) Namun demikian, meskipun diartikan
bahwa yang diangkat adalah orang-orang yang benar, dalam ayat itu tidak
dikatakan bahwa Yesus akan datang secara ‘rahasia’ untuk mengadakan
pengangkatan umat pilihan-Nya.
Ayat lainnya yang sering dikutip adalah 1 Tes 4:13-17. Pada ayat
ini Rasul Paulus bermaksud menghibur umat di Tesalonika akan kesedihan yang
berlebihan meratapi anggota komunitas yang telah wafat. Namun pada saat
yang sama ia juga menyinggung tentang kedatangan Tuhan yang kedua: “Selanjutnya
kami tidak mau saudara-saudara, bahwa kamu tidak mengetahui tentang mereka yang
meninggal, supaya kamu jangan berdukacita
seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan.
Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka
kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan
dikumpulkan bersama-sama dengan Dia.
Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup
dan masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului
yang telah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan
sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari
sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit, sesudah
itu, kita yang hidup, yang masih tinggal akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan
menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan
selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”
Seorang ahli Alkitab Protestan, Douglas J. Moo yang menentang
teori secret rapture mengatakan,
“Teks Perjanjian Baru secara garis besar diarahkan untuk kondisi khusus dalam
kehidupan Gereja. Artinya… bahwa pengarang [kitab] akan memasukkan apa yang ia
ingin sampaikan pada kondisi tertentu dan tidak menyertakan sesuatu yang tidak
perlu jika tidak sesuai dengan maksudnya.” ((Diterjemahkan dari Douglas J Moo,
“Response to Feinberg” in Gleason L Archer, et al., The Rapture: Pre- Mid-, or Post-
Tribulational? (Grand Rapids, Mich: Zondervan, 1984), p.
99-100.)).
Maka untuk konteks 1 Tes 4:13-18, Rasul Paulus menekankan
kebangkitan untuk menghibur umat Kristen yang berduka; sedangkan 2 Tes 1:3-10,
ia menekankan pada penganiayaan dan penghakiman untuk menguatkan umat Kristen
yang sedang menderita penganiayaan. Namun demikian, Rasul Paulus tetap mengacu
pada kejadian yang sama, yaitu: Kedatangan
Kristus yang kedua yang terjadi hanya satu kali, dalam kemuliaan-Nya.
Moo kemudian membandingkan dengan penuturan dan penekanan yang berbeda pada
ke-empat Injil tentang kisah sengsara Yesus di salib, namun semuanya mengacu
pada kejadian yang satu dan sama, yaitu penyaliban Yesus di Golgotha.
Jadi apa pengajaran Bapa Gereja mengenai akhir jaman? ((Diringkas dari The Rapture Trap, Paul
Thigpen, PA: Ascension Press, 2001, p. 132-140.))
1. St. Yustinus Martir (100-160):
“…. Dua kedatangan Kristus yang telah diberitakan, adalah: pertama waktu Ia
datang dalam penderitaan, tidak dalam kemuliaan, tidak dihormati dan
disalibkan; tetapi kemudian Ia akan datang [kembali] dari surga dengan
kemuliaan, ketika … Antikristus [lihat 2 Tes 2:3] yang mengajarkan hal-hal yang
menentang Yang MahaTinggi, datang untuk melakukan hal-hal yang jahat di dunia
melawan orang-orang Kristiani.” ((St. Yustinus Martir, Dialogue with Trypho,
110, , dapat dilihat dalam The
Ante-Nicene Fathers: Translations of the Writings of the Fathers Down to AD 325,
Alexander Roberts and James Donaldson, eds. (Grand Rapids, Mich: Eerdmans,
1987, reprint). 10 volumes.)) Maka di sini kita ketahui hanya ada dua kali
kedatangan Kristus. Kedatangan
yang kedua adalah setelah Gereja mengalami penganiayaan yang disebabkan oleh
Antikristus. Tidak disebutkan adanya ‘secret rapture’ untuk
membebaskan orang percaya dari penderitaan/ tribulations.
2. St. Irenaeus (125-203): St. Irenaeus, yang adalah murid St. Policarpus, yang
adalah murid St. Yohanes, mengatakan bahwa ke-10 raja yang disebut dalam Dan
7:24 dan Why 17:12, akan “memberikan kerajaan mereka kepada Antikris, dan
mengusir Gereja.” Tetapi, para orang beriman akan bertemu dengan Tuhan pada
“kebangkitan orang-orang benar, yang akan terjadi setelah kedatangan
Antikristus, dan kehancuran semua bangsa di bawah kepemimpinannya.” ((St.
Irenaeus, Against Heresies, V, 26, 1; 35, 1)). Di sini juga jelas
bahwa Gereja harus
bertahan menghadapi penderitaan/ tribulation yang disebabkan oleh Antikristus,
namun kemudian Kristus akan datang dan mengumpulkan para kudusnya dalam
kebangkitan orang mati.
3. St. Hippolytus (wafat
235): Ia juga mengajarkan dalam komentar kitab Daniel 12:1, bahwa akan terjadi masa kesulitan setelah
kedatangan Antikristus yang menyebabkan kehancuran, baru setelah itu Kristus
akan datang terakhir kali dari surga, “yang membawa api
dan pengadilan yang adil bagi mereka yang menolak untuk percaya kepada-Nya.”
((St. Hippolytus, Treatise on Christ and Antichrist, 64.)). Di sini
juga tidak disebutkan bahwa ada kedatangan Yesus yang ‘ekstra’ dan rahasia
untuk membebaskan Gereja dari penderitaan terakhir.
4. Para
Bapa Gereja. Selanjutnya, pengajaran senada juga
diajarkan oleh para Bapa Gereja, seperti dalam Surat-surat Barnabas, Hermas, Didache,
Tertullian, Lactantius, Melito dari Sardis dan Methodius.
5. St. Jerome (342-420),
dengan mengacu pada beberapa ayat dalam Kitab Suci mengajarkan, bahwa
orang-orang Kristen akan mengalami ‘final tribulation’ seperti yang mereka
alami dalam setiap generasi. “Kamu
keliru jika kamu menyangka bahwa tidak akan ada waktu bagi orang-orang Kristen
untuk menderita akibat penganiayaan Iblis… Harinya akan
datang…terberkatilah pelayan yang didapati Tuannya siap sedia. Lalu pada suara
sangkakala dan bangsa-bangsa ketakutan, namun kamu malah bersuka cita… sebab
kamu akan bergembira, tertawa dan berkata, Lihatlah, Tuhanku yang tersalib,
lihat, Hakim-ku.” ((St. Jerome, Letter
XIV.))
6. St. Agustinus (354-430),
mengatakan bahwa, “Allah yang Maha Besar sama sekali tidak membebaskan para
kudus-Nya dari pencobaan, tetapi hanya melindungi hati mereka (“the inner man”), di mana
iman berada, supaya dengan pencobaan dari luar, mereka [malah] bertumbuh di
dalam rahmat… Pencobaan/penganiayaan
ini yang terjadi di hari terakhir adalah sangat hebat, dan akan menjadi yang
terakhir untuk dihadapi oleh Gereja yang Kudus di seluruh
dunia, seluruh kota Kristus akan diserang oleh kota Iblis, yang keduanya ada di
dunia.” Lalu St. Agustinus mengatakan, bahwa Kristus akan datang kembali untuk
membangkitkan orang mati dan menghakimi dunia. ((St. Augustine of Hippo, City of God, XX, 8, 11,
14)) “Kebangkitan pertama” yang disebutkan dalam Why 20:5 diartikan sebagai
Pembaptisan dan kehidupan dalam rahmat yang diberikan kepada umat beriman
melalui sakramen-sakramen Gereja. Jadi uraian St. Agustinus jelas mengatakan,
bahwa kedatangan Yesus yang kedua akan terjadi hanya satu kali, dalam
kemuliaan, dan dapat dilihat oleh semua orang, sebagai akhir dari penderitaan
yang besar yang dialami Gereja.
7. St. Yohanes Krisostomus (347-407) juga percaya
bahwa “pengangkatan” orang beriman akan terjadi bersamaan dengan kedatangan
Kristus kembali dengan mulia di akhir sejarah manusia, untuk membangkitkan
orang-orang mati dan menghakimi dunia. Dalam komentarnya terhadap 1 Tes 4:15-17
dia menjawab pertanyaan, “Kalau Kristus hendak turun ke dunia, mengapa kita perlu ‘diangkat’?
Jawabnya adalah: “demi menghormati Dia.” ((St. John
Chrysostom, Homilies on
Thessalonians, VIII, “When
a king drives into a city, those who are in honor go out to meet him; but those
who are condemned await the judged inside the city. And at the coming of an
affectionate father, his children and all those who are worthy to be his
children are taken out to Him in chariot, so that they may see him and kiss
him. But those of his servants who have offended him remain inside the house.
We are carried upon the chariot of our Father. For He received Christ up in the
clouds, and we shall be caught up in the clouds [see Acts 1:9]. Do you see how
great is the honor? And as He descends, we go forth to meet Him…so shall we be
with Him.“ (see 1 Tes 4:17).)) Di sini St. Yohanes menghubungkan
pengangkatan dengan kebiasaan di masyarakat kuno, yang menyambut raja yang
datang menuju tempat tujuannya. Bahkan hal ini juga terjadi pada keluarga, di
mana ketika ayah datang, maka anak-anak datang menyambutnya.
8. St. Thomas Aquinas (1225-1274)
Ia mengutip St. Gregorius Agung yang dikutip oleh St. Albert yang mengatakan
bahwa “suara sangkakala
itu tidak lain adalah Sang Putera Allah yang turun ke dunia untuk menjadi
Hakim.” ((St. Thomas Aquinas, Summa Theologica, Suppl. Q.77. Art.2.)) Hal
ini berkaitan dengan Mat 24:27, “Sama seperti kilat memancar dari sebelah timur
dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pula-lah kelak kedatangan
Anak manusia.”
Dari tulisan di atas,
kita mengetahui, bahwa sepanjang sejarah Gereja, para Bapa Gereja tidak
mengenal adanya teori “secret rapture”. Walaupun
para rapturist ada
yang mengutip suatu tulisan kuno yang tak jelas siapa pengarangnya, namun yang
mungkin dipercayai oleh sejumlah umat Kristen awal. Pengarangnya disebut
sebagai “Pseudo-Ephraem.” ((Pseudo, disini artinya, menurut Wikipedia: The
prefix pseudo (from Greek ?????? “lying, false”) is used to mark something
as false, fraudulent, or
pretending to be something it is not. Jadi Pseudo-Ephraem, adalah
tulisan yang diperkirakan seperti tulisan St. Ephraem tetapi sebenarnya
bukan.))
Dalam teks kuno tersebut
memang ada bagian yang jika dilepaskan dari konteksnya, dapat seolah mendukung
teori rapture. ((For the
saints and elect of God are gathered, prior to the tribulation that is to come,
are taken to the Lord lest they ever see the confusion that is to overwhelm the
world because of our sins….” Seperti dikutip oleh Gundry, First the Anti Christ,
162-63. Buku ini menceritakan pandangan Protestan tentang akhir jaman. Namun
secara keseluruhan kita dapat melihat bahwa pandangan seorang evangelical
Protestant dapat menentang ajaran “secret
rapture” ini. Juga hal ini dijelaskan dalam buku Gundry yang
lain, The Church and
Tribulation.)).
Namun, sesungguhnya
pernyataan tersebut cukup problematik, sebab secara keseluruhan teks tersebut
menceritakan tentang kedatangan Kristus dengan kemuliaan-Nya diiringi oleh para
malaikat dan para kudus-Nya untuk membangkitkan orang-orang mati pada Hari
Penghakiman. Sehingga, hal ini bertentangan dengan pengangkatan orang beriman
yang sudah meninggal secara rahasia/ secret
rapture. Juga, pada teks yang sama dikatakan bahwa umat Kristen
akan mengalami penderitaan akhir/ final
tribulation di bawah Antikris, jadi ini juga bertentangan
dengan pandangan bahwa secret
rapture adalah untuk membebaskan para beriman dari penderitaan
akhir.
Namun, seandainya pun ada yang menganggap teks ini adalah dasar
pengajaran “secret rapture”,
maka sesungguhnya, secara objektif dapat dikatakan bahwa pandangan tersebut
hanyalah merupakan pendapat sekelompok jemaat awal berdasarkan dari pengarang
yang tidak dikenal yang tidak mempunyai wewenang mengajar di Gereja, dan tidak
sesuai dengan pengajaran para Bapa Gereja yang lain.
Pengajaran para pendiri Gereja Protestan tentang akhir jaman
Baik Luther maupun
Calvin mengikuti pengajaran St. Agustinus: bahwa Gereja tidak dilepaskan dari
penderitaan/tribulation di tangan Antikristus, namun akhirnya, Kristus akan
kembali dengan kemuliaan-Nya:
1. Martin
Luther, mengomentari kitab Wahyu,
mengatakan bahwa kitab itu merupakan penjabaran tentang “penderitaan dan
bencana yang akan terjadi pada dunia Kristen sepanjang sejarah.” ((Martin
Luther, Preface to the
Revelation of
St. John, II; and Sermon
on John 16:13.))
2. John Calvin mengatakan, bahwa Antikristus akan menyelesaikan
“penceraiberaian Gereja secara publik”. Namun akhirnya, Kristus akan
mengalahkannya “dengan nafas mulut-Nya dan akan memusnahkannya [dengan segala
kesesatannya], pada saat Ia datang kembali.” (lih. 2Tes 2:8). Maka bahkan
Calvin sendiri yakin bahwa kejadian 1 Kor 15:20-28 dan 1 Tes 4:13 adalah satu
kejadian. Ia mengatakan, perihal bunyi sangkakala terakhir,….”I prefer to understand the expression
as metaphorical. In 1 Tes 4:16, …connects together the voice of the archangel
and the trumpet of God. As therefore a commander, with the sound of a trumpet,
summons his army to battle, so Christ, by His far- sounding proclamation, which
will be heard throughout the whole world, will summon all the dead… to the
tribunal of God.” ((John Calvin, Commentary on First Corinthians, 52.))
Jadi apa prinsip pengajaran Gereja Katolik tentang kedatangan Yesus
yang kedua?
Secara prinsip ada empat
hal yang perlu kita ketahui:
1. Kedatangan Yesus yang kedua tidak akan terjadi secara
rahasia, melainkan akan terjadi secara publik, kelihatan oleh semua orang,
penuh dengan kemuliaan,
dan kejayaan. Maka, kedatangan Kristus yang kedua hanya akan terjadi satu kali saja.
a) “Lihat, Ia datang
dengan awan-awan dan setiap
mata akan melihat Dia.” (Why 1:7).
b) “… semua bangsa di bumi…. akan melihat
Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan
kekuasaan dan kemulianNya.” (Mat 24:30)
c) Kedatangannya akan diiringi dengan bunyi sangkakala (Mat
24:31)“…. dan semua
malaikat bersama-sama dengan Dia” (Mat 25:31).
2. Kedatangan-Nya yang kedua akan diikuti oleh Penghakiman Terakhir yang mengadili semua orang.
”Apabila Anak Manusia
datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia
akan bersemayam di atas tahta kemuliaan-Nya. Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di
hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang …” (Mat 25:31-32).
3. Seperti Yesus
mengingatkan para murid-Nya, Gereja
akan mengalami banyak penganiayaan sebelum kedatangan-Nya yang kedua.
Kekuatan Iblis akan menyerang umat Allah, dan para beriman tidak dibebaskan
dari kesulitan ini. Namun Tuhan akan memberikan rahmat untuk bertahan,
dan siapa yang
bertahan sampai kesudahannya melalui pemurnian dan
kesetiaan dalam pencobaan ini, akan
diselamatkan (lihat perikop tentang Siksaan yang berat dan
mesias-mesias palsu pada Mat 24:15-28, Mrk 13:14-23, Luk 21:20-24).
4. Kedatangan
Kristus yang kedua akan terjadi tanpa diduga, dengan cara yang sama
seperti saat Ia naik ke surga. Artinya, tidak dapat diketahui sebelumnya (lih.
KGK 673). Karena itu sikap yang tepat untuk menghadapinya adalah
berjaga-jaga.
a) “Hendaklah kamu siap
sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga.” (Mat
24:44)
b) “Yesus ini, yang
terangkat ke surga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti
kamu melihat Dia naik ke surga” (Kis 1:9-11).
c) “Karena itu berjaga-jagalah,
sebab kamu tidak
tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” (Mat 24:42)
d) “Engkau tidak perlu mengetahui masa
dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.” Maka KGK 1040
mengatakan, “Hanya Bapa yang mengetahui hari dan jam, Ia sendiri menentukan,
kapan itu akan terjadi.”
Kesimpulan
Sementara banyak gereja
Kristen non Katolik mengajarkan tentang akhir zaman ini dengan begitu banyak
variasinya, yang bahkan bisa saling bertentangan, Magisterium Gereja Katolik
memang memilih dengan tenang untuk teguh berpegang pada Tradisi yang diajarkan
oleh para Bapa Gereja. Intinya, kedatangan Yesus yang kedua hanya terjadi satu
kali, tiba-tiba dan tak dapat diketahui sebelumnya oleh manusia, dan Kristus
akan datang dengan kemuliaan-Nya.
Gereja Katolik tidak
berusaha meramalkan siapakah Antikristus, ataupun menghubungkan skenario kitab
Daniel dan kitab Wahyu. Namun bukan berarti kita layak mengacuhkannya, sebab
permenungan akan akhir dunia akan sangat berguna untuk meletakkan kehidupan
sehari-hari dalam perspektif yang benar, agar kita tidak terlena dengan
kesenangan dan harta duniawi. Hal akhir jaman ini memang layak kita cermati,
walaupun itu hanya menyadarkan kita bahwa kita mempunyai beberapa kemungkinan
jawaban daripada sesuatu yang sudah pasti.
Selanjutnya, sebagai umat Katolik, tak usah kita lekas gelisah
jika mendengar tentang pengajaran tentang akhir jaman. Akhir jaman memang harus
menjadi perhatian kita, namun maksudnya agar kita dapat hidup dengan lebih baik dengan
mempergunakan waktu yang Tuhan berikan pada kita dengan sebaik-baiknya untuk
berbuat kasih dan kebaikan. Kita tidak perlu turut
menghitung tahun dan waktu kedatangan Yesus yang kedua, karena besar
kemungkinan hal itu tidak benar, seperti yang telah terbukti dalam sejarah
manusia. Hasil hitungan kita akan hanya menambah panjang daftar kekeliruan
ramalan manusia akan perhitungan akhir jaman, sebab Tuhan sendiri mengatakan
bahwa kita tidak
akan tahu hari mana Ia akan datang (Mat 24:42).
Namun sebaliknya, kita juga tidak boleh mengacuhkan kedatangan
Tuhan Yesus yang kedua ini, apalagi sampai hidup seolah-olah tidak akan ada
Hari Penghakiman. Sebab jika demikian, kita akan menyesatkan diri sendiri dan
akan menerima ganjarannya di akhir jaman nanti. Jadi, mari kita melakukan apa
yang diajarkan oleh Gereja, yaitu, berjuang
untuk hidup kudus, dengan mengasihi Tuhan dan sesama, sesuai
dengan panggilan hidup kita, entah sebagai kaum awam atau kaum tertahbis. ((
Lihat Konstitusi Dogmatik tentang Gereja, Lumen Gentium bab 5, Panggilan untuk
hidup kudus.)) Supaya jika saatnya tiba, entah pada akhir hidup kita, ataupun
jika kita masih hidup, pada hari kedatangan-Nya, maka kita didapati-Nya sebagai
hamba yang setia dan berjaga-jaga. Agar kita boleh mendengar sabda-Nya, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh
Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”
(Mat 25:34).
Sumber: Ingrid Listiati
Ingrid Listiati telah
menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave Maria -
Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat.WEBSITE : HTTPS://WWW.KATOLISITAS.ORG
Akhir Jaman menurut Ajaran Gereja Katolik
(bagian ke-2)
Apakah tanda-tanda akhir jaman?
Injil Matius (terutama
Mat 24) dan juga kitab Wahyu menuliskan tentang akhir jaman. Kita perlu membaca
ayat-ayat tersebut dengan cermat, sebab sebagian dari ayat-ayat Mat 24 telah
terjadi sebelum kehancuran Bait Allah di Yerusalem pada tahun 70 AD, dan
sebagian lagi dari ayat-ayat itu mengacu pada akhir jaman. Dan ada juga
tanda-tanda yang mengacu pada keduanya. Mari kita melihat satu-persatu.
((Sumber: Spirago- Clark, The
Catechism Explained, A Practical Manual, (Rockford, Illinois: Tan
Books and Publishers, Inc, 1899, 1921, 1993) p. 273-274; Father Frank Chacon,
Jim Burnham, Beginning
Apologetics: The
End of Time, (Farmington, NM: San Juan Catholic Seminars), p. 3-5.
)):
1. Kerajaan seribu tahun/ Milennium (berdasarkan Why
20).
“[Seorang malaikat] menangkap naga, si ular itu, yaitu Iblis dan
Setan, dan mengikatnya seribu tahun lamanya….. Aku juga melihat jiwa-jiwa
mereka, yang dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus… hidup kembali
dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu
tahun…. Dan setelah masa seribu tahun itu berakhir, Iblis akan dilepaskan dari
penjaranya, dan ia akan pergi menyesatkan bangsa-bangsa…” (Why 20:1-8)
Gereja Katolik tidak secara khusus mendefinisikan Millennium
ini, namun mengambil patokan dari pengajaran St. Agustinus, yang
menginterpretasikan secara allegoris, yaitu mengartikan 1000 tahun ini sebagai
simbol, sebagai ‘jangka waktu yang cukup lama’, sebagaimana teks angka ‘1000’
yang lain dalam Alkitab merupakan simbol dari jumlah yang banyak/ribuan.
((Lihat Mzm 50:10 dan Dan 7:10: seribu dan beribu-ribu di sini maksudnya adalah
banyak sekali)). Seribu tahun kejayaan ini di mana Iblis diikat dan para kudus
memimpin bersama Kristus ini sebagai Gereja Katolik yang masuk ke dalam sejarah
manusia untuk menebarkan nilai-nilai Injil.
Jadi seribu tahun kejayaan ini mengacu pada era Kekristenan. Pengikatan
Iblis selama 1000 tahun ini dikaitkan dengan perumpamaan yang diajarkan oleh
Kristus tentang orang kaya yang diikat: …Bagaimanakah orang dapat memasuki
rumah seorang yang kuat dan merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu
orang yang kuat itu? Sesudah diikatnya, barulah dapat ia merampok rumah itu.”
((Mat 12:29, lihat St. Augustine, City
of God, book XX, chap. 8.)). Kristus telah mengikat Iblis dengan
korban sengsara dan salib-Nya. Namun demikian, Iblis terus berusaha mempengaruhi
banyak bangsa, walaupun akhirnya mereka berangsur ‘tunduk’ dengan menerima
nilai-nilai Injil dan pertobatan.
Maka, ke 1000 tahun tersebut adalah untuk diartikan sebagai
simbol, yang mengacu pada arti jangka
waktu yang lama antara kedatangan Kristus yang pertama dan kedatangan Kristus
yang kedua. Namun menjelang akhir jaman, terjadi pelepasan
ikatan Iblis, yang dihubungkan dengan kejayaan singkat suatu kesesatan/apostasy yang besar
yang memuncak pada kejayaan Anti-Kristus. Pada saat inilah Gereja akan mengalami
pencobaan yang hebat (lihat Why 20:7-9, KGK 675).
Gereja Katolik menolak untuk mengajarkan pandangan mengartikan
1000 tahun itu sebagai sesuatu masa yang literal. Hal ini dinyatakan secara
tegas pada pernyataan Congregation for the Doctrine of the Faith di Roma pada
tahun 1944, bunyinya sebagai berikut:
“In recent
times, on several occasions this Supreme Sacred Congregation of the Holy Office
has been asked what must be thought of the system of mitigated Millenarianism,
which teaches for example, that Christ the Lord before the final judgment,
whether or not preceded by the resurrection of the many just, will come visibly
to rule over this world. The answer is: The system of mitigated Millenarianism
cannot be taught safely.” ((Congregation
for the Doctrine of the Faith, Decree of 19 July 1944, DS, 3839.))
Kelihatannya pernyataan ini sulit, tetapi maksudnya sebenarnya
sederhana: sebagai orang Katolik, kita menolak doktrin yang mengajarkan bahwa
sebelum kedatangan Kristus yang kedua, maka Kristus akan datang lagi sebagai
manusia dalam sejarah manusia, untuk memimpin kerajaan-Nya di dunia.
2. Kebangkitan Antikristus (1Yoh 2:18-23,
2Tes 2:3-4, Why 13, KGK 675-676)
“Seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan
datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus…” (1 Yoh 2:18)
“Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan berbagai
cara…Sebab sebelum Hari itu, haruslah datang dahulu murtad dan haruslah
dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa…. Kedatangan si pendurhaka
itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai dengan rupa-rupa perbuatan ajaib,
tanda-tanda dan mukjizat-mikjizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat…” (2 Tes
2:3-10)
Antikris adalah seseorang yang menyebut dirinya sendiri sebagai
Kristus, dan dengan bantuan Iblis akan melakukan banyak mukjizat untuk menarik
banyak orang (lih. 2Tes 2:9-10) dan ia akan menganiaya Gereja (lih. KGK 675).
Antikristus ini juga disebut oleh Rasul Paulus sebagai “manusia durhaka” atau
yang disebut dalam kitab Wahyu sebagai “binatang yang keluar dari dalam laut”
yang disembah sebagai nabi palsu.
3. Penyesatan secara besar-besaran (2 Tes 2-3, Why
13:3, Mat 24:11-12 dan Luk 18:8).
“Akan tetapi jika Anak Manusia datang, adakah Ia mendapati iman
di bumi?” (Luk 18:8)
Alkitab mengajarkan bahwa sebelum kedatangan Kristus yang kedua
akan terjadi banyak orang meninggalkan iman Kristiani. Banyak orang akan
tertipu oleh nabi-nabi palsu, terutama nabi palsu yang terakhir, yaitu,
Antikristus.
4. Pertobatan bangsa Yahudi (Rom 11)
“Aku mau kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah
menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk.
Dengan jalan demikian, seluruh Israel akan diselamatkan…” (Rom 11:25-26)
Dengan demikian, kita dapat berharap bahwa bangsa Israel akan
akhirnya menerima Yesus sebagai Sang Mesias.
5. Pemberitaan Injil sampai ke ujung dunia (Mat 24:14)
“Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia
menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.”
(Mat 24:14)
Maksudnya, ini bukan hanya penyiaran Injil melalui mass-media
dan internet, namun merupakan penanaman nilai-nilai Injil di setiap bangsa.
6. Tampaknya tanda
Kristus [dimengerti sebagai tanda salib] di langit (Mat 24:30)
“Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan
semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu
datang di atas awan-awan di langit…” (Mat 24:30).
7. Tanda-tanda yang menakutkan di langit, bencana alam yang dashyat dan kerusakan hebat yang disebabkan oleh manusia (Mat 24: Luk 21:25-26).
“Segera sesudah siksaan pada masa itu, matahari akan menjadi
gelap dan bulan tidak bercahaya dan bintang-bintang akan berjatuhan dari langit
dan kuasa-kuasa langit akan goncang.” (Mat 24: 29)
“Dan akan ada tanda-tanda pada matahari dan bulan dan
bintang-bintang. Dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi
deru dan gelombang laut…” (Luk 21:25).
8. Kemenangan Kristus di
dunia,
tidak terjadi oleh karena kemajuan yang terus menerus oleh kemenangan historis
Gereja (lih. Why 3:18), tetapi oleh kemenangan
Allah dalam perjuangan akhir melawan Si jahat (lih. Why
20:7-10).
Dapatkah kita mengetahui waktu kedatangan Yesus yang kedua kali?
Yesus mengatakan bahwa
kita tidak dapat mengetahui waktu kedatangan-Nya yang kedua (Mat 24:42). Alkitab
berkali-kali menyatakan bahwa kedatangan Yesus yang kedua ini sifatnya seperti
pencuri, dan tak pernah dapat diketahui (lih. Mat 25: 13. Luk 17:22-35, 1 Tes
5:2 dan 2 Pet 3:10). Hal ini juga dinyatakan dengan jelas dalam KGK 673 dan KGK
1040), bahwa hanya
Tuhan saja yang mengetahui kapan saatnya kedatangan Yesus
yang kedua tersebut.
Jika kita teliti tanda-tanda yang diberikan itu tidak dengan
jelas menunjukkan urutan-urutannya, juga periode/interval yang ada tidak jelas
disebutkan jangka waktunya, dan banyak dari tanda itu mempunyai banyak arti dan
telah terpenuhi, dan kita tidak tahu persis apakah hal yang lebih besar akan
terjadi sebagai pemenuhan tanda-tanda tersebut. Sejarah telah membuktikan bahwa
banyak orang telah berusaha mengartikan tanda-tanda, menghitung tahun-tahun
untuk meramalkan akhir jaman, namun hanya berakhir dengan sejumlah teori yang
tidak menjadi kenyataan.
Jadi, apa gunanya diberitahukan tanda-tanda/angka-angka tersebut?
1. Jawabannya adalah
sederhana: tidak banyak. St. Agustinus mengajarkan bahwa tanda, angka, simbol
yang kurang jelas tersebut dimaksudkan untuk mengajar pada kita kerendahan hati,
untuk tidak berkutat meneliti yang melebihi kemampuan kita. Bahwa, kita tidak
dapat mengerti semuanya detail Alkitab, dan karenanya kita dibawa untuk
menerima apa yang diajarkan oleh Magisterium Gereja. Sejarah telah membuktikan
bahwa orang-orang yang mengiterpretasikan sendiri tentang akhir jaman ini,
tidak ada yang berhasil.
2. Tanda-tanda tersebut
juga untuk mengajarkan pada kita bahwa hidup kita sangat rentan terhadap
serangan kejahatan. Kita diingatkan
akan bahaya ‘kesesatan’ yang mungkin akan kita hadapi,
yang disebabkan oleh pengajaran nabi-nabi palsu.
3. Untuk mengingatkan kita
bahwa kita harus selalu berjaga-jaga,
bijaksana menilai tanda-tanda itu dan waspada, sebab walaupun kita tidak
mengalami akhir jaman sewaktu kita masih hidup, kita akan tetap mengalami
‘akhir dari jaman kita’ pada waktu kita meninggal dunia.
4. Untuk mengingatkan kita
bahwa pada akhirnya, meskipun Iblis kelihatan sangat hebat, namun kuasa Allah tetap lebih besar dan
akan mengalahkan Iblis.
Apa yang terjadi pada Kedatangan Yesus yang kedua tersebut?
1. Akhir dunia.
2. Akhir dari waktu, sebab
sesudah itu hanya ada keabadian.
3. Akhir dari kematian, sebab semua
yang masih hidup pada saat Yesus datang yang kedua ini tidak mengalami
kematian, tetapi ‘diubah’ (lih 1Kor 15:51; 1Tes 14:17)
4. Akhir dari Api Penyucian.
Setelah kedatangan Yesus ini maka semua orang yang ada dalam Api Penyucian akan
memasuki surga.
5. Kebangkitan orang mati. Orang-orang
mati akan dibangkitkan (Yoh 5:27-29; 11:23-24). Tubuh orang-orang yang jahat
akan bersatu dengan jiwanya dan masuk dalam siksa abadi di neraka, sedangkan
tubuh orang-orang benar akan bersatu dengan jiwanya dan akan memasuki
kebahagiaan kekal di surga. Tubuh orang-orang benar akan bersinar seperti
matahari (Mat 13:43) dan tak bisa lagi mengalami penderitaan, penyakit dan
kematian (1 Kor 15:42).
6. Penghakiman terakhir (Mat
25:31-46; Why 20:1-15). Seluruh umat manusia akan dikumpulkan di hadapan
tribunal yang akan menyatakan keseluruhan sejarah manusia. Segala sesuatu yang
diperbuat seseorang akan dinyatakan di hadapan segala mahluk, tak ada yang
tersembunyi. Tuhan akan mengumumkan penghakiman/hukuman final, atau penghargaan
final yang melibatkan tubuh dan jiwa setiap manusia: ke neraka atau ke surga.
Mereka yang wafat sebelum kedatangan Yesus yang kedua telah mengetahui tujuan
akhir mereka pada saat penghakiman khusus, dan hal ini tidak berubah. Hanya
pada Pengadilan Akhir, pengadilan mereka dinyatakan kembali dan diumumkan
hasilnya pada segenap mahluk, dan jiwa mereka bersatu dengan tubuh mereka
menuju ke tempat tujuan akhir: surga atau neraka sesuai dengan hasil
Penghakiman tersebut.
7. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian tentang Penghakiman Terakhir:
KGK 1038 Sesudah
kebangkitan semua orang mati “baik orang yang benar maupun yang tidak benar”
(Kis 24:15), menyusullah pengadilan terakhir. Itulah saatnya, di mana “semua
orang yang di dalam kubur akan mendengar suara-Nya. Dan mereka yang telah
berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang
telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (Yoh 5:28-29). Lalu, “Anak
Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia.
… Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan
mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari
kambing. Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan
kambing-kambing di sebelah kiri-Nya. … Dan mereka ini akan masuk ke tempat
siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup kekal” (Mat
25:31.32-33.46).
KGK 1039 Di depan
Kristus, yang adalah kebenaran, akan nyata secara definitif hubungan setiap
manusia dengan Allah yang sebenarnya (Bdk. Yoh 12:49). Pengadilan terakhir akan
membuka sampai ke akibat-akibat yang paling jauh, kebaikan apa yang dilakukan
atau tidak dilakukan oleh setiap orang selama hidupnya di dunia ini…
KGK 1040 Pengadilan
terakhir akan berlangsung pada kedatangan kembali Kristus yang mulia. Hanya
Bapa yang mengetahui hari dan jam, Ia sendiri menentukan, kapan itu akan
terjadi. Lalu, melalui Putera-Nya Yesus Kristus Ia akan menilai secara definitif
seluruh sejarah. Kita akan memahami arti yang terdalam dari seluruh karya
ciptaan dan seluruh tata keselamatan dan akan mengerti jalan-jalan-Nya yang
mengagumkan, yang di atasnya penyelenggaraan ilahi telah membawa segala sesuatu
menuju tujuannya yang terakhir. Pengadilan terakhir akan membuktikan bahwa
keadilan Allah akan menang atas segala ketidak-adilan yang dilakukan oleh
makhluk ciptaan-Nya, dan bahwa cinta-Nya lebih besar dari kematian (Bdk. Kid
8:6).
KGK 1041 Kabar
mengenai pengadilan terakhir mengajak manusia supaya bertobat, selama Allah
masih memberi kepada mereka “waktu rahmat”, satu “hari penyelamatan” (2 Kor
6:2). Kabar itu membangkitkan ketakutan suci akan Allah dan mewajibkan orang
melakukan keadilan Kerajaan Allah. Ia mengumumkan “pengharapan yang penuh
bahagia” (Tit 2:13) akan parusia (?) Tuhan yang akan datang, “untuk dimuliakan
di antara orang kudus-Nya, dan untuk dikagumi oleh semua orang yang percaya” (2
Tes 1:10).
8. Restorasi universal (Kis
3:21, 1 Kor 15:28, KGK 671, 769). Setelah Penghakiman Terakhir, maka Gereja
akan disempurnakan dalam kemuliaannya, sebagai Yerusalem yang baru (Why 21).
Gereja hanya akan terdiri dari orang-orang kudus, yaitu semua orang benar sejak
Adam, dari Abel sampai ke orang pilihan terakhir (KGK 769). Para orang kudus
akan berjaya bersama Kristus, dalam tubuh dan jiwa yang mulia, dan akan melihat
Allah dengan pandangan yang membahagiakan, dimana Allah akan membuka Diri kepada
orang-orang pilihan-Nya secara tidak terbatas dan akan
menjadi sumber kebahagiaan, perdamaian dan persekutuan sempurna, tanpa akhir
(lih. KGK 1044-1045). Unsur-unsur dunia akan hancur karena nyala api ilahi, dan
Tuhan akan menciptakan langit
dan bumi yang baru (2 Pet 3:12-13), kuasa jahat
dikalahkan, dan segala sesuatu akan ditaklukkan di bawah-Nya, dan Allah menjadi
semua di dalam semua (1 Kor 15:28).
Untuk
akhir yang mulia inilah maka, kita tidak perlu gelisah dan takut menghadapi
akhir jaman. Sebab jika kita setia beriman kepada Tuhan dan hidup sesuai dengan
perintah-perintah-Nya, maka malah selayaknya bersuka-cita akan adanya akhir
jaman ini, di mana Kristus akan kembali lagi sebagai Raja semesta alam.
Kesimpulan
Jadi apa yang harus kita lakukan jika akhir dunia itu datang esok hari? Mungkin ada baiknya kita mengingat kisah kuno yang sering dikaitkan dengan St. Fransiskus Assisi, walaupun mungkin ini hanya sekedar legenda. Ada orang yang bertanya kepadanya demikian, “Apa yang akan kamu lakukan kalau besok kiamat?” Pada waktu ia sedang mencabut alang-alang di kebunnya. Lalu ia menjawab dengan cepat, “Aku akan menyelesaikan mencabut alang-alang ini dari kebunku.” Ini adalah jawaban seseorang yang yakin bahwa ia telah berusaha melayani Tuhan, sehingga tidak takut menghadapi akhir dunia. Jika Tuhan Yesus datang kembali, ia hanya berharap akan mendengar Yesus berkata, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia.” (Mat 25:21). Tentu, karena hidup St. Fransiskus yang selalu melaksanakan perbuatan yang ditugaskan kepadanya dengan setia, dengan mata hati terarah kepada Tuhan.
Sekarang memang masalahnya adalah, apakah kita dapat mengatakan
demikian, jika pertanyaan itu ditujukan pada kita. Apakah kita sudah melakukan
pekerjaan kita dengan setia sesuai dengan panggilan hidup kita? Apakah kita
sudah berusaha melakukan kehendak Tuhan? Maka, belajar dari St. Fransiskus,
maka mari kita melakukan hal yang serupa, yaitu mencabut alang-alang dalam
kebun hati kita, yaitu mencabut ajaran-ajaran yang keliru tentang akhir jaman,
dan mengisinya dengan biji kebajikan, iman, pengharapan dan kasih. Semoga
dengan demikian, kita dapat melihat akhir jaman dalam perspektif iman, sebab
kita percaya, bahwa akhir jaman akan membawa kita, orang-orang yang percaya,
kepada kepenuhan janji Kristus, yaitu keselamatan kekal dan persatuan dengan
Allah yang tak terbatas. Maranatha,
datanglah, ya Tuhan Yesus!
SUMBER: Ingrid Listiati
Ingrid Listiati telah menyelesaikan program studi S2 di bidang teologi di Universitas Ave Maria - Institute for Pastoral Theology, Amerika Serikat. WEBSITE : HTTPS://WWW.KATOLISITAS.ORG
Baca juga:
Kematian – Kebangkitan – Kenaikan – Kedatangan kedua Yesus | |
01 | |
02 | |
03 | |
04 | |
05 | |
06 | |
07 | |
08 | |
09 | |
10 | |
11 | |
12 | |
13 | |
14 | |
15 | |
16 | |
17 | |
18 | |
19 | |
20 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar