Foto Lukas 7 ayat 36-37 pada Papirus 3 |
A. Pendahuluan
Injil (bahasa
Yunani: euangelion – yang berarti Kabar Baik; bahasa Arab: Injīl; bahasa
Inggris: Gospel) adalah istilah yang digunakan untuk menyebut keempat
kitab pertama dalam Alkitab Perjanjian Baru menurut kepercayaan Kristen.
Keempat kitab tersebut, Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas, dan Injil
Yohanes, disebut Kabar Baik, karena orang Kristen percaya bahwa narasi keempat
Injil yang berpuncak pada kematian dan kebangkitan Yesus tersebut merupakan
kisah penyelamatan Allah kepada umat manusia yang berdosa, supaya manusia dapat
kembali mengenal Allah yang sesungguhnya dan dapat masuk ke surga.
B. Ayat Alkitab yang memuat kata “Injil”
Kata "Injil" dalam Alkitab Terjemahan Baru muncul 124 kali, BIS menggunakan istilah "Kabar Baik", semuanya di Perjanjian Baru: 23 kali di keempat Injil, 17 kali di Kisah Para Rasul, 78 kali di Surat-Surat Paulus, 5 kali di Surat-Surat Lain, dan 1 kali di Kitab Wahyu.
Beberapa ayat yang penting yang memuat kata
ini antara lain:
1) Markus 1:1;
"Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah.";
2) Markus 1:15;
"Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan
percayalah kepada Injil!";
3) Markus 8:35;
"Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan
nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil,
ia akan menyelamatkannya";
4) 1 Korintus
9:23: "Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku
mendapat bagian dalamnya";
5) Matius 24:14;
"Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi
kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya"
6) Roma 1:1-4;
Dari Paulus, hamba Kristus Yesus, yang dipanggil menjadi rasul dan dikuduskan
untuk memberitakan Injil Allah. Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya
dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang
menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan
dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak
Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.
C. Pengertian Injil
1. Pemberitaan tentang aktivitas penyelamatan
Allah di dalam Yesus dari Nazaret atau berita yang disampaikan oleh Yesus dari
Nazaret. Inilah asal usul penggunaan kata "Injil" menurut Perjanjian
Baru (lihat Surat Roma 1:1 atau Markus 1:1).
2. Dalam pengertian yang lebih populer, kata ini merujuk kepada keempat Injil kanonik (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes).
Kata "injil" dipergunakan oleh
Paulus sebelum kitab-kitab Injil dari kanon Perjanjian Baru ditulis, ketika ia
mengingatkan orang-orang Kristen di Korintus "kepada Injil yang aku
beritakan kepadamu" (1 Korintus 15:1). Melalui berita itu, Paulus
menegaskan, mereka diselamatkan, dan ia menggambarkannya di dalam pengertian
yang paling sederhana, sambil menekankan penampakan Kristus setelah kebangkitan
(15:3-8): "... bahwa Kristus telah mati karena
dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa
Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa
Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas
murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara
sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa
di antaranya telah meninggal. Selanjutnya Ia menampakkan diri kepada Yakobus, kemudian
kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri
juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya."
D. Penulisan Injil
Beberapa catatan:
1. Kitab Perjanjian Baru terbit antara tahun 50 dan 100 Masehi. Yang mula-mula adalah Surat-surat Paulus, kemudian barulah bagian-bagian lain. Beberapa abad sesudah Masehi, Gereja baru mensahkan kanon Kitab Perjanjian Baru setelah urutannya diubah dan sedapat mungkin disesuaikan dengan Sejarah Keselamatan (Intisari Iman Kristen oleh Ds.B.J. Boland, 1964).
2. Umumnya boleh dikatakan bahwa kanon Perjanjian Baru sudah ditetapkan kira-kira pada tahun 200, secara definitif pada tahun 380 (Sejarah Gereja oleh Dr. H. Berkhof dan Dr.I.H. Enklaar, 1962).
3. Injil Matius yang berbahasa Arami telah
lama hilang. Tiga Injil lainnya ditulis dalam bahasa Yunani. Buku-buku dari
Kitab Suci juga injil-injilnya tidak tersimpan dengan sempurna dalam keadaan
yang sama, dalam mana itu asalnya ditulis. Karena tidak adanya cetak-mencetak
buku maka sering kali dilakukan pemindahtulisan berabad-abad lamanya, dan dalam
memindahtuliskan itu kadang-kadang terjadi penghapusan kata-kata, penukaran
kata-kata atau penulisan terbalik. (Het Evangelie, 1929, Badan Perpustakaan
Petrus Canisius).
E. Injil kanonik
Dari banyak injil yang ditulis, ada empat injil yang diterima sebagai bagian dari Perjanjian Baru dan dikanonkan. Hal ini merupakan tema utama dalam sebuah tulisan oleh Irenaeus, l.k. 185. Dalam tulisannya yang diberi judul "Melawan Kesesatan" Irenaeus menentang beberapa kelompok Kristen yang menggunakan hanya satu Injil saja, seperti kelompok Marsion - yang menggunakan versi Injil Lukas yang sudah diubah sedemikian rupa. Irenaeus juga menentang beberapa kelompok yang menekankan tulisan-tulisan berisi wahyu-wahyu baru, seperti kelompok Valentinius.
Irenaeus menyatakan bahwa ada empat injil yang adalah tiang-tiang gereja. "tak mungkin ada lebih atau kurang daripada empat," katanya, sambil mengajukan analogi sebagai logikanya bahwa ada empat penjuru dunia dan empat arah angin.
Citranya ini, yang diambil dari Kitab Yehezkiel 1:10, tentang takhta Allah yang didukung oleh empat makhluk dengan empat wajah—"Keempatnya mempunyai muka manusia di depan, muka singa di sebelah kanan, muka lembu di sebelah kiri, dan muka rajawali di belakang"— ekuivalen dengan Injil yang "berwajah empat", adalah lambang-lambang konvensional dari para penulis Injil: singa, lembu, rajawali, dan manusia. Irenaeus berhasil menyatakan bahwa keempat Injil itu bersama-sama, dan hanya keempat Injil inilah, yang mengandung kebenaran. Dengan membaca masing-masing Injil di dalam terang yang lainnya, Irenaeus menjadikan Yohanes sebagai lensa untuk membaca Matius, Markus dan Lukas.
Pada peralihan abad ke-5, Gereja Barat di
bawah Paus Innosensius I, mengakui sebuah kanon
Alkitab yang meliputi keempat Injil yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes,
yang sebelumnya telah ditetapkan pada sejumlah Sinode regional, yaitu Konsili
Roma (382), Sinode Hippo (393), dan dua Sinode Kartago (397 dan 419). Kanon
ini, yang sesuai dengan kanon Katolik modern, digunakan dalam Vulgata, sebuah
terjemahan Alkitab dari awal abad ke-5 yang dikerjakan oleh Hieronimus atas
permintaan Paus Damasus I pada 382.
F. Waktu Penulisan
Perkiraan kurun waktu ditulisnya injil
kanonik bervariasi, namun tidak lebih dari tahun 100 M. Jadi tidak lebih dari
70 tahun setelah Yesus Kristus meninggalkan dunia.
Berikut perkiraan kurun waktu yang diberikan
oleh Raymond E. Brown, dalam buku-nya "An Introduction to the New
Testament", sebagai representasi atas konsensus umum para sarjana, pada
tahun 1996:
□ Markus:
sekitar tahun 68–73, 65–70.
□ Matius:
sekitar tahun 70–100, 80–85.
□ Lukas:
sekitar tahun 80–100, 80–85.
□ Yohanes:
sekitar tahun 90–100, 90–110.
Sedangkan, perkiraan kurun waktu yang
diberikan dalam NIV Study Bible:
□ Markus:
sekitar tahun 50-an hingga awal 60-an, atau akhir 60-an
□ Matius:
sekitar tahun 50-70-an
□ Lukas:
sekitar tahun 59-63, atau tahun 70-an hingga 80-an
□ Yohanes: sekitar tahun 85 hingga mendekati 100, atau tahun 50-an hingga 70
Kanon Muratori
(170 M) memaparkan urutan pembuatan Injil Lukas sebagai berikut:
(1) "di mana ia bagaimanapun juga turut hadir, dan karenanya ia menempatkannya [dalam tulisannya]. (2) Kitab Injil ketiga adalah menurut Lukas. (3) Lukas, tabib terkenal itu, setelah Kenaikan Kristus, (4-5) ketika Paulus membawanya bersama dia sebagai seorang yang mempelajari tentang hukum [Romawi], (6) menyusunnya atas namanya sendiri, menurut anggapan [umum]. Namun, ia sendiri tidak pernah (7) melihat Tuhan dalam daging; dan karenanya, sesuai peristiwa yang dapat dipastikannya, (8) demikianlah sesungguhnya ia memulai menceritakan kisah dari kelahiran Yohanes [Pembaptis].
Kanon Muratori
(170 M) memaparkan urutan pembuatan Injil Yohanes sebagai berikut:
(9) Yang keempat dari kitab-kitab Injil
adalah dari Yohanes, [seorang] dari murid-murid. (10) Kepada murid-murid dan
uskup-uskup sejawatnya, yang menghimbaunya [untuk menulis], (11) ia berkata,
'Berpuasalah bersamaku dari hari ini selama tiga hari, dan apa (12) yang akan
dinyatakan kepada setiap orang (13) marilah kita mengatakannya satu dengan yang
lain.' Pada malam yang sama itu dinyatakan (14) kepada Andreas, [salah satu]
dari rasul-rasul, (15-16) bahwa Yohanes harus menuliskan semua hal atas namanya
sementara yang lain harus memeriksanya. Dan demikianlah, meskipun berbagai (17)
elemen sudah diajarkan dalam masing-masing kitab Injil [yang lain], (18)
bagaimanapun juga hal ini tidak menyebabkan perubahan dalam iman (19)
orang-orang percaya, karena oleh satu Roh yang berkuasa segala hal (20) telah
dinyatakan dalam semua [kitab-kitab Injil]: mengenai (21) kelahiran, mengenai
kesengsaraan, mengenai kebangkitan, (22) mengenai hidup bersama para murid-Nya,
(23) dan mengenai dua kali kedatangan-Nya; (24) yang pertama dalam kemiskinan
ketika Ia dihina, yang sudah terjadi, (25) yang kedua dalam kemuliaan kekuasaan
kerajaan, (26) yang masih akan terjadi kelak. Apa (27) yang menakjubkan
sehingga, jika Yohanes begitu konsisten (28) menyebutkan poin-poin khusus ini
juga dalam surat-suratnya, (29) mengatakan tentang dirinya sendiri, 'Apa yang
telah kami lihat dengan mata kami, (30) yang telah kami dengar dengan telinga
kami dan dengan tangan kami (31) yang telah kami raba --itulah yang kami
tuliskan kepada kamu'? [1 Yohanes 1:1] (32) Karena dengan cara ini Ia mengaku
[dirinya] bukan hanya sebagai saksi mata dan pendengar, (33) melainkan juga
penulis dari semua perbuatan ajaib Tuhan, sesuai urutannya".
G. Injil Apokrif
Beberapa injil yang tidak dikanonkan meskipun
mempunyai keserupaan dalam hal sebagian isi dan gaya bahasa, dibandingkan
dengan injil-injil kanonik. Kebanyakan (yang lainnya) adalah gnostik dalam hal
isi dan gaya bahasa, mempresentasikan / mengemukakan ajaran-ajaran dari sudut
pandang yang sangat berbeda dan dalam beberapa kasus dicap sebagai bid'ah. Adapun
Injil-injil yang termasuk dalam tulisan-tulisan apokrif ditulis dalam daftar
berikut ini.
H. Injil Barnabas
Kitab yang sering disebut
sebagai "Injil Barnabas" adalah pemalsuan abad ke-16 M.
Penulisannya menggunakan bahasa Italia dan informasinya mengenai geografi
Palestina banyak yang tidak masuk akal, menunjukkan bahwa penulis tidak pernah
berada di tanah Israel.
Selain itu, tidak satupun Injil kanonik yang ditulis menggunakan bahasa Italia (yang baru muncul sebagai bahasa tulis pada abad pertengahan, yaitu setelah abad ke-15 M), melainkan umumnya ditulis dalam bahasa Yunani atau Aram kuno.
Terjemahan dalam bahasa Indonesia yang
beredar di Indonesia diterjemahkan dari buku yang ditulis oleh Lonsdale and
Laura Ragg, namun komentar-komentar kritisnya mengenai bukti pemalsuan tidak
diterjemahkan.
I. Pengaruh Injil terhadap kebudayaan dan pengaruh kebudayaan terhadap Injil
Injil dan Kebudayaan merupakan dua hal yang
tidak bisa dipisahkan, pada saat Injil disampaikan maka kebudayaan ikut serta
dalam pemberitaan Injil tersebut. keterkaitan antara injil dan kebudayaan
seperti kulit dan buah, yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. kebudayaan
bisa saja menimbulkan efek positif terhadap injil namun bisa juga menimbulkan
efek negatif. sebaga contoh, pada saat Injil disampaikan, maka seorang pembawa
injil (misionaris) akan mengunakan kebudayaan masyarakat tersebut sebagai
pendekatan sehingga injil yang disampaikan tersebut dapat dengan mudah
diterima. Namun kebudayaan juga tentunya bisa menimbulkan efek negatif terhadap
pengabaran Injil, jika kebudayaan suatu masyarakat sangat kental, misalnya
agama leluhur suatu masyarakat sangat kental dan memiliki kefanatikan yang kuat
maka tentunya Injil akan sulit untuk masuk menembus kedalam masyarakat
tersebut.
J. Harmoni Injil
Keempat Penginjil karya Jacob Jordaens di Museum Louvre |
Harmoni Injil atau keselarasan Injil merupakan suatu upaya untuk mengkompilasi Injil-Injil kanonik Kristen menjadi satu laporan tunggal. Upaya ini dapat berupa satu format naratif gabungan ataupun tabel dengan kolom-kolom untuk masing-masing Injil, secara teknis dikenal sebagai "sinopsis", kendati kata 'harmoni' sering kali digunakan untuk keduanya.
Harmoni-harmoni tersebut dibuat untuk membangun suatu kronologi peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus sebagaimana digambarkan dalam Injil-Injil kanonik, untuk lebih memahami hubungan antara satu laporan dengan yang lainnya, atau untuk menyusun peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus.
Pembuatan harmoni senantiasa digemari oleh para akademisi yang lebih konservatif. Di sisi lain, para penganut kritisisme tinggi melihat divergensi di antara laporan-laporan Injil sebagai cerminan pembangunan tradisi-tradisi oleh komunitas Kristen awal.
Pada era modern, upaya-upaya untuk menyusun
suatu kisah tunggal telah secara luas ditinggalkan dan digantikan dengan
penataan laporan-laporan tersebut dalam kolom-kolom paralel sebagai
perbandingan, untuk memungkinkan studi kritis tentang perbedaan-perbedaannya.
Referensi
Wikipedia: Injil, Harmoni Injil
Alkitab Elektronik 2.00 – Alkitab Terjemahan Baru ©1974 Lembaga Alkitab Indonesia
Baca juga:
Kisah Yesus |
|
01 |
|
02 |
|
03 |
|
04 |
|
05 |
|
06 |
|
07 |
|
08 |
|
09 |
|
10 |
|
11 |
|
12 |
|
13 |
|
14 |
|
15 |
|
16 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar